Mohon tunggu...
Arsyad Iriansyah
Arsyad Iriansyah Mohon Tunggu... Administrasi - Pengalaman adalah guru, setiap orang adalah murid dan guru.

Arsyad Iriansyah sudah menyukai dunia blog atau menulis saat duduk di kelas 1 SMA. Blog pertamanya masih ada yaitu arsyadiriansyah.com . Lebih banyak menulis pengalamannya menjadi relawan guru, toleransi, kehidupan sehari-hari, dan tak jarang menulis hal serius tentang isu kebijakan publik. Selain itu, ia tidak lebih dari anak muda lainnya yang hanya ingin belajar, belajar dan belajar. Dapat dihubungi via surel arsyadiriansyah@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama FEATURED

Hari Anak Nasional dan Pulau Rote Ndao

23 Juli 2017   11:24 Diperbarui: 23 Juli 2018   23:42 1856
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya memberikan kegiatan yang dia sukai. Pun, walaupun jumlah siswa adalah 23 anak. Saya melakukan pendampingan anak berdasarkan kemampuan mereka. Inti pelajarannya sama, hanya latihan soal akan berbeda sesuai kemampuan mereka. Ada yang suka gambar? Saya biarkan dia bercerita dengan menggambar. Potensi anak yang difasilitasi, tanpa dikekang akan melejit.

Anak-anak di Pulau Rote, tentu dapat mendefinisikan apa itu bermain. Saya senang sekali mereka punya macam permainan yang seru. Tak peduli handphone habis, karena memang di desa tak ada listrik. Mereka bahagia, karena bermain adalah ruh kehidupan.

Dukungan orang tua, paling utama

Fenomena perundungan, sudah bukan hal baru. Sejak kecil, saya juga menjadi korban perundungan. Berat tentu, melepaskan bayang-bayang perundungan. Saya sampai tak pernah mau mengingat hal itu.

Beruntung, saya berada dalam keluarga yang mendukung apa yang ingin targetkan. Hal demikian, menjadi hal agak sulit di Rote. Bukan tak mungkin, hanya perlu pendampingan terus menerus kepada para orang tua.

Budaya mendidik dengan menggunakan kekerasan sudah sangat begitu dekat dengan keseharian. Pernah, saat saya sedang bermain di kecamatan lain. Saya sampai tak tega melihat seorang bapak memukul anaknya menggunakan bebak- batang dari pohon lontar. Anaknya menangis ketakutan dengan meminta maaf, di saat tersebut si bapak malah menaikan tempo memukulnya.

Mendidik dengan kekerasan hanya akan menghasilkan kekerasan-kekerasan berikutnya. Anak menjadi pendendam, pemarah dan tak sabar. Sebagai orang tua, kita harus selalu belajar. Tak ada kata pernah berhenti untuk belajar, termasuk mendidik anak. Mereka ini selayaknya kertas kosong. Setiap apa yang kita tulis, akan menjadi bekal mereka untuk kesiapan hidup.

Melalui gereja, saya bersama Pendeta Yefta selalu giat untuk memberikan pemahaman kepada para mama dan bapak bahwa mendidik anak itu harus dengan hati. Peluk mereka setiap saat, yakinkan bahwa mereka akan aman dengan bapak dan mama. Berkat pendampingan tersebut, para mama dan bapak mulai peduli dengan pendidikan anaknya.

Malam sudah gelap, tanpa listrik. Seorang bapak berkunjung ke rumah. Bertanya tentang anaknya yang ingin berkuliah tapi si bapak bingung bagaimana caranya. Si bapak yang bingung untuk pembiayaannya, menjadi yakin untuk menabung setiap hasil panen. Saat saya bercerita bahwa dengan kuliah, anaknya bisa membantu bapaknya untuk menghasilkan panen yang maksimal. Senyum merekah dari bibirnya. Saya bahagia sekali saat itu.

Hari anak nasional bukan hanya sekedar seremonial saja. Ini adalah cara kita semua untuk terus berikhtiar mendampingi anak-anak kita. Selamat hari nasional 2017

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun