Mohon tunggu...
Eko N Thomas Marbun
Eko N Thomas Marbun Mohon Tunggu... Penulis - I Kerani di Medan Merdeka Utara I

Tertarik pada sepak bola, politik dan sastra

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Pembuktian Pamungkas di Qatar

6 Desember 2022   11:10 Diperbarui: 6 Desember 2022   11:26 378
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Messi dan Ronaldo selama hampir dua dekade telah memberikan pertunjukan yang fenomenal (Gambar: kompas.com)

Dominasi Dua Megabintang

Selama hampir dua dekade terakhir. Sepak bola menyuguhkan persembahan luar biasa. Dominasi dua megabintang, Lionel Messi dan Cristiano Ronaldo. Orang-orang menyematkan GOAT (Greatest Of All Time) pada keduanya. Kita memang tidak tahu siapa Goat yang sesungguhnya.

Tanpa bermaksud menyepelekan para bintang sebelumnya. Messi dan Ronaldo memang hadir di saat yang tepat. Kemampuan di atas rata-rata, media dan industri (komersil) sepak bola menjadi perpaduan yang pas. Jelas membuat keduanya melambung tinggi.

Ronaldo dan Messi adalah dua sisi yang saling melengkapi. Bayangkan jika yang ada hanya Ronaldo atau Messi saja. Lalu, dengan siapa mereka saling dibandingkan? Dalam banyak hal, benci dan senang pun lahir karena mereka saling kita perbandingkan.

Rasanya dalam dua dekade terakhir, kita 'tidak adil' dalam memperlakukan mereka. Padahal seburuk-buruknya permainan mereka, ada saja kontribusi di lapangan. Kita memberi cap buruk, hanya pada satu momen ketika salah satunya gagal memaksimalkan peluang. Sementara yang lain berhasil.

Keduanya dalam alam bawah sadar sudah diakui sebagai Goat. Standar paling tinggi dari setiap ekspektasi kita dalam sepak bola sudah dilekatkan pada mereka. Maka sedikit meleset yang lahir adalah kekecewaan dan cemoohan.

Setinggi apa pun ekspektasi kita terhadap mereka. Mereka tetaplah manusia yang mengalami naik turun pencapaiannya. Justru itu harusnya yang kita jadikan pelajaran dari sang idola. Bahwa manusia bisa mencapai pencapaian tinggi dengan kerja keras dan bisa bangkit dari kegagalan.

Ronaldo dan Messi adalah kita (kelas menengah ke bawah), punya mimpi dalam keterbatasan. Lalu menjalani hidup yang keras dan jauh dari keluarga. Tapi, ulet menempa diri dengan memprioritaskan mimpinya menjadi atlet. Setelah berhasil, tetap konsisten dengan memprioritaskan karir. Buahnya, ya, status Goat yang bahkan tidak mereka minta tapi kita yang menyematkan!

Messi dan Ronaldo karirnya tidak akan abadi. Mereka telah mencapai puncak karirnya. Pelan-pelan tapi pasti mereka tidak lagi setangguh 5-10 tahun yang lalu. Itu manusiawi. Mestinya kita sudah benar-benar puas dengan apa yang mereka tampilkan terlepas dari masih ada Piala yang belum mereka peroleh.

Pembuktian Pamungkas Di Qotar

Messi memulainya dengan tersendat kalah 1-2 dari Arab Saudi. Where is Messi? Kata mereka, seolah-olah lupa bahwa Messi sudah memberikan segalanya bagi sepak bola. Ronaldo tidak kalah berat, dia babak belur di klub yang pernah membesarkannya. Keduanya tidak dalam posisi on fire di Qatar.

Tapi, sampai saat ini Messi sudah membawa Argentina ke 8 Besar. Mereka sudah ditunggu Belanda untuk memastikan tiket ke semi final. Pun demikian dengan Ronaldo, berhasil membawa Portugal ke 16 Besar. Jika mereka menang atas Swiss maka akan masuk 8 Besar, akan berhadapan dengan pemenang antara Maroko dan Spanyol untuk memastikan tiket ke semi final.

Messi dan Ronaldo sebenarnya tidak perlu membuktikan apa-apa lagi. Mereka sudah memberikan pertujukan yang fenomenal selama hampir 20 tahun! Tetapi, akan 'sempurna' rasanya jika mereka menorehkan prestasi gemilang di Qatar.

Ronaldo dan Messi sesungguhnya masih berpeluang untuk bertemu di final Piala Dunia 2022. Tapi, dengan catatan masing-masing mengalahkan lawan-lawannya. Jika itu terjadi maka pembuktian pamungkas akan terjadi di Qatar.

Baik Messi dan Ronaldo sudah tidak muda lagi. Messi sudah berumur 35 tahun, Ronaldo lebih tua lagi berumur 37 tahun. Meski tidak mustahil untuk diikutsertakan, tapi pada Piala Dunia selanjutnya masing-masing akan berumur 39 dan 41 tahun.

Jika terjadi final antara Portugal dan Argentina. Terlepas dari siapa yang juara. Meski saya menjagokan Argentina. Itu mungkin final yang paling membanggakan bagi kita generasi 90an. Setelah mengikuti bagaimana idola kita tumbuh, berkembang, jatuh-bangun lalu jadi mega bintang.

Saya sendiri adalah penggemar Messi. Pertama kali menonton Messi bertanding sekitar 18 tahun lalu (2004). Lalu terus mengikutinya sampai jadi Goat! Pada tahun 2020, ketika putra saya lahir saya berikan nama Lionel padanya. Meski ternyata Onel (panggilan anak saya) lebih senang main kereta-keretaan daripada main bola. Terlepas dari saya penggemar Messi dan juga berharap Argentina juara di Piala Dunia 2022. Saya juga mengikuti perkembangan Ronaldo, dia adalah pemain hebat, Ronaldo adalah bentuk lain dari Messi, demikian sebaliknya!

 Jika Qatar akan menjadi pembuktian pamungkas, bagi saya keduanya sudah menang!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun