Tinnitus belum ada obatnya. Tinnitus adalah suatu kondisi di mana satu atau dua telinga berdenging/berdengung secara terus menerus dalam waktu yang lama.
Bahkan pada beberapa kasus dan pengalaman yang saya alami sejak 8 bulan lalu, denging pada telinga kanan ini berbunyi dari bangun tidur hingga kembali tidur.
Berdamai dengan tinnitus atau "nyuekin" bunyi yang ada masih menjadi opsi utama dalam penanganan tinnitus. Sayangnya, bagi sebagian orang khususnya saya denging ditelinga adalah sebuah bencana.
Pasalnya, untuk mencapai posisi di mana pejuang tinnitus sudah tidak menganggap denging yang ada sebagai 'sebuah gangguan' memerlukan proses yang panjang.
Guna meminimalisir dampak kekhawatiran (Anxiety) berkepanjangan ada beberapa treatment yang dapat dilakukan. Misalnya, mengedukasi pasien dengan menggunakan sound therapy dan tata laksana cognitive behavioural therapy (CBT).
Terapi ini diberikan dengan harapan, pasien dapat mencapai fase habituation (pembiasaan). Sehingga denging yang ada tidak lagi hadir sebagai gangguan.
Sound Therapy, Menutup Suara Denging dengan Suara Lain.Â
Awal-awal kena tinnitus sungguh sangat menggangu! Apalagi saat memasuki jam tidur. Kualitas tidur menjadi berkurang karena denging yang ada.
Keadaan yang berkepanjangan bisa membuat tubuh makin stress. Meksipun belum ada obat yang secara pasti diklaim mampu 'menyembuhkan' tinnitus, ada beberapa treatment yang disarankan oleh spesialis THT, khususnya THT sub Neuorotologi.
Misalnya, melalui terapi suara (Sound therapy). Sound therapy adalah sebuah terapi yang diberikan kepada pasien tinnitus dengan mendengarkan suara pada frekuensi tertentu.Â
Berdasarkan pengalaman, untuk mengetahui frekuensi suara yang dapat digunakan untuk menyamarkan (masking) tinnitus kita akan mengikuti tes audiometri nada murni.
Tes ini digunakan untuk mengetahui kemampuan pendengaran penderita tinnitus. Selain itu, melalui tes ini pasien juga dapat mengetahui pada frekuensi berapa suara yang dapat digunakan untuk menyamarkan denging yang ada.
Ketika sudah mengetahui frekuensi yang sesuai atau mendekati, pasien dapat mengunduh aplikasi white noise ataupun mengetikan "sound therapy dengan frekuensi yang sesuai" pada laman Youtube.
Banyak pilihan suara yang dapat dipilih, mulai dari suara radio rusak, suara jangkrik, ataupun suara alam untuk menyamarkan dengingnya. Pilih sesuai kebutuhan guna menyamarkan tinnitus.
Sayangnya, menurut saya sound therapy hanya memberikan kenyamanan jangka pendek. Sehingga, apabila pemicunya tidak disingkirkan tinnitus dapat menjadi lebih buruk.
Cognitive Behavioural Therapy (CBT), Membiasakan Otak untuk Menerima Tinnitus
Sekali lagi, berdamai atau 'nyuekin' tinnitus adalah treatment terbaik agar otak tidak menganggap denging yang ada sebagai sebuah ancaman.
Dokter spesialis THT yang memeriksa saya mengatakan, "saat mendengar suara AC kita biasa aja, karena suara yang ada tidak dianggap sebagai sebuah gangguan. Begitupun dengan tinnitus'
Keadaan atau perawatan ini disebut dengan cognitive behavioural therapy (CBT). Di mana kita membiasakan otak untuk menerima denging yang ada.
Memberikan afirmasi postif dan menganggap bahwa tidak ada yang berubah akan memudahkan penderitanya untuk menerima keadaan.
Secara spesifik, langkah-langkah yang diberikan harus tersturktur dan hanya dapat diberikan oleh ahli. Namun, saya memiliki beberapa pengalaman yang mungkin sesama pejuang tinnitus dapat coba.
Pertama, kita dapat bertanya apakah hanya karena tinnitus hidup saya berubah? Sedikit berbeda bahkan dengan perubahan yang enggak kelihatan bukan masalah kok.
Kedua, saya juga berusaha untuk lebih bersyukur dan berkata bahwa, 'untunglah hanya berdenging tidak sampai tuli.'
Ketiga, selalu bersosialisasi dengan orang terdekat. Berbicara untuk mengalihkan denging yang ada. Entah itu berbicara dengan orang lain ataupun berbicara dengan diri sendiri.