Menurut saya selama proses penyalinan peta di atas kertas kalkir dan plastik transparansi, terdapat beberapa kendala yang cukup menguji ketelitian dan kesabaran. Pertama, saya mengalami kesulitan dalam melihat detail-detail kecil pada peta asli, terutama saat menyalin elemen-elemen yang sangat halus, meskipun sudah menggunakan meja lampu. Hal ini membuat saya harus lebih berhati-hati agar hasil salinan tetap akurat.
Kendala lain yang cukup menantang adalah menjaga skala dan proporsi peta. Ketika memindahkan elemen-elemen seperti garis kontur atau batas wilayah, sering kali saya merasa khawatir skala yang saya salin mungkin tidak sepenuhnya tepat. Ini membuat saya harus berulang kali memeriksa kembali setiap garis yang sudah dibuat.
Selain itu, penggunaan alat seperti penggaris  terkadang terasa kurang praktis di atas kertas kalkir, karena kalkir mudah tergeser dan membuat garis-garis bergeser dari posisi yang seharusnya. Kerapuhan kertas kalkir juga memaksa saya untuk sangat berhati-hati agar tidak menggoresnya terlalu keras, yang bisa menyebabkan kerusakan.
Namun, meskipun menghadapi kendala-kendala tersebut, pengalaman ini memberikan pelajaran sangat berharga dalam memahami kesulitan teknis dalam kartografi manual dan melatih ketelitian saya dalam menghasilkan sebuah peta yang presisi.Pada akhirnya hasil yang di capai memberikan kepuasan tersendiri , karena setiap detail yang saya kerjakan secara manual benar benar mempengaruhi kualitas akhir peta tersebut.
Referensi :
1 . Pusat Pengembangan dan Pembinaan Bahasa : Sumber resmi dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang menyediakan peta bahasa di Indonesia, termasuk Bengkulu
2 . Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu : Menyediakan data statistik dan peta terkait wilayah, yang dapat mendukung analisis persebaran bahasa
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H