Mohon tunggu...
ekaputri
ekaputri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa/Universitas Sebelas Maret

Saya adalah mahasiswa semester 1 dengan kepribadian yang disiplin dan bertanggung jawab

Selanjutnya

Tutup

Book

Eksplorasi Penggunaan Bahasa dan Gaya Naratif dalam Sastra Digital: Dampak pada Persespsi Pembaca Muda

9 Desember 2024   22:15 Diperbarui: 9 Desember 2024   22:10 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Book. Sumber ilustrasi: Freepik

Kebiasaan membaca seseorang dan jenis - jenis sastra telah mengalami perubahan yang signifikan di era digital. Dengan kemajuan teknologi, orang tidak hanya membaca sastra lebih sering, tetapi juga berdampak pada bahasa dan gaya naratif yang digunakan seseorang dalam karya sastra digital. Sastra digital seperti puisi digital, cerita bersambung di media sosial, dan novel interaktif menjadi sarana membaca yang lebih familiar dan menarik bagi generasi muda yang tumbuh dengan internet, daripada membaca sastra klasik pada media cetak seperti buku.

Tujuan dari artikel ini adalah untuk mempelajari bagaimana sastra digital, dengan bahasa dan gaya naratifnya yang unik, berdampak pada persepsi dan pemahaman pembaca generasi muda terhadap karya sastra. Selain itu, artikel ini akan menekankan peran media sosial dalam menyebarkan sastra digital di kalangan generasi muda.

Purwanti (2020) menyatakan bahwa budaya digital memiliki dampak yang signifikan pada penggunaan bahasa, terutama di kalangan generasi muda. Selain itu, Rahmawati (2021) mengatakan bahwa gaya dan bahasa sastra digital lebih fleksibel dan lebih dekat dengan bahasa sehari-hari, sehingga terasa lebih akrab bagi pembaca muda. Santosa (2023) juga menekankan bagaimana gaya naratif yang digunakan dalam sastra digital dapat memengaruhi persepsi pembaca muda, yang lebih suka cerita yang interaktif dan mudah dipahami.

Ada juga kekhawatiran bahwa penggunaan bahasa yang sederhana ini dapat mengurangi kualitas dan apresiasi sastra klasik. Santoso dan Widiastuti (2021) menyatakan bahwa meskipun media sosial memainkan peran yang signifikan dalam penyebaran sastra digital dan bahasa daerah, ini dapat menyebabkan generasi muda lebih menyukai sastra populer daripada sastra klasik.

Penggunaan bahasa dan gaya naratif dalam sastra digital berbeda. Untuk lebih dekat dengan pembaca muda, banyak karya sastra digital menggunakan bahasa sehari-hari yang santai, bahkan gabungan bahasa daerah atau bahasa gaul, dengan tujuan agar pembaca merasa lebih terhubung dengan cerita. Selain bahasa, genre sastra digital juga makin beragam mengikuti minat generasi muda.

Rahmawati (2021) menyatakan bahwa gaya bahasa yang digunakan dalam sastra digital sering disesuaikan dengan platform yang digunakan, seperti bahasa informal yang ditemukan di Instagram atau Twitter. Bahasa di platform ini sering disederhanakan dan cerita dibuat lebih singkat untuk menarik perhatian pembaca yang lebih singkat. Akibatnya, pembaca yang lebih muda mungkin lebih mudah memahami dan mengakses cerita. Santosa (2023) juga menekankan bahwa gaya naratif ini dapat membuat pembaca merasa lebih interaktif dan emosional, terutama karena pembaca dapat berpartisipasi dalam alur cerita, misalnya dengan memilih alur cerita selanjutnya.

Media sosial seperti Instagram, Twitter, dan Wattpad sangat membantu menyebarluaskan sastra digital. Media sosial memudahkan pembaca muda menemukan karya sastra digital, menurut Santo dan Widiastuti (2021). Selain itu, melalui tanda suka, berbagi, dan komentar, platform-platform ini mendorong pembaca untuk berpartisipasi. Pembaca merasakan rasa kepemilikan dan keterlibatan sebagai hasilnya, yang mendorong mereka untuk terus membaca dan mengikuti perkembangan cerita.

Sebagai contoh, orang yang menggunakan platform seperti Wattpad dapat meninggalkan komentar di setiap bab cerita. Selain memberikan pengalaman membaca yang unik, jenis interaksi ini membina hubungan yang lebih erat antara pembaca dan penulis. Ini berbeda dengan sastra cetak yang lebih satu arah, di mana pembaca hanya menerima cerita tanpa berinteraksi dengan penulis. Dengan adanya fitur komentar tersebut, pembaca dapat memberikan masukan kepada penulis untuk karya atau alur cerita selanjutnya. Selain itu dalam platform Wattpad ini, pembaca dapat memberikan voting disetiap babak sebagai bentuk apresiasi kepada penulis yang telah menciptakan karyanya.

Media sosial juga membentuk komunitas pembaca di mana pembaca muda dapat berbagi saran dan berbicara tentang karya sastra digital, menurut Wijaya (2022). Fenomena ini mengubah cara generasi muda membaca sastra. Mereka sekarang membaca sebagai bagian dari komunitas digital daripada membaca sendirian. Namun, ada kekhawatiran bahwa pembaca mungkin lebih memilih cerita-cerita populer yang mudah diakses ini membuat pembaca lebih memilih cerita-cerita populer yang kadang kurang berkualitas, daripada karya sastra klasik yang lebih mendalam.

Pembaca muda mungkin lebih mudah memahami cerita karena gaya naratif yang interaktif dan penggunaan bahasa yang lebih sederhana. Persepsi mereka tentang apa yang disebut "sastra" juga dipengaruhi oleh hal ini. Gaya naratif yang sederhana dan bahasa yang sederhana membuat mereka percaya bahwa sastra adalah sesuatu yang menyenangkan dan relevan dengan kehidupan sehari-hari. Ini berbeda dengan cara orang melihat sastra klasik, yang sering dianggap "berat" atau sulit dipahami.

Namun, metode bahasa yang santai dan kemudahan akses ini juga menimbulkan masalah. Beberapa kritikus berpendapat bahwa sastra digital berpotensi mengurangi apresiasi terhadap keindahan bahasa dan kompleksitas tema yang biasanya ditemukan dalam sastra klasik. Hal ini menimbulkan pertanyaan apakah generasi muda hanya akan mengenal sastra dalam bentuk digital yang sederhana atau apakah mereka juga akan tertarik pada karya sastra klasik yang lebih kompleks dan mendalam.

Meskipun begitu, sastra digital juga memiliki potensi untuk memperluas cakupan pembaca. Ini dapat dilakukan karena formatnya yang lebih fleksibel dan dapat menjangkau pembaca muda yang mungkin sebelumnya tidak tertarik pada sastra. Selain itu, banyak karya sastra digital yang membahas masalah sosial, budaya, dan emosional yang relevan dengan kehidupan generasi muda, sehingga dapat berfungsi sebagai alat yang efektif untuk mengajarkan generasi muda.

Dengan munculnya sastra digital, ada peluang besar untuk melibatkan lebih banyak generasi muda dalam dunia sastra. Namun, penting untuk memastikan bahwa sastra digital tidak hanya menjadi media hiburan, tetapi juga media yang dapat meningkatkan apresiasi sastra. Untuk mencapai hal ini, berbagai pihak, termasuk penulis, penerbit, dan pendidik, harus melakukan upaya untuk mengarahkan pembaca muda ke karya sastra yang berkualitas.

Jadi, bahasa dan gaya naratif dalam sastra digital memiliki dampak positif maupun negatif terhadap pandangan pembaca muda. Bahasa yang lebih sederhana dan gaya naratif yang interaktif membuat sastra lebih mudah diakses dan menarik bagi generasi muda. Di sisi lain, peran media sosial dalam penyebaran sastra digital membuat minat baca menjadi lebih populer tetapi mungkin cenderung mengabaikan karya-karya sastra klasik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun