Belum lagi, skuad yang dipilih didominasi pemain muda. Beberapa dari skuad muda itu baru 1-2 tahun merasakan sebagai pesepakbola profesional. Bandingkan dengan Thailand yang hanya membawa 2 orang pemain dibawah 23 tahun di dalam skuad. Lainnya berada dalam puncak karirnya sebagai pesebak bola. Pertandingan kemarin layaknya Timnas U-23 melawan Timnas Senior. Kalah pengalaman!
Kalah memang tapi setidaknya skuad ini memberikan harapan ke depan. Jika cara menggembleng Shin Tae-yong, baik fisik dan mental dipertahan maka tidak salah kalau di masa depan kita memiliki Timnas yang tangguh. Tapi, tetap federasi (PSSI) bangun dong kompetisi Liga Indonesia yang berkualitas. Berikut dengan pembinaannya. Supaya makin banyak opsi pemain untuk dipilih. Lihat kan tadi malam, begitu tanpa Pratama Arhan, Thailand mengeksploitasi sisi kiri lapangan Indonesia.
Saya pribadi menganggap perjalanan Timnas Indonesia kali ini luar biasa. Sepak bola itu bukan olahraga yang dibangun dengan cara instan. Anda tidak boleh sekejap mengganti pelatih lalu menarget juara. Itu keterlaluan jika kualitas pengelolaan sepak bolanya buruk! Buruklah, wong, latihan saja harus sewa lapangan.
Ah, kita belum lagi bicara soal Timnas Indonesia yang sering pijakan untuk cari perhatian. Ada saja yang nempel ikut mejeng biar disorot kamera. Entahlah tujuan buat apa. Satu hal yang pasti, mereka-mereka ini sudah silih berganti. Tapi soal pengelolaan sepak bola, gitu-gitu saja, tidak banyak berubah. Kalah, ganti pelatih, target juara. Begitu siklusnya.
Timnas Indonesia, juara atau tidak, sudah prestasi membanggakan! Kalah memang menyesakkan. Rasanya hari-hari suram, bawaannya tidak enak. Bahkan sampai-sampai selera makan hilang. Tapi, makanlah sikit, nanti sakit. Semoga leg-2, kepak sayap garuda membawa Indonesia "Juara"! Selamat siang buat kamu yang masih tegar dan sabar menunggu Juara.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H