Mohon tunggu...
Eki Tisna Amijaya
Eki Tisna Amijaya Mohon Tunggu... Bankir - ex-Policy Maker

I am a futurist and strategist

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Nash Game Theory di Balik Tingginya Harga Tiket Pesawat Lokal

7 Maret 2019   02:49 Diperbarui: 7 Maret 2019   13:19 1003
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Suatu waktu sang istri diajak bicara oleh sopir taksi bandara yang mengantarkannya ke rumah. Sang sopir mengeluhkan sepinya penumpang. Mungkin sangking keselnya dari pagi sampai hampir tengah malam kantongnya tak kena target. 

Istri saya menanggapi dengan santai dan coba bertanya mengapa sepi. Pertanyaan ini sebenarnya tidak perlu karena sang istri seorang pegawai kantoran yang hampir setiap minggu naik pesawat karena dinas dan  paham bahwa keganjilan ini muncul sejak peristiwa hilangnya pesawat Lion Air tujuan Jakarta - Pangkal Pinang tahun 2018 lalu.

Sang sopir nyerocos mengeluhkan efek domino dari tingginya tiket pesawat. Dia komplain bahwa untuk Lion Air yang dikenal sebagai maskapai budget pun (LCC= Low Cost Carrier) kok bisa ikut-ikutan menaikkan harga tiket. 

Di tengah situasi ekonomi yang semakin menghimpit, keadaan ini bisa merembet kemana - mana contohnya meningkatkan sentimen anti pemerintah (maklum tahun pemilu). Tambahan, sang sopir tidak habis pikir kok bisa keputusan korporasi seperti ini malah membuat rakyat kecil macam dia kena dampaknya.

Nash Game Theory
Sebelum menyalahkan pemerintah seluruhnya (mungkin juga secara parsial) ada baiknya kita sedot ilmu baru tentang Nash Game Theory yang dicetuskan oleh matematikawan John Forbes Nash Jr. Peraih Nobel yang sempet nongol di film peraih Oscar "A Beautiful Mind" dimainkan oleh Russel Crowe. 

Nash dengan gamblang menyatakan bahwa dalam suatu kondisi persaingan antar dua kompetitor, dengan asumsi keduanya tidak saling bekerja sama, maka akan muncul satu solusi Equilibrium dimana apabila kedua kompetitor beranjak sedikit saja dari Equilibrium itu maka dia akan rugi. 

Game Theory fokus pada hasil dari masing - masing keputusan dan setiap individu berusaha memutuskan yang terbaik dengan melihat keputusan lawannya. Ada satu fenomena yang unik dari Game Theory ini yaitu kestabilan. 

Kestabilan akan terganggu apabila salah satu player berniat rakus untuk mendapatkan untung yang lebih banyak. Yang terjadi justru sebaliknya, dia akan rugi karena sang lawan akan berbuat yang sama (untuk menyetabilkan suasana) dan keduanya akan berakhir sama-sama rugi.

Tuduhan Kartel
Kembali ke persoalan harga tiket pesawat yang naik signifikan. Penulis tidak bisa menyimpulkan apakah kedua group maskapai baik Lion Air ataupun Garuda Indonesia bekerja sama untuk kartel harga tiket. Namun kalau kita gunakan Nash Game Theory terlihat bahwa terdapat Equilibrium yang muncul apabila kedua maskapai menaikkan harga tiket yaitu kedua maskapai sama - sama untung. Secara logika ini murni reaksi bisnis dan dapat dijelaskan lewat grafik di atas. 

Dalam matriks 2X2 di atas, kalau kita mengumpamakan Garuda adalah Player 1 dan Lior Air adalah Player 2, maka hasil Equilibrium nya adalah kedua nya akan menaikkan harga tiket (Player 1=4, Player 2=4). Secara natural, bahkan tanpa perlu saling menjalin kontak antar pengambil keputusan di kedua perusahaan, titik paling stabil adalah kedua maskapai menaikkan harga tiket. 

Alasan kenaikan harga akan menjadi samar - samar karena publik menilai kok bisa keputusan kedua maskapai terjadi bersamaan? Pertanyaan dan skeptisme ini muncul karena lagi - lagi: duit adalah masalah sensitif dan konsumen akan mencari cara tercepat untuk menentukan opini atas kekesalannya. Cara tercepat itu adalah tuduhan kartel yang mana jika tuduhan ini benar maka runtuhlah semua Game Theory karena asumsi kedua kompetitor tidak saling berkoordinasi sebelum memutus harga.

Game Theory dan turunannya dalam bidang ilmu Ekonomi populer pada tahun 1994 dan diadopsi oleh banyak Business Strategist setelahnya. 

Yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana kalau keputusan sama - sama menaikkan harga tiket justru malah menurunkan daya beli masyarakat?

Kembali ke masalah sopir taksi, ternyata naiknya harga tiket pesawat itu berdampak sistemik (kayak Bank aja rupanya). Efek dominonya bisa kemana mana misalnya menurunnya wisatawan ke Bali dan Lombok, perusahaan - perusahaan menekan biaya rapat dan dinas luar kota, meningkatnya harga ekspedisi kurir antar pulau, turunnya pembelian online lewat e-commerce, dan lain - lain. 

Mungkin ada tuduhan bahwa ini cuma kritik kosong tanpa solusi. Eits, tunggu dulu. Nash Game Theory juga punya solusi untuk mengatasi kondisi persaingan usaha ini: Tambahkan Satu Kompetitor Lagi seperti Air Asia dan harga Equilibrium dijamin akan berubah karena matriks yang kita gunakan adalah 3X3.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun