Latar Belakang
Kalimantan Timur (Kaltim) memiliki potensi besar untuk mencapai kemandirian pangan berkat sumber daya lokalnya seperti jagung, umbut rotan, dan pisang kepok. Namun, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa pemanfaatan pangan lokal masih rendah. Berdasarkan data Bappeda Kaltim, ketergantungan Kaltim terhadap impor beras mencapai 40%, sementara produksi lokal hanya mampu memenuhi 60% kebutuhan. Selain itu, pola konsumsi masyarakat yang tidak beragam membuat pangan lokal semakin terpinggirkan. Kondisi ini berdampak langsung pada ketahanan pangan, ekonomi lokal, dan kesehatan masyarakat.
Meskipun pemerintah telah menerapkan kebijakan seperti UU Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan, program B2SA, dan Perpres 81 Tahun 2024 tentang percepatan diversifikasi pangan berbasis lokal, implementasinya masih menghadapi kendala. Masalah utama terletak pada minimnya infrastruktur distribusi, rendahnya edukasi masyarakat, serta kurangnya dukungan riset dan inovasi untuk pengembangan pangan lokal.
Permasalahan Utama
Rendahnya pemanfaatan pangan lokal di Kalimantan Timur disebabkan oleh beberapa faktor utama:
Ketergantungan Tinggi pada Impor. Sekitar 40% kebutuhan pangan, terutama beras, masih dipenuhi dari luar daerah seperti Sulawesi dan Jawa. Ketergantungan ini membuat pasokan pangan rentan terganggu oleh faktor eksternal, seperti krisis rantai pasok global.
Infrastruktur Distribusi yang Buruk. Daerah penghasil pangan seperti Paser mengalami hambatan distribusi akibat buruknya akses jalan dan minimnya fasilitas penyimpanan. Akibatnya, produk lokal sulit menjangkau pasar perkotaan dan kalah bersaing dengan produk impor yang lebih murah dan mudah diakses.
Pola Konsumsi yang Tidak Seimbang. Menurut data Satu Data Kaltim, konsumsi masyarakat Kaltim didominasi oleh karbohidrat (56,84%), sementara konsumsi buah, sayuran, dan umbi masih di bawah standar. Akibatnya, angka kekurangan gizi pada anak mencapai 15%, yang memperburuk kesehatan masyarakat.
Minimnya Dukungan Inovasi dan Riset. Rendahnya investasi dalam riset dan teknologi pengolahan menyebabkan produk pangan lokal kurang memiliki nilai tambah dan daya saing di pasar domestik maupun internasional.
Dampak dari Permasalahan
Ketahanan Pangan yang RentanKetergantungan pada impor membuat ketersediaan pangan di Kaltim tidak stabil. Gangguan pada rantai pasok dapat menyebabkan kelangkaan pangan dan lonjakan harga yang merugikan masyarakat.
Pelemahan Ekonomi LokalPetani dan produsen pangan lokal mengalami kerugian akibat terbatasnya akses pasar. Hal ini memperburuk kondisi ekonomi pedesaan dan memperlebar kesenjangan antara desa dan kota.
Masalah Kesehatan MasyarakatPola konsumsi yang tidak beragam menyebabkan ketidakseimbangan gizi dan meningkatkan risiko penyakit tidak menular, seperti diabetes dan obesitas, di samping memperburuk angka malnutrisi pada anak.
Alternatif Solusi dari Daerah/Negara Lain
Thailand - One Tambon One Product (OTOP). Setiap daerah memaksimalkan potensi pangan lokal dengan dukungan pemerintah untuk branding, pemasaran, dan pengembangan produk unggulan daerah.
Korea Selatan - Hansik Globalization. Kampanye nasional melalui sekolah, media, dan restoran untuk memperkenalkan pangan lokal dan meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap produk dalam negeri.
Jawa Tengah - Pasar Mitra Tani. Program ini menghubungkan petani lokal langsung dengan konsumen, memotong rantai distribusi, dan membuat harga produk lokal lebih kompetitif.
Rekomendasi Kebijakan
Untuk meningkatkan pemanfaatan pangan lokal dan mewujudkan kemandirian pangan di Kalimantan Timur, diperlukan langkah-langkah berikut:
Perbaikan Kebijakan yang Mendukung Pangan LokalRevisi kebijakan untuk memberikan insentif seperti subsidi harga dan pengurangan pajak bagi petani dan UMKM pangan lokal.
Peningkatan Edukasi tentang Pangan LokalKampanye gizi di sekolah, komunitas, dan media massa yang terintegrasi dengan program B2SA guna meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pangan lokal.
Pengembangan Infrastruktur DistribusiPembangunan gudang penyimpanan, perbaikan akses jalan, dan penyediaan jalur logistik khusus pangan lokal dari daerah penghasil ke pasar perkotaan.
Promosi dan Riset tentang Pangan LokalInvestasi dalam teknologi pengolahan pangan lokal, seperti pengemasan vakum untuk memperpanjang masa simpan dan meningkatkan daya saing produk lokal.
Peningkatan Kerjasama Antar DaerahOptimalisasi sinergi antar daerah untuk mengembangkan produk unggulan dan memastikan distribusi pangan lokal yang merata serta efisien.
Kesimpulan
Rendahnya pemanfaatan pangan lokal di Kalimantan Timur merupakan isu strategis yang berdampak pada ketahanan pangan, ekonomi lokal, dan kesehatan masyarakat. Dengan mengadaptasi kebijakan sukses dari daerah atau negara lain, serta menerapkan langkah-langkah konkret seperti perbaikan kebijakan, edukasi masyarakat, penguatan infrastruktur distribusi, riset, dan kerjasama antar daerah, Kalimantan Timur dapat membangun sistem pangan yang lebih mandiri, berkelanjutan, dan berdaya saing.
Rekomendasi ini ditujukan kepada Pemerintah Daerah Kalimantan Timur, khususnya Dinas Pangan, Tanaman Pangan, dan Hortikultura, serta pemangku kebijakan terkait.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H