Merasa sedih, stress, atau tidak bersemangat setelah liburan? Jangan-jangan kamu terkena sindrom post holiday blues! Post holiday blues adalah sebuah sindrom di mana kita merasakan sedih, stress, depresi, dan tidak bersemangat setelah liburan.
Saya pun jadi teringat dengan keluhan seorang tetangga di dekat rumah. Ia mengeluhkan anaknya yang berada di bangku sekolah menengah pertama. Menurutnya, saat liburan anaknya tampak sehat dan penuh ceria untuk bermain.
Lantas, saat jadwal kembali ke sekolah, tiba-tiba sang anak banyak mengeluhkan sakit. Tentunya, ini membuat pertanyaan dibenak orang tuanya. "Lho! Kemarin waktu liburan sehat-sehat saja. Kenapa pas mau masuk sekolah malah sakit!"
Jika dipikir-pikir seharusnya setelah rehat di masa liburan, seharusnya semangat untuk kembali beraktivitas sudah bangkit kembali. Nyatanya, sebagian orang justru mengalami sindrom ini.Â
Siapa pun bisa terkena sindrom ini, bukan cuma pekerja. Bahkan anak sekolah pun bisa ikut merasakannya.Â
Menilik post holiday blues dari aspek psikologi, mengapa bisa terjadi?
Ada banyak alasan seseorang dapat mengalami sindrom post holiday blues. Lamanya pun berbeda-beda, tergantung bagaimana tiap individu menanggapi sindrom ini dalam dirinya.Â
Alasan utamanya adalah karena terjadinya perubahan kebiasaan dan perilaku semasa libur dan setelah liburan. Di mana biasanya di masa libur kita tidak memiliki tuntutan kerja ataupun tugas dari sekolah.Â
Bebas untuk mengatur waktu hingga bermalas-malasan tidak menjadi beban di masa liburan. Relaksasi dan hanya fokus pada acara-acara intimate keluarga. Tentunya, akan berubah 180 derajat jika sudah memasuki masa pasca liburan.
Di mana rutinitas kembali normal dan ada tanggung jawab yang mesti kembali dilakukan. Alhasil, jika dianggap sebagai beban hal inilah yang menyebabkan kita merasa stress bahkan depresi setelah musim liburan.Â