Â
Menyayangi bunga berarti membiarkannya mekar, tanpa memetiknya.
Menyayangi burung berarti membiarkannya terbang di angkasa, bukan mengurungnya
Menyayangi seorang wanita berarti mengikhlaskannya
Namaku Hanan Adhitya, dirinya bernama Ganesha Prameswari.
Jas warna hitam ini tampak serasi menempel di tubuhku. Jantungku berdetak tak karuan. Hari ini aku akan menjalani Ujian Tugas Akhir. Kebetulan aku mengambil bidang studi Metalurgi, sama dengan Ganesha. Jadi sedikit banyak saran dari Ganesha kupakai saat mengerjakan skripsiku ini.
Ganesha? Ah dirinya sekarang sudah diterima kerja di salah satu perusahaan milik Negara. Dirinya tinggal di Jakarta. Meskipun kami masih sering bertukar kabar, tapi kami sudah tidak pernah bertemu satu sama lain. Pertemuan terakhirku dengannya adalah setahun lalu, saat dirinya di wisuda.
Tentu saja Ganesha lebih dulu lulus dari kampus Merah ini. Dia adalah wanita yang cerdas. Kurasa tak akan ada satu lelaki pun yang menolaknya. Apalagi selama dia di jurusan teknik Mesin ini termasuk wanita yang aktif dalam kajian-kajian keislaman. Dia pulalah satu dari empat wanita yang menjadi pionir terbentuknya lembaga Kajian Keputrian. Setelah selama empat puluh tujuh tahun lamanya, lembaga keputrian ini mustahil ada di kampus Merah.
Masih terekam jelas kebahagiaan dan kecantikan Ganesha saat dirinya di wisuda. Membayangkannya saja sudah membuat hatiku bergetar hebat. Aku tidak pernah membencinya, tidak sedikitpun marah padanya, meskipun berkali-kali dirinya membuatku cemburu. Ah, rasa sayang ini hanya ada dalam hatiku. Dirinya selalu menganggapku sebagai kakaknya sendiri, tidak lebih dari itu.
Kebaya warna putih yang dipakai saat wisuda serta parasnya yang rupanya telah dirias di salon membuatku sempat tidak mengenalinya. Kalau saja dirinya tidak mendekatiku dan mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dan perhatianku selama ini. Menurutku Ganesha memang cantik, meskipun dirinya tidak pernah mengakui betapa cantik hati dan akhlaknya.
Hingga akhir perkuliahan di teknik Mesin, Ganesha memang tidak pernah memiliki kekasih. Ada beberapa mahasiswa Mesin yang berusaha mendekatinya. Tapi selalu dia menganggap mereka sebagai sahabat saja. Atau mungkin dirinya sudah tidak mau dikecewakan oleh laki-laki. Satu-satunya laki-laki yang membuat Ganesha terluka hanyalah si Agung, mahasiswa Teknik Elektro itu.
Mas BOYO, lelaki itu menikah ketika Ganesha menginjak semester kelima. Aku yang mengantarnya untuk menghadiri pernikahan Mas BOYO. Sebenarnya keluarga Mas BOYO sangat berharap Ganesha kelak menjadi menantunya. Tapi rupanya baik Ganesha dan Mas BOYO hanya menganggap hubungan mereka sebatas kakak adik. Dan satu hal yang mengejutkan, sebenarnya Mas BOYO menyarankan agar Ganesha kelak bisa menjadi istri adiknya. Adiknya kala itu menginjak semester ketiga di kampus Merah ini juga. Ah, cerita ini memang terlalu panjang.
Kau tahu, ada banyak orang yang jatuh hati pada Ganesha saat pertama bertemu dan menatap matanya, termasuk ibunda Mas BOYO. Ketika resepsi pernikahan Mas BOYO digelar dan Ganesha mengucapkan selamat kepada kedua mempelai. Ibunda Mas BOYO memeluk erat Ganesha, air matanya mengalir begitu saja. Aku jadi berandai-andai jika Mamaku mengenal Ganesha mungkin dia akan melakukan hal yang sama. Tidak akan melepaskan wanita spesial ini. Sayang, Ganesha tidak pernah mau bertemu dengan keluargaku.
Aku tahu alasan Ganesha tidak mau bertemu dengan kedua orangtuaku hanyalah tidak ingin membuat mereka kecewa. Ganesha tahu dirinya tidak bisa menjadikanku imam dalam kehidupannya. Ganesha sadar dia tidak ingin membuat lebih banyak  lagi orang yang terluka karena kehadirannya.
Jas warna hitam ini tampak serasi menempel di tubuhku. Jantungku berdetak tak karuan. Hari ini aku akan menjalani Ujian Tugas Akhir. Kukirimkan sebuah pesan singkat ke Ganesha.
 'Doakan sidang Tugas Akhirku berhasil ya Nes'
Tak berapa lama datang jawaban dari pesan singkatku.
'Aamiin. Mas Hanan yang semangat ya...'
Ganesha, aku merindukanmu...
Aku sayang padmu, dan itu berarti aku harus melepasmu...
Asalkan kau bahagia ....
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI