Mohon tunggu...
Eka Sulistiyowati
Eka Sulistiyowati Mohon Tunggu... Administrasi - karyawan

aku tahu rezekiku takkan diambil orang lain, karenanya hatiku tenang. aku tahu amal-amalku takkan dikerjakan orang lain, karenanya kusibukkan diri dengan beramal

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kisah Cinta Pak Tua Buta Penjual Gorengan yang Tercatat di Surga

28 November 2018   15:01 Diperbarui: 28 November 2018   15:05 410
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
www.glittergraphics.org

Parman, nama lelaki tua tersebut. Dia seorang tua yang juga buta. Kemana-mana hanya ditemani tongkat yang ukuran panjangnya hampir sama dengan tinggi lelaki tua tersebut. Parman, tidak memiliki keluarga, bahkan dirinya tidak tahu siapa kedua orangtuanya yang menitipkan dirinya di panti asuhan.

Tak berapa jauh kakiku melangkah, aku melihat Pak Tua tersebut duduk di depan sebuah sekolahan Dasar, menjajakan gorengan. Ya, selama ini dirinya bekerja sebagai tukang penjual gorengan. Mengambilnya di salah satu warung lalu menjualnya kembali di depan Sekolah Dasar tersebut.

"Siapa namamu Nak?" tanya si Pak Tua ketika ada anak berserahgam putih merah membeli gorengannya.

"Mochamad Ali" kata anak kecil tersebut seraya meletakkan uang seribuan di tangan Pak Tua.

"Wah, namamu seperti nama petinju dunia, kalau boleh Kakek tahu apa cita-citamu?"

"Polisi"

"Semoga Tuhan memudahkanmu mencapai cita-citamu Nak" kata Pak Tua tulus.

Bocah lelaki kecil tersebut mengamini seraya berlari kembali ke kelasnya membawa gorengan pisang untuk sarapannya.

Tak berapa lama muncul seorang anak perempuan kepang dua yang membeli gorengannya. Hal yang sama ditanyakan oleh Pak Tua, si anak perempuan menjawab dengan senyum termanis bahwa dirinya ingin menjadi bidan seperti bibinya. Lalu anak perempuan itu membawa dua buah gorengan ke dalam kelasnya.

===

Hari telah menjelang siang, terik sang matahari masih belum mampu mengusirku dari pandangan Pak Tua itu. Setelah istrirahat sekolah, seluruh gorengannya habis terjual. Dengan menggunakan tongkatnya Pak Tua tersebut membawa nampan jualannya menuju ke salah satu warteg yang tak jauh dari tempatnya berjualan. Seorang wanita paruh baya tersenyum menatapnya. Seraya mempersilakan Pak Tua tersebut duduk, wanita paruh baya tersebut menyiapkan segelas teh manis dan sepiring nasi hangat lauk tahu dan tempe dengan sedikit sambal. Kuikuti langkah Pak Tua yang berakhir di sebuah warung makan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun