Mohon tunggu...
Eka Sulistiyowati
Eka Sulistiyowati Mohon Tunggu... Administrasi - karyawan

aku tahu rezekiku takkan diambil orang lain, karenanya hatiku tenang. aku tahu amal-amalku takkan dikerjakan orang lain, karenanya kusibukkan diri dengan beramal

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Wanita Penakluk Senja (4)

25 September 2018   15:59 Diperbarui: 25 September 2018   16:18 402
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

Menyayangi bunga berarti membiarkannya mekar, tanpa memetiknya.

Menyayangi burung berarti membiarkannya terbang di angkasa, bukan mengurungnya

Menyayangi seorang wanita berarti mengikhlaskannya

Namaku Hanan Adhitya, dirinya bernama Ganesha Prameswari.

Jas warna hitam ini tampak serasi menempel di tubuhku. Jantungku berdetak tak karuan. Hari ini aku akan menjalani Ujian Tugas Akhir. Kebetulan aku mengambil bidang studi Metalurgi, sama dengan Ganesha. Jadi sedikit banyak saran dari Ganesha kupakai saat mengerjakan skripsiku ini.

Ganesha? Ah dirinya sekarang sudah diterima kerja di salah satu perusahaan milik Negara. Dirinya tinggal di Jakarta. Meskipun kami masih sering bertukar kabar, tapi kami sudah tidak pernah bertemu satu sama lain. Pertemuan terakhirku dengannya adalah setahun lalu, saat dirinya di wisuda.

Tentu saja Ganesha lebih dulu lulus dari kampus Merah ini. Dia adalah wanita yang cerdas. Kurasa tak akan ada satu lelaki pun yang menolaknya. Apalagi selama dia di jurusan teknik Mesin ini termasuk wanita yang aktif dalam kajian-kajian keislaman. Dia pulalah satu dari empat wanita yang menjadi pionir terbentuknya lembaga Kajian Keputrian. Setelah selama empat puluh tujuh tahun lamanya, lembaga keputrian ini mustahil ada di kampus Merah.

Masih terekam jelas kebahagiaan dan kecantikan Ganesha saat dirinya di wisuda. Membayangkannya saja sudah membuat hatiku bergetar hebat. Aku tidak pernah membencinya, tidak sedikitpun marah padanya, meskipun berkali-kali dirinya membuatku cemburu. Ah, rasa sayang ini hanya ada dalam hatiku. Dirinya selalu menganggapku sebagai kakaknya sendiri, tidak lebih dari itu.

Kebaya warna putih yang dipakai saat wisuda serta parasnya yang rupanya telah dirias di salon membuatku sempat tidak mengenalinya. Kalau saja dirinya tidak mendekatiku dan mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dan perhatianku selama ini. Menurutku Ganesha memang cantik, meskipun dirinya tidak pernah mengakui betapa cantik hati dan akhlaknya.

Hingga akhir perkuliahan di teknik Mesin, Ganesha memang tidak pernah memiliki kekasih. Ada beberapa mahasiswa Mesin yang berusaha mendekatinya. Tapi selalu dia menganggap mereka sebagai sahabat saja. Atau mungkin dirinya sudah tidak mau dikecewakan oleh laki-laki. Satu-satunya laki-laki yang membuat Ganesha terluka hanyalah si Agung, mahasiswa Teknik Elektro itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun