Mohon tunggu...
Ekel Sadsuitubun
Ekel Sadsuitubun Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Elektronika dan Komputer, Filsafat Serta Musik

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Animisme Postmodern dan Hidup Sesudah Mati

11 Desember 2022   07:15 Diperbarui: 11 Desember 2022   07:19 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Animisme Postmodern dan Hidup Sesudah Mati

(Mikael Ekel Sadsuitubun - Mahasiswa Sekolah Tinggi Filsafat Seminari Pineleng Manado)

            Judul artikel yang akan saya review adalah "Animesme postmodern dan hidup sesudah mati". Artikel ini diambil dari buku "TUHAN & AGAMA DALAM DUNIA POSTMODERN". Pengarang: David Ray Griffin, Penerjemah: A. Gunawan Admiranto, Penerbit: Kanisius. Review ini akan saya bagi ke dalam tiga bagian yakni isi ringkasan artikel, manfaat dan kesan/rekomendasi.

1. Ringkasan Artikel

Para intelektual dunia modern sangat sulit untuk mempercayai adanya kehidupan setelah kematian. Dunia modern memandang bahwa kehidupan setelah kematian adalah sesuatu yang tidak mungkin, atau kemungkinannya sangat kecil. Selain menolak akan kehidupan setelah kematian, mereka juga mencurigai usaha untuk mempertimbangkannya dan mengabaikan adanya bukti-bukti positif pada keyakinan itu. 

Konsensus modern adalah bahwa kepercayaan akan adanya hidup sesudah mati secara metafisik tidak mungkin, tidak memiliki dasar empiris, dan secara moral berbahaya. Berangkat dari persoalan ini, maka melalui artikel "Animisme Postmodern dan Hidup Sesudah Mati" penulis hendak memperlihatkan tentang bukti empiris akan adanya kehidupan sesudah kematian.

Oleh karena itu, dalam artikel ini penulis membaginya dalam beberapa bagian besar yang saling terkait satu dengan lainnya.  Setiap bagian hendak menjelaskan tentang persoalan akan Tuhan dan kehidupan sesudah kematian. 

Pada bagian pertama, penulis berusaha menjelaskan tentang bagaimana pandangan dunia modern yang merupakan pandangan dunia yang bersifat anti-animistik  mengesampingkan kemungkinan adanya kehidupan setelah kematian dan bukti-bukti yang mendukungnya. 

Bagian kedua penulis memaparkan tentang aspek-aspek animisme postmodern yang paling relevan dengan usaha untuk memikirkan kembali adanya kehidupan setelah kematian. Bagian ketiga penulis meninjau masalah kemungkinan adanya kehidupan setelah kematian dari dua sudut pandang, yaitu dari metafisika animisme postmodern dan bukti empiris tidak langsung yang diberikan oleh para psikolog. Bagian keempat penulis membahas tentang masalah bukti empiris langsung dan pada bagian terakhir penulis membahas tentang keberatan-keberatan moral terhadap kehidupan setelah kematian.

Berangkat dari penjelasan tentang kerangka pemikiran dalam artikel "Animisme Postmodern dan Hidup Sesudah Mati", maka kita bisa mengatakan bahwa modernitas menolak keyakinan akan hidup sesudah mati. Sebaliknya Postmodern memiliki pandangan yang lebih terbuka sehubungan dengan keyakinan akan hidup sesudah mati. 

Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa sesungguhnya penolakan modernitas pada kehidupan sesudah kematian lebih banyak didasarkan pada keyakinan apriori bahwa hal itu tidak mungkin dan keyakinan akan itu berbahaya daripada karena kurang atau tidak adanya bukti. Keyakinan akan berbahayanya hal ini berasal dari pertentangan konsepsi pramodern tentang kehidupan sesudah kematian dengan cara berpikir superfisial modernisme yang mudah mematahkannya. 

Keyakinan akan ketidakmungkinan ini berasal dari titik tolak pandangan modern yang bersifat anti-animistik.[1] Meskipun hal ini pada awalnya adalah bagian dari dualisme supernaturalistik, pandangan tentang alam yang anti-animistik ini akhirnya berkembang menjadi materialisme ateistik. Materialisme yang dianut pandangan dunia ini tidak menerima persepsi nonindrawi, pengaruh dari jauh, dan adanya jiwa atau pikiran yang berbeda dari tubuh material. Oleh karena itu, dalam pandangan ini kehidupan sesudah kematian hanya bisa diterima melalui suatu tindakan supernatural, tetapi ateisme pandangan dunia ini menolak kemungkinan tersebut. Karena kehidupan sesudah kematian tidak bisa muncul baik secara natural maupun supernatural, maka bukti-buktu yang mengarah ke realitas itu tidak perlu diperiksa, karena tidak ada bukti meyakinkan yang bisa dianggap sebagai bukti asli.  

Namun, animisme postmodern mengubah segalanya. Kehidupan sesudah kematian dipikirkan sebagai hal yang terpisah dari supernaturalisme.[2] Persepsi noninderawi dan bentuk-bentuk pengaruh dari jauh yang lain, yang bisa memberikan bukti adanya kemungkinan dan realitas akan adanya kehidupan sesudah kematian tidak dikesampingkan. Kepekaan postmodern membuka kemungkinan bahwa bahaya moral pada keyakinan tentang kehidupan sesudah kematian yang bersifat supernaturalistik bisa diatasi oleh tidak adanya kepercayaan akan hal itu. Akhirnya, keyakinan akan adanya kehidupan sesudah kematian tidak akan mengurangi ketaatan manusia kepada Tuhannya. Dengan keyakinan ini, ketaatan kepada Tuhan semakin diperkuat.

2. Manfaat Yang Diperoleh

Ketika membaca dan merenungkan artikel ini, saya sedikit mengalami kesulitan. Tetapi kesulitan itu tidak mematahkan semangat saya untuk terus mendalaminya. Setelah membaca, merenungkan dan mendalami artikel dengan judul "Animisme Postmodern dan Hidup Sesudah Mati", saya menemukan beberapa manfaat. Manfaat yang saya peroleh pertama-tama adalah kepercayaan akan Tuhan dan kehidupan sesudah kematian semakin teguh. 

Dengan membawa artikel ini, saya semakin memahami akan perbedaan pandangan antara Modernisme dan Postmodernisme akan Tuhan dan Hidup Sesudah Mati. Modernisme menganut paham antianimisme atau menolak akan adanya roh atau makhluk halus. Menurut mereka (pandangan dunia modern) materi memiliki baik kekuatan penggerak diri maupun kekuatan persepsi. 

Oleh karena itu, peristiwa-peristiwa ajaib bisa terjadi tanpa perlu adanya suatu intervensi supernatural pada tata susunan alam benda. Sementara dunia postmodern melibatkan animisme dan teisme baru, yang membuat kehidupan sesudah kematian secara apriori menjadi mungkin kembali. Menurut mereka (dunia postmodern) kekuatan persepsi dan pergerakan diri bukan milik benda-benda seperti batuan, danau atau matahari. Dari penjelasan ini dapatlah dilihat perbedaannya.

Mengapa saya mengatakan bahwa dengan membawa artikel ini kepercayaan saya kepada Tuhan dan kehidupan sesudah mati semakin teguh...? Karena melalui artikel ini, saya menemukan pegangan melalui metafisika postmodern dan bukti-bukti empiris tidak langsung. Maksudnya animisme postmodern memberi kemungkinan secara metafisis tentang adanya kehidupan sesudah kematian dengan didukung oleh bukti-bukti empiris tidak langsung yang diberikan oleh para psikolog seperti pengalaman keluar dari badan. Selain itu, bukti-bukti yang paling meyakinkan datang dari pengalaman-pengalaman di ambang kematian seperti penampakan orang-orang yang baru meninggal. Semua ini semakin memperteguh iman saya sebagaimana dikatakan dalam ringkasan artikel bahwa keyakinan akan adanya kehidupan sesudah kematian tidak akan mengurangi ketaatan manusia kepada Tuhannya. Dengan keyakinan ini, ketaatan kepada Tuhan semakin diperkuat.

3. Rekomendasi 

Setelah membaca dan membuat review atas artikel "Animisme Postmodern dan Hidup Sesudah Mati", kesan saya adalah sedikit sulit untuk memahaminya. Mengapa...? Pertama menggunakan bahasa filsafat dengan banyak istilah filsafat. Meskipun demikian, jikalau kita dengan sabar membaca dan mencari arti dari istilah-istilah filsafat, maka kita akan memahaminya. Kedua karena artikel ini merupakan hasil terjemahan sehingga dibutuhkan ketekunan dan keseriusan dalam membaca dan memahaminya. 

Oleh karena itu, saya merekomendasikan agar artikel ini dibaca oleh semua orang secara khusus mereka yang ingin mengetahui tentang kehidupan sesudah mati dan persoalan ketuhanan. Saya juga merekomendasikan agar artikel dibaca oleh semua mahasiswa filsafat secara khusus mereka yang sementara mengambil mata kuliah filsafat ketuhanan. Karena melalui artikel ini, kita terbantu untuk memahami materi-materi yang terdapat dalam filsafat ketuhanan. Pemahaman ketuhanan kita semakin luas dan iman kita semakin diteguhkan dan dikuatkan.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun