GEORG SIMMEL:Â KEBUDAYAAN MODERN TIRUAN SEBAGAI KIBLAT KEBUDAYAAN MILLENNIAL
(Mikael Ekel Sadsuitubun - Mahasiswa Sekolah Tinggi Filsafat Seminari Pineleng Manado)
FENOMENA KEBUDAYAAN
Fenomena kebudayaan yang terjadi di Indonesia sangat dipengaruhi oleh kebudayaan modern. Pengaruh itu terlihat dalam cara hidup generasi millennial. Generasi millennial hidup dalam apa yang dikatakan Suseno sebagai kebudayaan modern tiruan.Â
Kebudayaan modern tiruan adalah kebudayaan yang tampaknya mencerminkan kegemerlapan teknologi tinggi dan kemodernan, tetapi sebenarnya hanya mencakup kepemilikan simbol-simbol lahiriah semata seperti misalnya kebudayaan supermarket, kebudayaan pup dan kebudayaan gadget.Â
Fenomena kebudayaan modern tiruan ini membuat anak muda hidup dalam ilusi dan identitas kebudayaan aslinya semakin kabur dan kosong karena terbawa arus kebudayaan modern.Â
Anak muda (generasi millennial) semakin suka berbelanja, suka berselancar di dunia maya, suka mengosumsi makanan-makanan siap saji ketimbang makanan tardisional.Â
Mengapa anak muda suka mengonsumsi makanan siap saji...? Kesukaan anak muda pada makanan siap saji bukan pertama-tama karena rasanya, tetapi karena makanan siap saji dianggap sebagai gaya hidup manusia modern. Inilah fenomena kebudayaan yang saya temukan bertumbuh dan berkembang di Indonesia.
REFLEKSI FILOSOFIS
Bertolak dari fenomena kebudayaan di atas, menurut Georg Simmel masyarakat adalah produk dari interaksi individual secara terus-menerus. Maksudnya, masyarakat adalah hasil dari interaksi/komunikasi antar pribadi yang kemudian membentuk suatu kebudayaan/masyarakat.Â
Pendapat Georg Simmel menjadi dasar dari masuknya kebudayaan modern tiruan. Masuknya kebudayaan modern tiruan ke dalam kebudayaan Indonesia dipengaruhi oleh interaksi antara kebudayaan modern dengan kebudayaan Indonesia. Interaksi tersebut menjadi pintu masuk bagi fenomena kebudayaan modern tiruan yang kemudian menjadi kiblat kebudayaan millennial.Â
Generasi millennial menjadikan kebudayaan modern tiruan sebagai tujuan yang secara tidak langsung mengancam kehidupan mental dan kemandiriannya. Oleh karena itu, menurut Georg Simmel anak muda (generasi millennial) perlu mematikan tanggapan emosional dan mengembangkan sikap letih atau menjarak dengan kehidupan kebudayaan modern tiruan.Â
Anak muda perlu membatasi diri (menjarak) dalam hal penggunaan gadget dan kebiasaan berbelanja. Sehingga dengan demikian, ia tidak dikendalikan oleh arus perkembangan kebudayaan modern tiruan. Tetapi ia tetap bertumpu pada kebudayaan tradisional Indonesia tanpa mengesampingkan kebudayaan-kebudayaan lainnya. Mengapa...? Karena dengan adanya interaksi yang bijak dengan kebudayaan lain, kita dapat memperkaya kebudayaan kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H