Mohon tunggu...
Eka putriana Himayatul lutfa
Eka putriana Himayatul lutfa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa uin Surakarta

Kepribadin INFP

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pernikahan Wanita Hamil: Penyebab, Pandangan Menurut Ulama, Tinjauan Secara Sosiologis, Religius, dan yuridis

29 Februari 2024   18:40 Diperbarui: 29 Februari 2024   18:47 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Merasa diri paling benar dan sikap menyalahkan pasangan adalah jalan termudah untuk mengakhiri sebuah pernikahan. Kita bisa merancang semua alasan untuk membenarkan sikap kita. Namun tahukah, si Dia pun memiliki sejuta alasan untuk mempertahankan egonya. Oleh karena itu, demi komitmen untuk menciptakan keluarga yang harmonis, mengapa tidak jika kita yang meminta maaf terlebih dahulu. Meminta maaf tidak membuat kedudukan kita menjadi rendah di mata, sebaliknya, akan memecahkan kebekuan yang telah terbentuk sebelumnya.

5. Hindari Berburuk Sangka

Tuduhan yang tidak mendasar sering kali menjadi pemicu sebuah konflik dalam rumah tangga. Menghindari berburuk sangka pada pasangan akan membuat kita rileks dalam menjalani kehidupan dan membuat kita fokus untuk membina keluarga yang harmonis.

6. Memperbaiki Diri

Kita tidak bisa mengharapkan orang lain berubah, tanpa terlebih dahulu kita mengubah diri sendiri. sama dengan pasangan kita yang tak sempurna, sesungguhnya kita pun jauh dari sempurna. Boleh jadi sikap dan kebiasaan buruk yang kita miliki -- dan sering tidak kita sadari-merupakan satu sebab yang memicu timbulnya kemunduran.

7. Jangan Menutup Diri

Tidak ada pernikahan yang sempurna dan tanpa pernikahan. Ada kalanya pertengkaran itu berakhir pada konflik-pertengkaran hebat yang membuat kita berpikir untuk mengakhiri pernikahan. Jika hal itu terjadi pada pernikahan, tak ada salahnya membicarakan masalah yang kita hadapi pada pihak ketiga. Bicaralah pada orang yang kita percaya mampu berpura-pura adil dan bisa memberi solusi atas kondisi yang kita hadapi. Kita bisa menceritakan pada sahabat terdekat, atau konsultan pernikahan. Dengan melakukannya, beban yang kita rasakan akan terasa lebih ringan.

8. Utamakan Kebahagiaan Anak

Anak bisa menjadi sumber kebahagiaan, tetapi bisa juga menjadi sumber percekcokan bagi orangtuanya. Meskipun demikian, sudah menjadi tanggung jawab dan kewajiban orang tua untuk memberikan kehidupan yang tenang, tentram dan menyenangkan bagi buah hatinya. Bila kata cerai sudah di ujung lidah, ada baiknya kita berpikir ulang demi masa depan anak-anak. Bukankah anak selalu menjadi korban dalam sebuah perceraian? Ingatlah dampak perceraian yang kerap menimbulkan masalah dalam proses tumbuh kembang anak.

9. Berdoa

Mendekatkan diri pada Sang Pencipta serta berdoa, merupakan salah satu cara untuk menyelamatkan sebuah pernikahan dan membentuk keluarga harmonis. Hanya dengan memiliki keyakinan dan bersandar pada kekuatan Tuhan, kita mampu bertahan dan menjalani kehidupan pernikahan dengan baik. Nah, itulah beberapa langkah yang bisa kita lakukan untuk menciptakan keluarga yang bahagia, aman, tentram dan harmonis. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun