Ibu Bapak guru refleksi, yuk!
Pernah teriak, "Heh, kamu ini nggak mau diem! Nakal sekali. Ke luar aja!"
Bagaimana perasaan Anda ketika orang lain meneriaki Anda seperti itu di depan umum saat Anda ndak sengaja ngobrol saat rapat kantor? Malu seumur hidup.
Pernah khilaf, "Nakal sekali, tak laporin polisi, ya!"
Memang iya Anda akan melapor ke polisi? Ancam-ancam tak terbukti membuat Anda kehilangan kepercayaan dan rasa hormat. Bapak Ibu, dengan tak sengaja kita telah merendahkan marwah kepolisian. Membangun ketakutan dan kesan negatif masyarakat terhadap polisi.Â
Pernah komentar, "Ya ampun, bajumu kok kuning. Belum dicuci?"
Pak, Bu, bagaimana jika anak ini adalah korban penelantaran keluarga dan dia tidak bisa mengungkapkan itu. Hati-hati dalam berujar.
Pernahkah  ambil foto anak diam-diam lalu di post di social media tanpa ijin? Bagaimana jika foto yang Anda sebar menjadi objek fantasi seksual para predator yang berkeliaran? Atau jika dalam foto itu ada logo sekolah, dengan mudah orang jahat menemukan siswa Anda dan melakukan kejahatan.
Pernah gemes sama siswa terus dipeluk-peluk?
Ada banyak cara untuk mengungkapkan cinta. Tos misalnya.
Pernah membagikan data siswa tanpa ijin?
Print data siswa yang salah dibuang sembarangan?
Pernah di ruang kelas berdua aja sama murid dengan pintu tertutup? Bagaimana jika Anda dituduh melakukan hal yang tidak Anda lakukan sedangkan di ruangan itu hanya ada Anda berdua, tak ada saksi. Usahakan jangan berdua saja, ya. Carilah orang ketiga.
Pernah memvideokan anak saat mereka membuat kesalahan hanya demi konten? Apa motivasi Anda?
Jangan-jangan ada yang pernah pacaran sama siswa?
Pernah melihat konten mahasiswa KKN cinta lokasi dengan anak SD? Mereka dengan bangga mempublikasikannya.
Aduh, yuk baca ini.
Ingat, Anda berada dalam posisi dipercaya oleh siswa. Bersikaplah profesional.
Hati-hati dalam berkomunikasi, hati-hati dengan kontak fisik. Pikirkan kata-kata  yang mungkin Anda gunakan. Hindari situasi yang berisiko. Menggunakan perangkat di sekolah, hati-hati! Penyebaran data anak, juga hati-hati.
Anak memiliki hak untuk dipenuhi kebutuhan dasarnya untuk merasa aman. Anda berkewajiban memenuhinya. Â Sudahkah kita tahu cara memenuhinya?
Lingungi anak, lindungi diri, dan lindungi organisasi Anda.
Sebentar, siapa saja yang dapat dikategorikan anak?
Mengapa perlindungan anak begitu penting?
Bagaimana cara memastikan anak-anak kita aman dan terlindungi di sekolah?Â
Mungkin Anda pernah bertanya-tanya, apakah langkah-langkah yang sudah dilakukan sudah benar?Â
Yuk, kita pelajari lebih dalam tentang perlindungan anak dan bagaimana kita bisa berperan lebih baik.
Anak-anak adalah individu yang rentan dan wajib kita jaga, mulai dari bayi, balita, hingga remaja yang berusia di bawah 18 tahun.Mereka harus bebas dari penganiayaan. Setiap sekolah harus menunjuk satu pemimpin yang memahami cara bertindak saat situasi krisis.
Lalu, apa itu penganiayaan anak?
Penganiayaan anak termasuk setiap tindakan yang membahayakan kesehatan dan perkembangan mereka. Bentuknya bisa berupa pelecehan atau penelantaran. Salah satu bentuk yang paling mengkhawatirkan adalah eksploitasi seksual. Anak yang telah mengalami pelecehan seksual berisiko besar dieksploitasi lebih lanjut. Ini bahaya. Biasanya, pelaku memanipulasi korban melalui kepercayaan yang sudah dibangun atau dengan cara mengancam dan menggunakan kekerasan. Di banyak kasus, korban bahkan bisa dipindahkan antar pelaku untuk tujuan seksual. Ngeri.
Mengapa Sekolah Perlu Kebijakan Perlindungan Anak?
Sekolah harus memiliki standar panduan yang jelas tentang bagaimana mereka melindungi siswa secara organisasi. Standar panduan ini harus dikomunikasikan dengan semua warga sekolah dan setiap orang dewasa yang bekerja dengan anak. Ini tidak hanya berlaku dalam penanganan insiden, tetapi juga dalam proses perekrutan staf baru. Setiap orang yang berinteraksi dengan anak-anak harus menunjukkan komitmen terhadap perlindungan mereka dan patuh pada standar yang sudah ditetapkan.
Apa Beda Pengamanan Anak dan Perlindungan Anak?
Pengamanan anak mengacu pada langkah-langkah preventif yang diambil untuk mencegah risiko penganiayaan di komunitas sekolah. Ini adalah bagian dari mitigasi risiko. Di sisi lain, perlindungan anak berfokus pada bagaimana merespons ketika kekerasan atau penganiayaan telah terjadi.
Dari mana saja risiko kekerasan anak dapat berasal?
Risiko terhadap anak bisa muncul dari staf sekolah atau praktik-praktik pengajaran atau hal-hal yang tidak baik. Untuk menghindari ini, penting bagi sekolah untuk memiliki kebijakan yang jelas. Prosedur ini akan membantu mempromosikan kesejahteraan positif bagi anak. Banyak staf mungkin belum memahami konsep 'kesejahteraan positif' ini, sehingga penting untuk terus belajar, berbagi, dan menerapkan praktik terbaik.
Saat bekerja dengan anak-anak, kita berada di posisi yang sangat dipercayai. Ini adalah tanggung jawab besar yang tidak boleh disalahgunakan. Anak-anak sering merasa rentan terhadap orang dewasa yang memiliki otoritas, sehingga tindakan atau perkataan yang tidak tepat dapat berdampak negatif. Untuk itu, ada tiga standar perilaku utama yang harus selalu dipegang oleh staf sekolah:
Menghormati
Perlakukan setiap anak dengan martabat dan hormat, serta jaga batasan yang jelas.
Komunikasi
Komunikasikan dengan cara yang profesional, kolaboratif, dan suportif. Semua jalur komunikasi harus pantas dan berdasarkan saling menghormati.
Mengamankan
Ambil langkah yang diperlukan untuk memastikan keselamatan dan kesejahteraan anak, serta patuhi kebijakan dan pedoman yang ada.
Membangun Hubungan Positif
Ketika kita memperlakukan orang lain seperti kita ingin diperlakukan, hubungan positif akan terbangun. Selalu berhati-hatilah dalam berkomunikasi, hindari situasi berisiko, dan gunakan data serta perangkat secara bijaksana. Ingat, Anda berada dalam posisi kepercayaan, jadi bersikaplah profesional dalam setiap tindakan Anda.
Berikut terjemahan dan parafrase dalam bahasa Indonesia:
Prinsip-prinsip yang mendasari standar ini adalah bahwa setiap anak berhak dilindungi dari ancaman atau bahaya. Tanggung jawab melindungi anak tidak hanya terletak pada satu pihak, melainkan semua orang memiliki kewajiban untuk berkontribusi. Sekolah yang bekerja dengan anak-anak, atau yang kegiatannya berpotensi memengaruhi anak, memiliki tanggung jawab untuk memastikan keamanan dan kesejahteraan mereka. Semua keputusan dan tindakan terkait perlindungan anak harus selalu mengutamakan kepentingan dan kesejahteraan anak.
Pada akhirnya, tanggung jawab kita bukan hanya melindungi anak-anak, tapi juga melindungi diri sendiri dan organisasi dari risiko yang tidak diinginkan. Dengan menjalankan peran kita secara profesional, kita dapat memastikan bahwa setiap anak di sekolah aman dan terlindungi.
Sumber:Â
https://www.keepingchildrensafe.global/international-child-safeguarding-standards/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H