Mohon tunggu...
Eka Sulistiyowati
Eka Sulistiyowati Mohon Tunggu... Administrasi - karyawan

aku tahu rezekiku takkan diambil orang lain, karenanya hatiku tenang. aku tahu amal-amalku takkan dikerjakan orang lain, karenanya kusibukkan diri dengan beramal

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Bukan Salahnya Hujan

15 Oktober 2018   03:01 Diperbarui: 15 Oktober 2018   08:28 472
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Shofie tergugu menangis, "Bagaimana ibu bisa meninggal dunia begitu saja? "

"Ibumu tersetrum saat memegang salah satu tiang listrik di jalanan yang banjir. Ibu Guru turut berduka cita ya Nak"

Seisi kelas seakan beku. Bergantian teman sekelas Shofie pun menyampaikan rasa turut berduka cita. Beberapa sahabat terbaiknya memeluk Shofie. Tapi di pikiran Shofie saat itu hanya ingin memastikan bahwa yang meninggal dunia pasti bukan ibunya. Itu mungkin ibu orang lain. Ibunya bukan orang yang ingkar janji. Hari ini ibunya berjanji akan mengajak Shofie memilih kue tart kesukaannya. Ibu pasti akan datang menjemputnya. Pasti.

Kenangan tentang ibunya sepuluh tahun lalu membuat bulu kuduknya bergidik. Shofie hingga kini masih takut dengan hujan. Ia benci hujan yang telah merenggut satu persatu orang yang disayanginya. 

Bukankah hujan juga yang membuat ayahnya meninggal dunia dalam kecelakaan motor. Hingga saat Shofie dilahirkan Shofie tidak pernah menatap ayahnya. Ayahnya sudah meninggal saat Shofie masih di kandungan ibunya.

Delapan tahun usianya, Shofie resmi menjadi anak yatim piatu, kemudian ibu wali kelasnya saat itu menjadikan dirinya sebagai anak angkat.

"Bukan salahnya hujan. Semua itu sudah takdir Tuhan." kata ibu wali kelasnya yang kini menjadi ibunya.

"Tapi Shofie tetap benci hujan" sahut Shofie mantap. Shofie tidak akan memaafkan hujan. Hujan terlalu banyak menyakiti hatinya. Hujan membuatnya menangis dan menderita.

Biarkan saja orang mencintai dan menunggu hujan. Tapi Shofie tak akan pernah....

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun