Sayangnya, imbauan ini belum tentu dapat diterima oleh seluruh pihak. Pasalnya, setelah kurang lebih 3 tahun lamanya pandemi Covid-19. Dunia usaha mulai memasuki masa perkembangan yang lebih baik.Â
Toh, buktinya negara-negara diluar sana yang telah mencabut kebijakan pembatasan sosial di masyarakatnya kualitas udaranya tidak seburuk Jakarta. Pasalnya, akar permasalahanya adalah banyak jumlah kendaraanya. Bukan banyak orang yang berpergian keluar.
Jika banyak pekerja yang berangkat menggunakan moda transportasi umum, seharusnya emisi karbon mampu ditekan.
Lantas, meskipun masifnya perkembangan transportasi umum di Jakarta, mengapa tetap banyak orang lebih setia menggunakan sepeda motor?
Bahkan, mengutip dari laman KATADATA.co.id, jumlah pekerja komuter di Indonesia yang menggunakan transportasi pribadi/dinas jumlahnya mencapati 93%, sedangkan yang menggunakan transportasi umum hanya 5,82%.Â
Ada beberapa alasan, orang cenderung tetap menggunakan kendaraan pribadi dibandingkan dengan transportasi umum.
Pertama, di rush hour jumlah moda transportasi umum masih jauh berbanding terbalik dengan banyak penggunanya.Â
Pada rush hour (jam sibuk), tak jarang pekerja yang mesti berdesak-desakan bahkan kecopetan demi menghemat biaya transportasi.
Belum lagi, waktu tunggu transportasi yang dibilang cukup menyita waktu. Alhasil masih banyak yang tetap memilih moda transportasi pribadi sebagai pilihan utama.