Senja malam semakin menjadi dan waktu terus bergantiÂ
Jejak langkah itu enggan dan tidak akan pergiÂ
Sedang insan mulai terbangun dari lelapnya mimpiÂ
Tetesan demi tetesan air mulai terjatuh dari sumbernyaÂ
Ku berwudhu dan bermunajat kepada- Mu di sepertiga malamÂ
Lantunan doa mulai muncul dari relung hati yang paling dalamÂ
Ikhtiar, tawakal, khauf menyelimuti raga yang lemahÂ
Ya Rabb . . . Kasihilah jawaban takdir yang terbaik tuk hambaÂ
Retaknya qolbu, berdebarnya jantungku, dinginnya suhuÂ
Bercampur menjadi satu menyertai doaku kepada-MuÂ
Aku mulai menemukan jawaban dari doakuÂ
Sedikit demi sedikit terselip di setiap mimpi indahÂ
Semakin aku merenungi hal-hal yang terjadi Engkau tampakkan dalam wujud nyataÂ
Kau titipkan yang terbaik pada setiap hambaÂ
Dalam desiran hatiku mulai dipenuhi rasa cinta dan rinduÂ
Bagai Rama dan ShintaÂ
Perjodohan dua insan telah ditetapkanÂ
Penduduk langit dan bumi mengaminkanÂ
Kini hatiku mulai dipenuhi rasa cinta dan rinduÂ
Rindu yang amat ingin bertemu, rindu yang amat menyiksa hatiÂ
Petir yang berkilau akan mengeluarkan cahaya perubahanÂ
Perubahan itu menerpa nada kehidupanÂ
Di bawah mentari musim saljuÂ
Bagai melodi yang hangatÂ
Kini cinta dua insan akan bersatu dalam Rida dan Rahmat-MuÂ
Semoga kembali pada kata pulang pada-Mu. Â Â Â Â Â
Blitar, 17 September 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H