Betapa caci maki telah menguatkannya.Â
Tak lagi terdengar bising di telinganya.Â
Kaki-kaki kecil yang melangkah lelah.Â
Menelusuri hijaunya permadani yang didamba, memberikan kehidupan  yang nyata.Â
*
Betapa caci maki telah meluluhkannya.Â
Hingga bersemedi entah sampai kapan.Â
Menutup diri enggan bersua
Hingga waktunya tiba
*
Kaulukiskan warna terindah di sayapmu
Lalu terbentang begitu saja saat usai pertapaanmu.Â
Menyambut mereka dengan senyuman.Â
Iya, Â mereka yang selalu mencacimu.Â
Kini mereka kau buat terkagum padamu.Â
Bahkan mencintaimu lebih daripada bunga yang tertanam.Â
Sayap yang kau warnai, Â sungguh mempesona
*
Kupu-kupu...Â
Tetap bersemangat menyambut hari
Meskipun tahu dirinya takkan bertahan lama di dunia.Â
Namun kehadirannya tetap menakjubkan.Â
*
Kupu-kupu yang bermetamorfosis.Â
Dari menjijikan menjadi menggiurkan.Â
Melenakan tiap jiwa yang kesepian.Â
Ah, Â kupu-kupu, kau selalu indah
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H