Yah, aku terpukau melihat benda besar itu secara nyata. Lucu memangDear hehe, namun seperti itulah adanya, ia hanya geleng-geleng kepala melihatku yang aneh sekaligus katro.
“Ayo pulang, beneran ni mau nunggu pesawatnya?” tanyanya berkali-kali,
“Sebentar loh, aku masih betah disini!”pintaku agak merengek
“Aduh, beneran ini mau nunggu pesawatnya?” Tanyanya sekali lagi,
“Harusnya kita liat jadwal terbangnya ya, sebentar lagi deh! Aku suka disini,” rayuku untuk terakhir kali.
Berada dalam situasi seperti ini aku teringat salah satu adegan di film Meteor Garden saat Tho Ming Se dan pacarnya melihat pesawat lepas landas Dear hehe. Saat teringat itu, sebenarnya dalam hati aku tertawa geli. Suasana ini begitu romantic. Walau banyak waktu yang terlewat dengan kesunyian.
tak lama apa yang kutunggu tiba jua, sedikit demi sedikit seonggok badan besar itu perlahan berjalan. Setelah itu deru suara kencangnya bergemuruh kian cepat berlari..
aku lantas menutup telinga, sementara ia masih saja beradu dengan emosi yang ada dalam benaknya tanpa menghiraukan deru kencang suara pesawat take off yang memekakkan telinga. Aku sungguh terpukau Dear..
Di sore yang sayu, mega merah mulai tampak. Bermandikan cahaya orange kuputuskan untuk pulang dan pergi meninggalkan beranda lapangan pacu Bandara yang hanya di batasi pagar kawat itu,, ku akhiri kisah sendu hari ini. Terimakasih sudah membawaku ke tempat yang indah itu dan terimakasih sudah membuatku berfikir ulang tentang kamu..
Begitulah, jika dipikir-pikir mungkin aku salah Dear, namun terkadang akupun merasa benar. Apakah ini hanya sebatas simpati atau yang lainnya? yang jelas aku baru merasakan hal seperti ini. Kamu pasti ingatkan kisah lalu yang sempat aku ceritakan Dear? Teringat tempo hari ia menyatakan perasannya sementara aku hanya bisa mengalihkan arah pembicaraan. Di sisi lain mungkin ada rasa yang sama tapi dilain sisi mungkin ini hanya rasa simpatik saja. Sebelumnya aku duluan yang merasakan rasa yang ia rasakan padaku tentu kamu tahu kan
Dear akan Hal ini, tapi kini rasa itu mulai meredup. Aku juga tak bisa menerima kenyataan dengan kondisi ia yang sedikit berbeda dalam hal emosi, luka hatinya itu membuat sifatnya sedikit keliru. Bukan hanya itu, aku juga tak bisa menjadi seperti yang ia mau.