Kepada diri yang sangat terobsesi menyeimbangkan Kebutuhan dan Kewajiban
Mampu berkelana dengan sedikit kesanggupan, jauh dari berbalut keraguan
Semua bukan berasal dari kekurangan tetapi ada kalanya di umur dua puluhan untuk bisa mengambil sikap keluguan
Pertanyaan kesuksesan selalu menerpa dalam pikiran, samar-samar arah kepastian dan jawaban karena pikiran sudah terbius kian
Lalu bila diri terus-terusan bergelut dengan kehampaan, berakhir sampai mana untuk memikirkan kemajuan diri?
Keluarlah kata pengecut pijakan dari mana asal pikiran ini berputar, menembus hati yang kaku karena kebetulan sadar terjebak dalam kekeliruan
Kemungkinan ini adalah puncak umur yang menentukan dimana orang-orang juga sudah melakukan hal demikian
Ini bukan hanya sekedar tentang pelarian
Bukan saja tentang protes menghadapi impian
Bukan pula juga sibuk memperjuang kebahagian
Hanya saja berterima kasih untuk saat ini masih di beri jalan menikmati kehidupan
Waktu tidak bisa di benah, melainkan proses bila itu tidak di habiskan dengan sembarangan
Karena pada hakikatnya sejauh mana kaki menuju kesalahan, pada kebenaranlah ia akan pulang.
NB: Sajak ini dibuat ketika mendengarkan lagu Dato' Sri Siti Nurhaliza, Cindai
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H