Sudah waktunya kita berhenti terus-terusan berharap mendapatkan cuma hal-hal yang baik-baik dan indah di dunia yang kejam ini. Sebab semua itu mustahil. Kita harus lapang dada menghadapi masalah seberapa pun beratnya. Kitalah yang seharusnya memilih dan mengendalikan masalah, bukan masalah yang memilih dan mengendalikan kita.
 Jangan biarkan pikiran kita merasa dikejar oleh hal yang tidak terlihat. Tanamkan saja dalam diri kita bahwa kita mampu melewati aral di depan mata. Mulai hari ini, pertanyaan "kenapa saya yang mendapat masalah?" mari kita ganti menjadi 'bagaimana cara menghadapi masalah?'Â
Seseorang yang mampu memprediksi masalah dan hambatannya, harusnya mampu pula mencari jalan keluar atas masalahnya. Karena kita sejak awal sudah diberikan semacam simulasi atau tanda-tanda.
Ibarat melewati jembatan di atas jurang, kita sudah dikasih tahu kalau ada bagian berlubang, ada angin yang siap-siap menerjang, sebelum akhirnya mencapai seberang. Tinggal renungkan baik-baik cara menyiasati aral melintang tersebut.
Bagaimana cara saya menghadapi resiko dan rentetan masalah nanti, itu yang terpenting sekarang. Pikirkan cara melewatinya, bukan masalahnya. Karena otak kita tidak bisa mencari solusi kalau kita selalu menghambatnya.
Ada sebuah pesan: tinggalkanlah yang meragukanmu. Orang-orang sering mengartikan arti pesan ini yaitu usaha meninggalkan opsi yang membuat ragu-ragu. Padahal, maksud yang sebenarnya ialah tinggalkan penyakit ragu-ragu akan sesuatu yang menghambat masa depan.Â
Jadi, masihkah kamu mau berdiam diri karena ragu-ragu? Masih maukah kamu menyesal dan berhenti mencoba karena takut dengan masalah? Itu terserah padamu. Terakhir, aku hanya ingin berpesan:
"Air yang tenang suatu kali akan beriak, besi yang kuat juga akan berkarat, manusia hidup akan wafat. Maka sia-sialah jika kamu tak mau bangkit dan menghadapi masalah."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H