Keyakinan akan ketidakmungkinan ini berasal dari titik tolak pandangan modern yang bersifat anti-animistik.[1] Meskipun hal ini pada awalnya adalah bagian dari dualisme supernaturalistik, pandangan tentang alam yang anti-animistik ini akhirnya berkembang menjadi materialisme ateistik. Materialisme yang dianut pandangan dunia ini tidak menerima persepsi nonindrawi, pengaruh dari jauh, dan adanya jiwa atau pikiran yang berbeda dari tubuh material. Oleh karena itu, dalam pandangan ini kehidupan sesudah kematian hanya bisa diterima melalui suatu tindakan supernatural, tetapi ateisme pandangan dunia ini menolak kemungkinan tersebut. Karena kehidupan sesudah kematian tidak bisa muncul baik secara natural maupun supernatural, maka bukti-buktu yang mengarah ke realitas itu tidak perlu diperiksa, karena tidak ada bukti meyakinkan yang bisa dianggap sebagai bukti asli. Â
Namun, animisme postmodern mengubah segalanya. Kehidupan sesudah kematian dipikirkan sebagai hal yang terpisah dari supernaturalisme.[2] Persepsi noninderawi dan bentuk-bentuk pengaruh dari jauh yang lain, yang bisa memberikan bukti adanya kemungkinan dan realitas akan adanya kehidupan sesudah kematian tidak dikesampingkan. Kepekaan postmodern membuka kemungkinan bahwa bahaya moral pada keyakinan tentang kehidupan sesudah kematian yang bersifat supernaturalistik bisa diatasi oleh tidak adanya kepercayaan akan hal itu. Akhirnya, keyakinan akan adanya kehidupan sesudah kematian tidak akan mengurangi ketaatan manusia kepada Tuhannya. Dengan keyakinan ini, ketaatan kepada Tuhan semakin diperkuat.
2. Manfaat Yang Diperoleh
Ketika membaca dan merenungkan artikel ini, saya sedikit mengalami kesulitan. Tetapi kesulitan itu tidak mematahkan semangat saya untuk terus mendalaminya. Setelah membaca, merenungkan dan mendalami artikel dengan judul "Animisme Postmodern dan Hidup Sesudah Mati", saya menemukan beberapa manfaat. Manfaat yang saya peroleh pertama-tama adalah kepercayaan akan Tuhan dan kehidupan sesudah kematian semakin teguh.Â
Dengan membawa artikel ini, saya semakin memahami akan perbedaan pandangan antara Modernisme dan Postmodernisme akan Tuhan dan Hidup Sesudah Mati. Modernisme menganut paham antianimisme atau menolak akan adanya roh atau makhluk halus. Menurut mereka (pandangan dunia modern) materi memiliki baik kekuatan penggerak diri maupun kekuatan persepsi.Â
Oleh karena itu, peristiwa-peristiwa ajaib bisa terjadi tanpa perlu adanya suatu intervensi supernatural pada tata susunan alam benda. Sementara dunia postmodern melibatkan animisme dan teisme baru, yang membuat kehidupan sesudah kematian secara apriori menjadi mungkin kembali. Menurut mereka (dunia postmodern) kekuatan persepsi dan pergerakan diri bukan milik benda-benda seperti batuan, danau atau matahari. Dari penjelasan ini dapatlah dilihat perbedaannya.
Mengapa saya mengatakan bahwa dengan membawa artikel ini kepercayaan saya kepada Tuhan dan kehidupan sesudah mati semakin teguh...? Karena melalui artikel ini, saya menemukan pegangan melalui metafisika postmodern dan bukti-bukti empiris tidak langsung. Maksudnya animisme postmodern memberi kemungkinan secara metafisis tentang adanya kehidupan sesudah kematian dengan didukung oleh bukti-bukti empiris tidak langsung yang diberikan oleh para psikolog seperti pengalaman keluar dari badan. Selain itu, bukti-bukti yang paling meyakinkan datang dari pengalaman-pengalaman di ambang kematian seperti penampakan orang-orang yang baru meninggal. Semua ini semakin memperteguh iman saya sebagaimana dikatakan dalam ringkasan artikel bahwa keyakinan akan adanya kehidupan sesudah kematian tidak akan mengurangi ketaatan manusia kepada Tuhannya. Dengan keyakinan ini, ketaatan kepada Tuhan semakin diperkuat.
3. RekomendasiÂ
Setelah membaca dan membuat review atas artikel "Animisme Postmodern dan Hidup Sesudah Mati", kesan saya adalah sedikit sulit untuk memahaminya. Mengapa...? Pertama menggunakan bahasa filsafat dengan banyak istilah filsafat. Meskipun demikian, jikalau kita dengan sabar membaca dan mencari arti dari istilah-istilah filsafat, maka kita akan memahaminya. Kedua karena artikel ini merupakan hasil terjemahan sehingga dibutuhkan ketekunan dan keseriusan dalam membaca dan memahaminya.Â
Oleh karena itu, saya merekomendasikan agar artikel ini dibaca oleh semua orang secara khusus mereka yang ingin mengetahui tentang kehidupan sesudah mati dan persoalan ketuhanan. Saya juga merekomendasikan agar artikel dibaca oleh semua mahasiswa filsafat secara khusus mereka yang sementara mengambil mata kuliah filsafat ketuhanan. Karena melalui artikel ini, kita terbantu untuk memahami materi-materi yang terdapat dalam filsafat ketuhanan. Pemahaman ketuhanan kita semakin luas dan iman kita semakin diteguhkan dan dikuatkan. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H