Mohon tunggu...
Eka Sarmila
Eka Sarmila Mohon Tunggu... Mahasiswa - Long Life Learner

Halo! Perkenalkan saya Eka. Menulis adalah cara saya untuk bertukar cerita kepada orang lain pada jangkauan yang lebih luas.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Post Holiday Blues: Pandangan dalam Sisi Psikologi dan Tips Supaya Terbebas dari Sindrom Ini Pasca Liburan!

4 Januari 2024   15:28 Diperbarui: 6 Januari 2024   00:10 462
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Merasa sedih, stress, atau tidak bersemangat setelah liburan? Jangan-jangan kamu terkena sindrom post holiday blues! Post holiday blues adalah sebuah sindrom di mana kita merasakan sedih, stress, depresi, dan tidak bersemangat setelah liburan.

Saya pun jadi teringat dengan keluhan seorang tetangga di dekat rumah. Ia mengeluhkan anaknya yang berada di bangku sekolah menengah pertama. Menurutnya, saat liburan anaknya tampak sehat dan penuh ceria untuk bermain.

Lantas, saat jadwal kembali ke sekolah, tiba-tiba sang anak banyak mengeluhkan sakit. Tentunya, ini membuat pertanyaan dibenak orang tuanya. "Lho! Kemarin waktu liburan sehat-sehat saja. Kenapa pas mau masuk sekolah malah sakit!"

Jika dipikir-pikir seharusnya setelah rehat di masa liburan, seharusnya semangat untuk kembali beraktivitas sudah bangkit kembali. Nyatanya, sebagian orang justru mengalami sindrom ini. 

Siapa pun bisa terkena sindrom ini, bukan cuma pekerja. Bahkan anak sekolah pun bisa ikut merasakannya. 

Menilik post holiday blues dari aspek psikologi, mengapa bisa terjadi?

Foto. Freepik.com
Foto. Freepik.com
Ada banyak alasan seseorang dapat mengalami sindrom post holiday blues. Lamanya pun berbeda-beda, tergantung bagaimana tiap individu menanggapi sindrom ini dalam dirinya. 

Alasan utamanya adalah karena terjadinya perubahan kebiasaan dan perilaku semasa libur dan setelah liburan. Di mana biasanya di masa libur kita tidak memiliki tuntutan kerja ataupun tugas dari sekolah. 

Bebas untuk mengatur waktu hingga bermalas-malasan tidak menjadi beban di masa liburan. Relaksasi dan hanya fokus pada acara-acara intimate keluarga. Tentunya, akan berubah 180 derajat jika sudah memasuki masa pasca liburan.

Di mana rutinitas kembali normal dan ada tanggung jawab yang mesti kembali dilakukan. Alhasil, jika dianggap sebagai beban hal inilah yang menyebabkan kita merasa stress bahkan depresi setelah musim liburan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun