"Eh...si sulung dan si bungsu yang cantik masih belum bangun dari tidurnya?" Rachmad melepas pelukannya dan menatap kedua putri tirinya yang masih anteng di tempat tidur.
===
Sebelas tahun yang lalu.
"Telat lagi" tegur Rachmad Pradana pada juniornya.
"Maaf" ucap Farida Rahmawati sambil menyerahkan tugas yang ada di tangannya.
"Nilainya dikurangi ya?" tawar Rachmad, "Kan kamu selalu telat mengumpulkan tugas"
Farida memasang tampang menyerah. Bukan suatu hal yang mudah menjalani kuliah sambil bekerja. Tapi bagaimana lagi, daripada keluarganya tidak bisa makan. Lagipula siapa lagi yang bisa membantu ibunya bekerja selain dirinya. Adiknya masih SMP dan masih butuh banyak belajar di sekolahnya. Sungguh bukanlah hal yang wajar jika anak seusia SMP sudah disibukkan dengan pekerjaan yang menghasilkan uang.
Sebenarnya adiknya Farida juga sudah banyak membantu perekonomian keluarga. Membawa beberapa puluh dagangan gorengan untuk dititipkan di kantin sekolah. Terkadang membawa dagangan es lilin dengan berbagai rasa. Ah, memang sulit menjadi orang dengan tingkat ekonomi di bawah rata-rata. Semua hal sudah dilakukan, tapi penghasilannya hanya cukup buat makan dan uang transport ke tempat kuliah dan ke sekolah. Untuk urusan pembayaran uang sekolah dan uang kuliah masih bergantung pada beasiswa.
"Bagaimana kabar ibumu?" tanya Rachmad.
Farida mengernyitkan dahi. Apalah hubungannya dengan pengumpulan tugas yang telat dengan ibunya, "Ibuku baik, kenapa Mas?"
"Alhamdulillah kalau baik, sampaikanlah salamku padanya"