Mohon tunggu...
Eko N Thomas Marbun
Eko N Thomas Marbun Mohon Tunggu... Penulis - I Kerani di Medan Merdeka Utara I

Tertarik pada sepak bola, politik dan sastra

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Gagal Ginjal Akut dan Keterbatasan Kita

24 Oktober 2022   12:01 Diperbarui: 24 Oktober 2022   13:07 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Terbatasnya pengetahuan ini sebenarnya membuat masyarakat permisif terhadap harga dan jenis obat, pun demikian semua keputusan dokter dan apoteker. Rasa-rasanya jarang masyarakat bertanya ini obat apa, dok? Kandungannya apa? Indikasinya apa? atau pertanyaan kepo lainnya.

Menariknya layanan kesehatan itu memiliki rantai yang panjang. Ambil contoh soal obat misalnya, di belakangnya ada industri obat-obatan. Namanya industri tentu ada mata rantai  proses pengumpulan bahan baku, pengolahan menjadi barang jadi, distribusi sampai masuk ke apotik-apotik lalu dikonsumsi masyarakat.

Obat-obat yang diedarkan di masyarakat pada dasarnya berbahaya! Namun setelah dikelola sedemikan rupa dengan berbagai perlakuan menjadi bermanfaat. Ada yang bisa membunuh virus dan bakteri, mengurangi rasa sakit dan sebagainya.

Soal obat ini, negeri sendiri menyadari "sisi berbahayanya" sehingga dibentuk otoritas yang diberikan kewenangan dalam melindungi masyarakat. Ada yang urus sisi industrinya, sisi impor bahan bakunya, sisi kontrol kualitas obat, dan macam-macam yang lain.

Dalam teori administrasi paling dasar, mereka yang diberikan kewenangan dan dibiayai lewat pajak rakyat sudah semestinya melaksanakan dengan penuh tanggung jawab. Kasus sudah terjadi, korban jiwa sudah ada tapi siapa yang bertanggung jawab?

 Akuntabilitas menjadi penting! Saya teringat pesan Prof. Agus Dwiyanto bahwa pertanggungjawaban itu, bukan soal salah atau benar. Melainkan untuk membuka "keterbatasan rasional" kita, dengan begitu kita bisa menambal lubang-lubang yang masih menganga dalam kebijakan kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun