Mohon tunggu...
Ekel Sadsuitubun
Ekel Sadsuitubun Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Elektronika dan Komputer, Filsafat Serta Musik

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Persoalan Ketuhanan dalam Wacana Filsafat

17 Desember 2022   07:04 Diperbarui: 17 Desember 2022   07:20 222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

         Dalam semua pembuktian ini dapat dilihat adanya dua tahap. Tahap pertama  dibuktikan adanya suatu kenyataan yang paling tinggi. Tahap kedua dalam bukti-bukti ini memang dari jenis bahasa yang lain, dari 'language game' yang lain. Tahap kedua ini tidak termasuk argumentasi 'logis' lagi, melainkan merupakan semacam 'lompatan'. Pembuktian adanya Allah merupakan 'iman yang diterjemahkan secara rasional'. Dan orang seperti Augustinus, Anselmus dan Thomas sendiri tidak menilai pembuktiaan mereka lebih dari berharganya. Menurut mereka, yang betul-betul dibuktikan itu adanya 'transendensi'. Tidak dapat dibuktikan bahwa transendensi harus disebut 'Allah'. Kalau transendensi disebut 'Allah', hal itu terjadi berdasarkan suatu pilihan. Keharusan untuk memilih ini tidak dapat dibuktikan, tetapi dapat diterangkan. Yang dibuktikan itu adanya ruang untuk percaya. Secara logis dapat dibuktikan, dapat dipikirkan, bahwa ada, yang tidak dapat dipikirkan. 'it is thinkable, that exists, what is unthinkable'.

3. Penilaian (Kesan, Evaluasi dan Rekomendasi)

         Dari bab IV tentang eksistensi Allah dalam buku ini, pembahasannya sangat sederhana dan mudah dipahami serta di mengerti. Pemahaman akan eksistensi Allah dalam dunia ini amat nampak jelas dari argumen dan pembuktian dari para pemikir. Isi buku ini memperkaya pemahaman saya akan eksistensi Allah, meskipun dalam pembuktiannya belum bisa di buktikan secara lebih tajam lagi. Bagi saya, pembahasan buku ini sudah bagus, tapi pemikiran yang dibahas masih terbatas pada pandangan orang-orang yang sudah memiliki iman. Sehingga pemikiran filosofis mereka masih kental dipengaruhi oleh iman. Sehingga pembuktian-pembuktian eksistensi dari Allah tidak terpisah dari pembuktian akan iman mereka sendiri.  Saya merekomendasikan buku ini bagi mereka yang ingin mendalami pemahaman akan eksistensi Allah, terlebih mereka yang beriman dan mahasiswa teologi. Karena dalam buku ini berbicara mengenai cara untuk mempertanggungjawabkan iman secara logis, rasional dan masuk akal.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun