Gunung Merbabu adalah gunung api yang terletak di Kabupaten Magelang di lereng sebelah barat dan Kabupaten Boyolali di lereng sebelah timur dan selatan. Gunung ini selalu menjadi idaman para pendaki karena memiliki pemandangan yang sangat indah. Gunung merbabu menawarkan pengalaman mendaki yang sangat berbeda dibandingkan gunung lainnya.
Ketika berada di puncak gunung merbabu, kita dapat melihat betapa gagahnya gunung merapi. Gunung ini memiliki banyak jalur untuk mencapai ke puncaknya. Jalur yang paling terkenal adalah suwanting, karena ketika kita melewati jalur ini kita akan dibuat "sinting" oleh jalurnya.
Ketika sang surya mulai menampakkan diri, kami mulai terbangun karena dinginnya merbabu. Saat ingin melaksanakan salat, air yang sedingin es tidak bisa kami laksanakan. Jadi kami melakukan tayamum untuk melaksanakan salat.
Setelah mempersiapkan segala perbekalan, kami mulai pendakian dengan semangat. Ojek suwanting sudah menanti kami di gerbang pendakian. Setiap orang dikenakan biaya sepuluh ribu untuk sekali jalan.
Setelah 10 menit mengendarai ojek, kami sampai di pintu rimba merbabu jalur suwanting. Semua pendaki mendapat pengarahan dari pihak pengelola tentang jalur yang akan dilewati nanti. Jarak dari pintu rimba menuju pos satu sekitar 10 menit. Kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan, karena kondisi fisik masih bugar.
Sepanjang perjalanan menuju pos dua, jalur yang kami lewati sangatlah berdebu. Banyak pendaki yang kami lewati sering beristirahat dikarenakan kondisi jalur yang menguras tenaga. Sedangkan jarak dari pos satu menuju pos dua sekitar tiga jam.
Setelah perjalanan yang begitu melelahkan, kami sampai di pos dua. Di pos ini, kami melaksanakan salat dan makan siang. Bahkan diantara teman kami ada yang sampai tertidur dikarenakan rasa lelah selama perjalanan. Kondisi air yang sangat terbatas menyebabkan beberapa orang diantara kami ada yang memilih bersuci dengan tanah.
Kami melanjutkan perjalanan menuju pos tiga setelah beristirahat tiga puluh menit. Jalan menuju pos tiga sangatlah menanjak yang menyebabkan kami kehabisan air. Untungnya, sebelum pos tiga terdapat mata air sehingga kami dapat memenuhi pembekalan air untuk keesokan harinya.
Ketika Sang Surya berganti dengan Sang Purnama, akhirnya kami sampai di pos tiga. Diiringi suara burung hantu, kami bersegera mendirikan tenda. Diantara kami ada yang memasak makan malam untuk mengenyangkan perut. Setelah makan, kami beristirahat untuk persiapan besok menuju puncak Merbabu.
Suara burung membangunkan kami dari tidur yang sangat nyenyak. Kami mempersiapkan segala kebutuhan untuk mendaki ke puncak Merbabu. Sepanjang perjalanan menuju puncak, jalur didominasi oleh debu. Mayoritas diantara kami harus mengenakan penutup hidup.
Setelah dua puluh menit perjalanan, kami sampai di puncak suwanting. Pemandangan dari atas sini sangatlah menakjubkan. Kita bisa melihat gunung Merapi, gunung Sindoro, gunung Sumbing, dan masih ada banyak gunung disekitarnya.
Setelah satu jam perjalanan, akhirnya kami sampai di puncak Triangulasi. Pemandangan dari puncak ini sangatlah menakjubkan. Sungguh hati kami merasa sangat kecil dihadapkan dengan ciptaan Sang Pencipta. Kalimat syukur selalu kami ucapkan selama disana.
Beberapa meter dari puncak Triangulasi, terdapat puncak Kenteng Songo. Asal usul dinamakan Kenteng Songo karena disini terdapat sembilan batu yang menyerupai kenteng. Pemandangan disini juga tidak kalah menakjubkan. Banyak pendaki yang berfoto ria diatas sini
Tiga puluh menit di puncak, kami gunakan untuk mengabadikan momen yang sangat membahagiakan. Setelah puas di puncak, kami memutuskan untuk turun menuju tenda. Sesegera mungkin kami bersihkan tenda dan sampah yang ada di sekitarnya.
Setelah sekian lama, akhirnya kami turun membawa segala macam sampah yang kami temukan. Tidak lupa juga, kami mengisi air di sumber mata air terdekat. Bahkan kami harus berpisah dengan sebagian anggota rombongan untuk mengambil tanda pengenal di pintu rimba.
Lima jam waktu yang kami perlukan untuk sampai di pintu rimba. Segala macam sampah yang kami bawa ke puncak, diperiksa ulang oleh pihak pengelola. Alhamdulillah, sampah yang kami bawa utuh semua.
Setelah perjalanan yang sangat melelahkan, kami mutusin untuk mengendarai ojek menuju tempat penginapan. Rasa lapar yang tidak bisa ditahan, mengharuskan kami makan malam di tempat penginapan. Setelah mandi dan salat, akhirnya kami pulang ke rumah masing-masing.
Sepanjang jalan menuju rumah, kondisi fisik kami sudah sangat lelah. Tempat pengisian bahan bakar dan toko roti menjadi tempat istirahat kami. Keselamatan menjadi prioritas utama dibandingkan kecepatan waktu untuk kami sampai rumah.
Setelah tiga jam perjalanan, kami sampai di rumah masing-masing. Perlengkapan yang kami sewa untuk mendaki, dikembalikan esok hari. Langit malam menjadi saksi betapa lelahnya tubuh ini.
Malam berlalu sangat cepat. Bangun di pagi hari membuat tubuh ini masih sangat lelah. Semoga pendakian selanjutnya, kondisi fisik kami sudah pulih untuk menghadapi rintangan gunung-gunung lainnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H