Pengaruh Bahasa Daerah dan Bahasa Gaul terhadap Interaksi Guru dengan Siswa dalam Kegiatan Belajar Mengajar
Eka Puspita Rini dan Vera Sardila
Pendidikan Bahasa Indonesia
Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau
Abstrak
Artikel ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan bahasa daerah dan bahasa gaul terhadap interaksi guru dengan siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Artikel ini menjelaskan bahwa bahasa daerah dan bahasa gaul mempunyai pengaruh besar terhadap cara guru dan siswa berinteraksi. Bahasa daerah merupakan bagian integral dari identitas budaya dan umum digunakan dalam kehidupan sehari-hari di berbagai wilayah di Indonesia. Bahasa daerah digunakan sebagai alat komunikasi dalam keluarga dan masyarakat. Sebaliknya, bahasa gaul merupakan bentuk bahasa yang lebih informal dan dinamis yang berkembang terutama di kalangan anak remaja. Bahasa gaul biasanya digunakan di media sosial dan film. Penggunaan bahasa daerah di sekolah dapat meningkatkan keterlibatan siswa dan memperkuat identitas budaya, namun juga dapat menimbulkan kesulitan dalam pemahaman materi pelajaran yang disampaikan dalam bahasa Indonesia. Di sisi lain, penggunaan bahasa gaul di kalangan siswa menunjukkan adanya rasa kebersamaan dan solidaritas, namun juga dapat mengurangi keformalan dan efektivitas komunikasi akademik antara siswa dan guru. Oleh karena itu, guru dan siswa hendaknya memahami pentingnya penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar ketika berinteraksi untuk meningkatkan hasil pembelajaran di kelas.
Kata Kunci: Bahasa Daerah, Bahasa Gaul, Guru, Siswa.
PENDAHULUAN
Dalam konteks pendidikan, bahasa memainkan peran penting dalam membangun interaksi antara guru dan siswa. Interaksi ini dapat berlangsung dalam berbagai bentuk, termasuk komunikasi verbal dan nonverbal. Dalam komunikasi verbal, bahasa yang digunakan oleh siswa dan guru dapat mempengaruhi efektivitas berinteraksi. Bahasa merupakan sarana utama dalam komunikasi dan pembelajaran. Di Indonesia, keberagaman bahasa sangat menonjol dengan ratusan bahasa daerah yang masih aktif digunakan sehari-hari. Selain itu, perkembangan zaman dan teknologi telah melahirkan berbagai bentuk bahasa baru, salah satunya adalah bahasa gaul. Bahasa gaul yang banyak dipengaruhi oleh perkembangan budaya pop dan media sosial menjadi bahasa yang umum digunakan oleh generasi muda dalam interaksi mereka.
Penggunaan bahasa daerah oleh siswa dapat mencerminkan identitas kultural mereka dan memberikan rasa nyaman saat berkomunikasi. Namun, tidak jarang bahasa daerah yang digunakan siswa menjadi kendala apabila guru tidak memahami bahasa tersebut, sehingga dapat menghambat proses komunikasi yang efektif di dalam kelas. Di sisi lain, bahasa gaul yang sering digunakan oleh siswa dalam percakapan sehari-hari dapat menciptakan tantangan tersendiri bagi guru. Bahasa gaul sering kali penuh dengan istilah-istilah baru dan tidak baku, yang mungkin tidak dipahami oleh sebagian guru.
Penggunaan bahasa daerah dan bahasa gaul dapat mempengaruhi interaksi siswa dengan guru dalam berbagai aspek. Pertama, penggunaan bahasa daerah dapat mempengaruhi kemampuan siswa dalam komunikasi dengan guru. Misalnya, kesulitan dalam memahami bahasa daerah menyebabkan guru dan siswa mengalami kesalahpahaman yang pada akhirnya dapat mempengaruhi penjelasan materi, intruksi dan umpan balik yang diberikan oleh guru. Akibatnya kemampuan siswa untuk berkomunikasi dengan jelas dan efisien dengan guru bisa terganggu sehingga hal ini dapat berdampak pada kualitas proses belajar mengajar. Kedua, penggunaan bahasa gaul dapat mempengaruhi perilaku siswa dalam berinteraksi dengan guru. Misalnya, penggunaan bahasa gaul dalam konteks formal seperti di kelas bisa dianggap kurang sopan atau tidak sesuai dengan etika komunikasi akademik. Hal ini dapat mempengaruhi perilaku siswa dan menghambat terciptanya lingkungan belajar yang kondusif. Ketiga, penggunaan bahasa daerah dan bahasa gaul dapat mempengaruhi kesadaran siswa terhadap pentingnya bahasa dalam proses belajar mengajar. Misalnya, ketika siswa terbiasa menggunakan bahasa daerah dan bahasa gaul dalam situasi formal, mereka mungkin tidak sepenuhnya menyadari pentingnya penggunaan bahasa yang sesuai untuk menyampaikan ide dengan jelas dan efektif. Kurangnya kesadaran ini bisa berdampak pada kemapuan siswa dalam menulis, berbicara dan memahami materi pelajaan secara akademis.
Mengingat pentingnya interaksi yang efektif antara siswa dan guru dalam proses belajar mengajar, memahami pengaruh penggunaan bahasa daerah dan bahasa gaul menjadi hal yang sangat krusial. Dengan demikian, diharapkan artikel ini dapat memberikan wawasan dan pemahaman yang lebih baik mengenai pengaruh bahasa daerah dan bahasa gaul terhadap interaksi guru dengan siswa dalam kegiatan belajar mengajar serta mengetahui dampak positif negatifnya.
PEMBAHASAN
Bahasa Daerah
Bahasa daerah adalah bahasa yang digunakan oleh masyarakat di suatu daerah tertentu sebagai alat komunikasi sehari-hari. Bahasa ini biasanya merupakan bahasa asli yang telah berkembang secara turun-temurun di wilayah tersebut dan sering kali memiliki perbedaan signifikan dalam hal kosakata, tata bahasa, dan pengucapan dibandingkan dengan bahasa resmi atau nasional. Menurut (Khotimah, 2012) mengatakan “Bahasa daerah merupakan suatu penuturan bahasa dalam suatu wilayah di sebuah negara kebangsaan, baik pada suatu negara bagain federal atau provinsi maupun daerah kecil, bahkan wilayah yang lebih luas." Bahasa daerah adalah bahasa tradisional suatu daerah yang diwariskan secara turun temurun oleh masyarakat lingistik yang menggunakannya (Parera, 1989). Bahasa daerah adalah bahasa yang digunakan sebagai bahasa komunikasi di wilayah Indonesia dan merupakan bagian dari kebudayaan Indonesia. Bahasa daerah sering juga disebut dengan bahasa ibu karena merupakan bahasa pertama (B1) yang dipelajari sejak masa kanak-kanak sebagai alat komunikasi dan alat pikiran secara alami (Alwasilah, 2007). Menurut Undang-undang dasar 1945 pasal 36 Bab XV bahasa daerah mempunyai tugas, yakni (1) lambang kebanggan daerah, (2) lambang identitas daerah, (3) sarana perhubungan di dalam keluarga dan masyarakat daerah, dan (4) sarana pengembangan serta pendukung kebudayaan daerah.
Bahasa Gaul
Bahasa gaul adalah sejumlah kata atau istilah yang mempunyai arti yang khusus, unik, menyimpang atau bahkan bertentangan dengan arti lazim ketika digunakan oleh orang-orang dari subkultur tertentu (Mulyana, 2008). Menurut Sarwono (2004) “Bahasa gaul merupakan bahasa khas remaja (kata-kata dimodifikasi sedemikian rupa, sehingga hanya mereka yang dapat memahaminya) dan dapat dipahami oleh hampir seluruh remaja di tanah air yang memiliki akses terhadap media massa.” Sedangkan menurut Nurhasanah (2017), “Bahasa gaul merupakan gaya bahasa yang mewakili evolusi atau modifikasi berbagai bahasa, termasuk bahasa Indonesia, sehingga bahasa gaul tidak mempunyai struktur gaya bahasa yang jelas.” Secara keseluruhan, bahasa gaul mencerminkan identitas dan budaya kelompok tertentu, terutama bagi kalangan muda, serta menjadi sarana kreativitas dalam berkomunikasi.
Guru
Guru adalah seseorang yang memiliki keahlian dan pengetahuan dalam bidang tertentu dan bertanggung jawab untuk mengajar, membimbing, dan menginspirasi orang lain, terutama para siswa dalam proses pembelajaran. Guru tidak hanya menyampaikan informasi dan materi pelajaran, tetapi juga berperan dalam membentuk karakter, moral, dan keterampilan sosial siswa. Guru berfungsi sebagai fasilitator, mentor, dan pembimbing yang membantu siswa mengembangkan potensi mereka secara maksimal. Guru disebut juga pendidik atau pengajar, namun tidak semua pendidik adalah guru, karena mengajar pada hakikatnya adalah profesi yang memerlukan keterampilan teknis dan sikap pibadi tertentu yang semuanya itu diperoleh melalui proses belajar mengajar dan latihan. Guru adalah seseorang yang memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta mampu mewujudkan tujuan pendidikan nasional (Mawardi, 2020).
Menurut Dri Atmaka (2004), “Pendidik atau guru adalah orang yang bertanggung jawab untuk memberikan bantuan kepada siswa dalam pengembangan baik fisik dan spiritual.” Selain itu, guru adalah jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus dengan tugas pokoknya seperti, pendidikan, pengajaran, bimbingan, pelatihan, penilaian, dan evaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini, pendidikan formal, pendidikan dasar, dan menengah.
Dengan beberapa definisi tersebut maka dapat pula dikatakan orang yang termasuk dalam kategori guru adalah orang yang secara keseluruhan bertanggung jawab terhadap pendidikan anak didiknya, baik secara klasikal maupun individual.
Siswa
Siswa atau anak didik adalah salah satu komponen manusia yang memegang peranan sentral dalam proses belajar mengajar, mereka mempunyai tujuan sebagai partisipan dalam mencapainya dan ingin mencapainya secara maksimal. Karena siswa merupakan faktor penentu, maka mereka dapat mempengaruhi segala sesuatu yang diperlukan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dalam pendidikan, siswa merupakan individu yang terdaftar di suatu institusi pendidikan, seperti sekolah atau universitas untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai melalui proses belajar mengajar. Siswa adalah individu yang unik dengan kesiapan dan kemampuan fisik, psikologis dan intelektual yang berbeda-beda, dan mereka mengikuti atau beradaptasi terhadap semua aktivitas dan kebutuhan gurunya hanya dalam proses pengaktifan perilaku dan proses belajarnya (Hamalik, 2010).
Sumkadinata menyebutkan bahwa siswa adalah individu yang berbeda dalam proses perkembangan. Perkembangan merupakan perubahan yang bersifat progresif yaitu menuju ke tahap yang lebih tinggi, lebih besar, lebih baik dari seluruh aspek kepribadian. Proses perkembangan ini mengikuti beberapa prinsip: (1) berangsur seumur hidup dan meliputi semua aspek, (2) tiap individu memiliki kecepatan dan kualitas perkembangan yang berbeda, (3) memiliki pola-pola yang beraturan, (4) berangsur sedikit demi sedikit, (5) berlangsung dari pengetahuan yang bersifat umum kepada yang khusus, (6) mengikuti fase-fase tertentu.
Pengaruh Bahasa Daerah dan Bahasa Gaul terhadap Interaksi Guru dengan Siswa dalam Kegiatan Belajar Mengajar
Pendidikan adalah proses yang melibatkan interaksi antara guru dan siswa. Komunikasi antara guru dan siswa harus berjalan dengan baik. Komunikasi yang efektif antara guru dan siswa merupakan salah satu kunci utama dalam keberhasilan proses belajar mengajar. Dalam kegiatan belajar mengajar, dua komponen utama yang berinteraksi yaitu guru dan siswa. Keduanya memiliki peran yang saling melengkapi dan sangat penting dalam menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan produktif. Guru harus mempunyai kemampuan berkomunikasi yang baik agar pembelajaran dapat tersalurkan kepada siswa dengan sempurna. Meskipun kegiatan belajar mengajar guru dan siswa terlaksana dengan baik, namun masih banyak bahasa daerah dan bahasa gaul yang digunakan untuk mendukung kelancaran proses pembelajaran tersebut.
Pernyataan “Bahasa Indonesia yang baik dan benar” adalah “Bahasa Indonesia yang digunakan menurut konteks dan kaidah.” Pemahaman yang baik mengacu pada konteks (situasi), dan pemahaman yang benar mengacu pada kaidah bahasa (tatabahasa). Oleh karena itu, dalam penggunaan bahasa perlu adanya harmonisasi konteks penggunaan bahasa dan kaidah penggunaannya. Konteks penggunaan bahasa berkaitan dengan kondisi penulisan (konteks), dan kaidah penggunaan bahasa berkaitan dengan tatabahasa yang digunakan. Fungsi bahasa menurut Keraf (2004), “Bahasa mempunya empat fungsi: (1) sebagai alat ekspresi diri, (2) sebagai alat komunikasi, (3) sebagai alat integrasi dan adaptasi sosial, (4) sebagai alat kontrol sosial.”
Seperti yang kita ketahui, ketika berbicara bahasa Indonesia, masih ada guru dan siswa yang terpengaruh oleh penggunaan bahasa daerah dan bahasa gaul yang sering mereka gunakan dalam kehidupan sehari-hari dalam kegiatan belajar mengajar di kelas maupun di masyarakat. Hal ini berdampak negatif terhadap pemahaman bahasa Indonesia mereka yang baik dan benar.
Adapun fungsi penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar, yaitu dilihat dari kaidah bahasanya. Kaidah itu meliputi aspek (1) tata bunyi atau fonologi, (2) tata bahasa (kata dan kalimat), (3) kosa kata (ejaan dan makna). Faktor yang mempengaruhi penggunaan bahasa diantaranya yaitu lingkungan keluarga, lingkungan sosial, dan pengaruh bahasa daerah. Pada faktor tersebut terlihat bahwa mereka belum bisa membedakan antara bahasa keseharian dengan bahasa formal yang harus digunakan di sekolah, faktor kebahasaan sejak dulu yang salah, faktor lingkungan dan lain sebagainya. Ternyata bahasa daerah maupun bahasa gaul dapat mempengaruhi proses kegiatan belajar mengajar di kelas, serta psikologi seseorang. Siswa sering bingung membedakan bahasa yang tergantung pada tingkat pengetahuannya karena mereka tidak dapat menempatkan bahasa tersebut pada tempatnya. Begitu juga dengan guru zaman sekarang, banyak yang sudah terpengaruh dengan bahasa yang sedang marak digunakan di kalangan masyarakat saat ini. Penggunaan bahasa daerah dan bahasa gaul terhadap interaksi guru dan siswa tentunya mempunyai dampak positif dan dampak negatif.
Berikut ini dampak positif penggunaan bahasa daerah:
1) Siswa cenderung lebih cepat memahami pelajaran karena mereka belajar dengan bahasa yang mereka gunakan sehari-hari.
2) Menggunakan bahasa daerah di sekolah dapat membantu melestarikan bahasa dan budaya setempat.
3) Mempermudah komunikasi antara guru dan siswa, terutama bagi siswa yang belum mahir berbahasa nasional.
Berikut ini dampak negatif penggunaan bahasa daerah:
1) Bahasa daerah yang sulit dipahami oleh siswa yang berasal dari daerah lain.
2) Bagi orang asing yang ingin belajar bahasa Indonesia menjadi kesulitan karena kosakatanya banyak.
3) Siswa menjadi kurang paham dalam menggunakan bahasa Indonesia yang baku karena sudah terbiasa menggunakan bahasa daerah.
Berikut ini dampak positif penggunan bahasa gaul:
1)Mempererat hubungan sosial yang mana siswa merasa lebih dekat antara satu sama lain.
2) Memberikan siswa kebebasan dalam mengekspresikan diri mereka secara kreatif dan santai.
3) Menggunakan bahasa gaul dapat membuat lingkungan belajar menjadi lebih santai dan menyenangkan.
Berikut ini dampak negatif penggunaan bahasa gaul:
1)Mempersulit siswa dalam berkomunikasi pada acara formal di sekolah.
2)Penggunaan bahasa gaul dianggap kurang sopan ketika berbicara dengan guru dan orang yang lebih tua.
3)Eksistensi bahasa Indonesia menjadi terancam.
PENUTUP
Penggunaan bahasa daerah dan bahasa gaul dalam interaksi antara guru dan siswa memiliki pengaruh signifikan dalam kegiatan belajar mengajar. Bahasa daerah dapat meningkatkan kedekatan emosional dan pemahaman konteks budaya lokal yang mendukung komunikasi lebih efektif dan menciptakan lingkungan belajar yang nyaman bagi siswa. Di sisi lain, penggunaan bahasa gaul dapat meningkatkan partisipasi dan minat siswa serta membuat suasana kelas lebih santai dan akrab. Namun, perlu diimbangi dengan penggunaan bahasa baku untuk menjaga kualitas dan kejelasan materi pelajaran. Secara keseluruhan, keseimbangan antara penggunaan bahasa daerah, bahasa gaul, dan bahasa baku dapat mendukung proses pembelajaran yang lebih efektif dan menyenangkan.
DAFTAR PUSTAKA
Aritonang, B. (2020). "Penggunaan Bahasa Daerah Generasi Muda Provinsi Maluku Utara dan Papua Barat":Jurnal Kajian Bahasa, 163.
Dewi Agustina dkk. (2021). "Pengaruh Bahasa Daerah terhadap Sistem Pendidikan di SDN 03 Gunung Tuleh, Kabupaten Pasaman Barat": Jurnal Pendidikan, 683.
Ira Novianti dkk. (2019). "Pengaruh Bahasa Daerah dan Gaul terhadap Guru dan Siswa dalam Kegiatan Belajar Mengajar":Jurnal Bahasa, 546.
Nurjannah, A. (2019). "Analisis Penggunaan Bahasa Daerah dalam Pembelajaran Menulis Cerpen di Kelas IX SMPN1 Cipatat Kabupaten Bandung Barat":Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, 257.
Joko Suleman. 2018. Dampak Penggunan Bahasa Gaul di Kalangan Remaja terhadap Bahasa Indonesia. http://simkatmawa.kemdikbud.go.id/v3/assets/upload/foto_non_lomba_061016_1560700655018261800.pdf
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H