LIBERALISASI PERGAULAN MENGANCAM KELUARGA
Â
Keluarga adalah pondasi dasar dalam sebuah negara. Karena keluarga berfungsi sebagai pembentukan dasar ahlak, kasih sayang, reproduksi yang sehat, pemberian rasa aman, sosialiasasi primer, dan finansial.Â
Dengan keluarga peran orangtua sangat urgens dalam pembentukan kepribadian anak. Dimana ada beberapa tahapan sosialisasi ( tahap pembentukan kepribadian anak ) :
- Tahap persiapan ( Prepatory stage )
- Tahap ini seorang anak dilahirkan saat seorang anak mempersiapkan diri untuk mengenal dunia sosialnya termaksud untuk pemahaman tentang diri. Pada tahap ini juga, anak-anak mulai melakukan kegiatan meniru meski tidak sempurna .
- Tahap meniru ( play stage )Â
- Tahap ini ditandai dengan makin sempurnya seorang anak meniru peran --peran yang dilakukan oleh orang dewasa. Contoh seorang anak meniru berpakai TNI
- Tahap siap bertindak ( game stage )Â
- Peniruan yang dilakukan sudah mulai berkurang dan digantikan oleh peran secara langsung dimainkan sendiri dengan penuh kesadaran. Contoh pada usia remaja
- Tahap penerimaan norma kolektif ( generalized stage )Â
- Pada tahap ini seorang anak telah dianggap dewasa. Sudah mengerti hak dan kewajiban  serta tanggung jawab sebagai seorang anak.
Orang tua harus mengerti, memahami tahapan --tahapan pembentukan kepribadian     ( sosialiasasi )Â
Hal ini sangat penting untuk mengetahui, sejauhmana pertumbuhan dan perkembangan kepribadian anak.Â
Ada 3 faktor kerangka berfikir  yang menentukan berhasil atau tidaknya peran orang tua atau keluarga dalam mendidik anak.Â
Di Era Globalisasi dan modernisasi ini tantangan keluarga dan masyarakat sangat besar seperti: free seks, pornografi,pornoaksi, media massa, pergaulan bebas tidak ada batasan antara remaja, orang dewasa bahkan orangtua, kecangihan teknologi, kebebasan dalam penampilan.Â
Ini adalah produk libralisme mengatasnamakan kebebasan individu. Ironi memang negri yang menjunjung tinggi nilai --nilai luhur, moralitas dan etika tetapi tindakan aborsi, perselingkuhan hanya cukup dimengerti. Anak remaja bilang emang masalah buat lho, emang gue pikirin, lho-lho, gue-gue. Itulah kata yang sering kita dengar. Selalu menunjukan sikap individualisme, egoisme ingin menang sendiri hanya dalih satu kata "kebebasan diri".
Masih segar dalam ingatan kita beberapa bulan yang lalu mengenai kasus aborsi. Belum luput dalam ingatan kita timbul kasus lain cinta segitiga diiringi pembunuhan. Ini adalah fakta dan realitas sosial karena menyangkut peradaban keluarga,masyarakat bahkan negara. Yang menjadi pertanyaan sekarang siapakah yang bertanggung jawab atas kemerosotan moralitas masyarakat ?Â
Tentu jawabannya pada diri kita yang selalu peduli tentang generasi yang akan datang !
Bukan hanya tugas kepolisian, namun masalah dekadensi moral tugas kita bersama. Ada beberapa indikator kegagalan masyarakat mengikapi masalah dekadensi moral yaitu:
Individu, masyarakat bersifat acuh ( masa bodoh) tidak peduli terhadap lingkungan sekitar
Menganggap hal itu lumrah  . sehingga menimbulkan Anomi Penyimpangan sosial Â
( samar - samarnya antara nilai- dan norma yang berlaku dimasyarakat )
Jika masalah kebebasan pergaulan ini dilumrahkan atau dibiarkan maka akan mengamcam tatanan nilai dan norma dimasyarakat. Sehingga penyakit ini diibaratkan penyakit kronis yang akan menyebar dan menjalar ketubuh masyarakat. Dampak secara psikologisnya, menimbulkan  depresi, tekanan jiwa,aborsi,pembunuhan, agresif, penuh dengan kecurigaan.Â
Hanya satu kata perhatian eksta baik alim ulama, Pemda, Cendikiawan harus bergerak serta mencari jalan keluar mengenai libralisme pergaulan ini. Jadi perlu dibuatnya :Â
 Rumusan -- rumusan mengenai batasan-batasan pergaulan masyarakat ( PERATURAN DAERAH MENGENAI DAMPAK LIBRALISASI PERGAULAN )
KONSOLIDASI LINTAS AGAMA,LINTAS ADAT,LINTAS CEKDIKIAWAN.
KALAU KITA TIDAK PEDULI, SIAPA LAGIIIII!!!!!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H