Akhirnya aku temukan juga wanita itu. Wanita yang pernah ada dalam kehidupan suamiku. Wanita yang pernah mengisi kehidupan suamiku.
Aku menatap foto profil facebook wanita itu di layar laptop milik suamiku. Parasnya yang terkesan sangat biasa. Kulitnya sawo matang tampak tidak selaras dengan jilbab putihnya. Disampingnya tampak seorang anak perempuan sekitar satu tahunan. Anak tersebut memiliki kulit putih bersih. Jika aku tidak melihat statusnya, mungkin aku mengira anak perempuan itu hanyalah keponakannya.
Arintya Wardhani married Althaf Ramadhan. Kutelusuri profil suami wanita itu. Seorang lelaki yang tampak biasa saja. Seorang lelaki yang sempat membuat iri suamiku.
"Arintya menikah lima bulan sebelum kita menikah" ucap suamiku memecahkan keheningan malam ini.
"Apa Mas masih menginginkannya?" tanyaku pelan, khawatir membangunkan putriku yang sedang lelap.
Mata suamiku menyorot tajam ke arahku. Seolah pedang yang langsung menancap ke hatiku.
"Apa Mas masih suka padanya? Apa istimewanya wanita itu?"
"Arintya adalah sainganku semasa SMA. Meskipun dia adik kelasku, tapi kami lulus SMA bersamaan"
"Maksudnya?"
"Dia ikut program akselerasi"
Satu poin lebih dariku, ternyata Arintya adalah siswi yang cerdas.
"Apa Mas belum bisa melupakannya?" suaraku terdengar semakin serak. Aku memendam jauh rasa iriku pada Arintya. Meskipun statusku sekarang adalah istri dari Pramudya Wibisono, namun tak pernah kusangka hati suamiku masih tertawan pada seorang wanita.
"Aku selalu berusaha..."
"Tapi?" aku menunggu kelanjutan jawaban suamiku.
"Ya, aku memang masih memikirkannya"
Deg, satu pukulan keras menghantam jantung hatiku.
"Tapi kan dia sudah bersuami" tegurku pelan.
"Ada yang ingin aku tunjukkan padamu" suamiku meraih laptopnyaÂ
Suamiku menunjukkan sebuah tulisan di blog, arintyawardhani.blogspot.com. Judul tulisan itu adalah 'Aku dan Mas Pramudya'. Kubaca perlahan tulisan itu. Cerita tentang pertemuan pertama antara suamiku dan wanita itu. Tampak jelas wanita itu menaruh hati pada suamiku sejak pertemuan pertama. Dan rasa suka itu dibawanya sampai masa kuliah. Lalu mereka bertemu kembali di Jakarta. Rasa suka itu berkembang menjadi harapan, harapan untuk bisa mendampingi hidup seorang Pramudya. Kemudian tanpa sebab Pramudya meninggalkan wanita itu dengan sejuta tanda tanya. Apakah yang menyebabkan Pramudya tiba-tiba saja pergi meninggalkan kehidupannya.
"Aku merasa minder saat dia sudah bisa membeli sebuah rumah di kawasan Tangerang" ucap suamiku. Rupanya aku kini baru tahu mengapa suamiku meninggalkan wanita itu.
"Arintya  terlalu hebat untukku" kata suamiku, sekali lagi menghujamku.
"Mengapa Mas baru cerita kepadaku?" tanyaku.
"Aku tak bisa lagi memendam rahasia ini. Aku masih ada rasa suka pada Arintya"
Aku baru tahu ternyata suamiku masih mencintainya. Dan saat membaca tulisan tadi akupun merasakan kekuatan cinta Arintya pada suamiku. Lalu apa yang harus kulakukan? Aku benar-benar terhempas dalam lamunanku sendiri.
"Aku tahu betapa sakitnya hatimu saat mendengar pengakuanku ini"
"Mas...aku benar-benar terkejut atas pengakuanmu. Aku juga terkejut membaca tulisan cinta Arintya padamu. Aku cemburu, Mas"
"Maafkan aku"
"Seharusnya aku tahu hal ini lebih awal"
Suamiku menatapku. Matanya tampak berkaca-kaca, "Maukah kau memaafkanku?"
Kupeluk erat suamiku, "Maukah Mas berjanji untuk tidak meninggalkanku?"
Tubuh tegap itu tampak begitu tenang dan hening. Kulepaskan pelukanku, "Mungkin aku memang tidak sehebat Arintya, tapi akulah ibu dari anakmu"
Suamiku masih tampak tenang.
"Lagipula Arintya juga sudah berkeluarga dan memiliki seorang anak"
Masih juga suamiku tidak bergeming. Kupeluk kembali tubuh tegap itu. Aku berharap malam panjang ini adalah mimpiku semata. Esok saat membuka mata aku akan menjumpai suamiku yang selalu kubanggakan. Suamiku yang memiliki sejuta cinta untukku. Hanya untukku.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H