Mohon tunggu...
Eko N Thomas Marbun
Eko N Thomas Marbun Mohon Tunggu... Penulis - I Kerani di Medan Merdeka Utara I

Tertarik pada sepak bola, politik dan sastra

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Ayah dalam Kenangan

7 Januari 2021   02:27 Diperbarui: 7 Januari 2021   02:34 282
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bapa, begitu aku memanggilmu

Aku tahu itu lafal dari Tuhan

Sebab, darimu aku mengenal-Nya

Dia yang mengambilmu tepat di saat aku tidak siap kehilangan

Ada banyak kisah tahun lalu (2020) 

Semestinya kita saling bercerita seperti di tahun-tahun terdahulu

Namun, Tuhan menyibukkan kita dengan banyak hal

Lantas dibuat-Nya bapak repot bukan kepalang

Memingkul kanker yang menggerogoti tubuhmu

Sejak itu lidah kita pahit untuk berbicara

Ada yang runtuh hanya bukan raga

Salahku, aku kalah mental sejak itu

Semestinya aku biasa saja sama sepertimu

Bukankah dulu kita akrab? 

Ada safari ke gubuk reyotku, kunjungan yang selalu aku nantikan

Ada telepon pembuka jam kerja, sapaan yang selalu membakar semangatku

Kita bicara politik

Kita bicara republik

Kita bicara tentang kita

Dulu, ternyata kita akrab! 

Tapi, ada banyak sesal dalam hatiku

Aku kemana di saat-saat sulit? 

Ada banyak alasan untuk tidak hadir

Meski aku tahu hatimu cukup lapang memakluminya

Bapak, raga kita ini fana

Terkadang dia letih

Sementara waktu tidak pernah memilih menunggu

Hanya soal kapan dan dimana waktu pemberhetiannya

Ada yang singgah sebentar lalu kembali melangkah menyongsong

Tetapi, ada yang berhenti selamanya

Seperti bapak! 

Bapak, hari tanpamu itu berat

Tadinya aku pikir mudah mengikhlaskan

Bukankah dari awal ada jarak di antara kita? 

Tetapi jarak hanyalah angka

Dia takluk oleh kunjungan dan cerita

Kita terbiasa menuntaskan rindu dalam cerita semalam

Itulah yang hilang belakangan ini

Petuah! 

Aku seperti kehilangan kompas

Hai, kamu yang terkadang aku panggil komandan! 

Aku seperti terjerat setahun

Terperangkap dalam kerangkeng yang bahkan tanpa jeruji

Aku seperti kalah dalam pertempuran

Tetapi, aku belum selesai! 

Aku harus kembali menata langkah

Ada banyak yang harus aku bela

Seperti cerita kita di awal dulu

Tentang aku

Tentang keluarga kecilku

Tentang republik

Bapak, dulu pernah aku jatuh cinta dan bertepuk sebelah tangan

Patah hati sakit rasanya

Tapi kehilanganmu adalah patah hati terbesarku

Jika dulu aku bisa bangkit, hari ini juga

Bapak, hari ini 7 Januari 2021

Natal telah terlewatkan

Tahun baru pun juga

Aku akan terbiasa tanpamu

Aku yakin seturut imanku kamu sudah bersama Dia

Titip salam untuk-Nya yang mengajakmu pergi

Aku bersyukur kita pernah bersama melewati banyak kisah

Aku bersyukur teladanmu membuatku tidak takut melewati hari esok

Bahkan tanpamu sekalipun

Selamat jalan ke surga, selamat tinggal di tahun 2020

***

Bapak, raga ini fana ditinggal waktu

Tetapi, kenangan selalu mengikutinya

Sampai suatu saat kita dipilih untuk lupa selamanya

Tapi, orang bijaksana mewariskan teladan

Aku, kamu dan mereka terpatri kisah yang tidak akan lekang oleh apa pun. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun