Tiba di lokasi, sebuah tulisan besar PAGARALAM mengingatkan saya dengan Hollywood Sign, sebuah landmark terkenal di Amerika. Saya juga melihat patung rimau berpakaian adat Sumatera Selatan sambil membawa obor sedang berdiri gagah. Itulah sambutan yang menarik hati ketika sampai di bekas lokasi venue cabang olahraga paralayang  PON XVI itu.
Alangkah indahnya kuasa Tuhan! Hanya itu yang tergambar di kepala saya saat berada di ketinggian 1820 dpl itu. Kebun teh yang rapi dan sejajar mendatangkan ketenangan yang tak terhingga. Ada kesan mendalam di sana, selain karena berangkat dengan teman seperjuangan, di sana saya menyadari kenyataan bahwa memang sedang di pagari oleh bentang alam. Kata 'pagar' bermakna melindungi. Di lindungi oleh alam, menyatu dengan alam, dan saya adalah partikel pembentuk alam. Â
Merasakan udara segar 14 derajat celcius itu masuk ke lubang hidung dan menerpa pori-pori kulit adalah sesuatu yang jarang saya dapatkan. Maka saya setelah berswafoto, lebih memilih duduk di atas rumput sembari menyaksikan kabut yang perlahan menutup panorama.
Tugu Rimau hanya cuplikan kecil dari "Surga Pagaralam". Masih ada lokasi wajib yang harus didatangi, yaitu curug. Curug dalam bahasa Jawa berarti air terjun. Di Pagaralam ada beberapa curug, kebetulan yang kami kunjungi hanya Curug Embun dan Curug Mangkok. Â
Curug Embun dan Curug Mangkok
Cughup Embun berada di Desa Pematang Bango, kaki Gunung Dempo, Pagaralam. Berjarak hanya dua kilometer dari pusat kota atau membutuhkan waktu sekitar 15 menit. Untuk sampai ke sana, kita harus melewati hutan dan beberapa perkebunan kopi milik warga. Pemandangan yang sangat memanjakan mata.
Setelah sampai di lokasi, kita mesti tracking menurun, melewati tangga-tangga yang lumayan curam. Sesuatu yang wajar, mengingat Curug Embun adalah curug tertinggi di Pagaralam yang memiliki ketinggian pancuran sampai 100 meter. Kata embun merujuk terhadap karakter unik si curug, di mana embun terbentuk akibat tumpahan air yang jatuh dari ketinggian.
Sensasi embun, percikan air,  dan sekumpulan bebatuan menjadikan wisata murah meriah ini layak dikunjungi. Wisatawan bisa berendam di genangan air jernih atau eksis dengan background kenampakan alam tersebut.
Bagi saya, nuansa alami dan fresh akan sangat terasa ketika saya duduk bersandar di atas batuan besar. Kemudian menutup mata, mendengarkan suara air memercik di antara bebatuan, suara burung, lalu menikmati udara segar dan dingin yang membuat tubuh menggeligi.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!