Mohon tunggu...
Arsyad Iriansyah
Arsyad Iriansyah Mohon Tunggu... Administrasi - Pengalaman adalah guru, setiap orang adalah murid dan guru.

Arsyad Iriansyah sudah menyukai dunia blog atau menulis saat duduk di kelas 1 SMA. Blog pertamanya masih ada yaitu arsyadiriansyah.com . Lebih banyak menulis pengalamannya menjadi relawan guru, toleransi, kehidupan sehari-hari, dan tak jarang menulis hal serius tentang isu kebijakan publik. Selain itu, ia tidak lebih dari anak muda lainnya yang hanya ingin belajar, belajar dan belajar. Dapat dihubungi via surel arsyadiriansyah@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Kehangatan Masyarakat Pegunungan Bintang dan Toleransi yang Tak Sekadar Bicara

6 Januari 2017   09:27 Diperbarui: 6 Januari 2017   11:09 1332
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menonton bioskop
Menonton bioskop
Kamu sempat menjalani lebaran di sana, bagaimana perasaanmu saat itu?
Sangat menyenangkan. Masyarakat sangat menghormati kami, sampai sampai libur sekolah pada saat itu ditambah sebagai penghormatan mereka untuk mempersilakan kami beribadah. Maklum di tanah Papua, hari-hari besar mereka selalu diperingati dengan meliburkan aktivitas dan fokus untuk ibadah.

Mereka juga saling berjabat tangan dan memberikan ucapan selamat berlebaran dan saling bermaaf-maafan. Kami merayakan hari raya Idul Fitri di kabupaten, karena satu-satunya masjid hanya ada di kabupaten. Tak ada rasa menjadi minoritas sedikitpun di sana karena mereka juga membantu menjaga masjid kami dan mempersilakan kami beribadah dengan khusyuk.

Bagaimana kehidupan toleransi umat beragama di sana?
Bagi kami toleransi tak hanya diungkapkan melalui perkataan saja, tapi dirasakan dan dijalankan dengan sepenuh hati. Hal tersebut diwujudkan melalui santunnya mereka dalam mempersilakan kami beribadah dan saling menjaga untuk keberlangsungan perdamaian walau berbeda kepercayaan.

Apa benar harga bensin di sana Rp. 20.000? Sebegitu mahalkah barang-barang di sana?
20.000?? Salah bung.. disana bensin itu harganya 45.000/liter. Kebayanglah ya mahalnya kayak apa. Di sini sebungkus kecil garam harga cuma 5.000, di sana garam dengan bungkus kecil harganya 20.000. Harganya sih aneh-aneh, semua bergantung sama berat itu barangnya. Semakin berat itu barang, semakin mahal harganya, misal kayak susu Bear Brand bisa lebih murah dibading sama Aqua botol tanggung. Hahaha.. kenapa mahal? Soalnya akses ke Pegunungan bintang hanya bisa diakses hanya dengan pesawat. Jadi barang-barang biasanya disuplai dari Jayapura atau Merauke hanya bisa dengan pesawat. Makanya, harga barang di pegunungan bintang harganya selangit.

Tapi itu semua jadi membuat kami belajar, bahwa apapun yang kita miliki itulah yang harus disyukuri dan begitu berharga. Suatu benda yang mungkin di rumah sendiri tak ada harganya, tapi jika kami rasakan disana hal sekecil apapun kami jadi belajar untuk lebih menghargai apapun itu.

Bagaimana kalian dan masyarakat di sana hidup sehari-hari? Untuk makan misalnya
Makanan pokok disana adalah boneng atau dalam bahasa Indonesianya adalah ubi jalar. Selain itu hasil panen di sana adalah sayur mayur. Sayur mayur di kampung Kungulding sangat beragam. Ada sawi hijau, kol, yamen, topinong, bonengnong, matul, buah topi atau kita sering sebut dengan buah labu di sini. Setiap hari kami memakan hasil panen dari masyarakat. Nikmat dan sehat sekali. Boneng dan sayur mayur banyak mengandung karbohidrat dan protein nabati. Nah, untuk pemenuhan protein hewani biasanya kami di sana mencari buruan ayam kampung yang orang lokal memberi nama okburbur. Sejenis ayam yang bisa terbang ke sana ke mari.

img-20170105-wa0012-586f01cfef7e61bb04044ed7.jpg
img-20170105-wa0012-586f01cfef7e61bb04044ed7.jpg
Kalo tak salah kalian juga melakukan kegiatan bersama masyarakat, bisa diceritakan?
Dalam setahun, kami menjalankan 3 program yang dijadikan sarana kami untuk saling berkolaborasi. Kami bersama dengan masyarakat membuat kegiatan yang namanya “Okaom Cup” yang akhirnya dijadikan kegiatan tahunan masuk ke dalam rangkaian acara ulang tahun distrik Okaom. Kegiatan yang dilakukan adalah membuat suatu perlombaan antar sekolah dasar se-distrik Okaom. Melihat potensi mereka di bidang olahraga, akhirnya tema perlombaannya adalah olahraga. Ada lomba sepak bola, lomba baca puisi, dan lomba ranking 1. Perlombaan pertama kalinya dilakukan di distrik tersebut dan saya melihat semangat anak-anak yang begitu meningkat. Setelah perlombaan tersebut anak-anak memiliki kepercayaan lebih meningkat dan antusias ketika akan dilakukan perlombaan-perlombaan lagi.

Kegiatan selanjutnya adalah “GAJAH” atau singkatan dari Guru Jelajah. Kami bersama-sama elemen masyarakat yang ingin bergabung untuk merasakan asiknya mengajar di distrik-distrik. Kegiatan berkeliling sekolah untuk mengajar satu minggu di distrik-distik tetangga untuk menebarkan semangat belajar bersama.

Selanjutnya, kami juga membuat kegiatan Taman Baca Sibilki, di mana kita mengkoordinir orang-orang di luar Papua yang ingin turut berkontribusi untuk Pegunungan Bintang melalui pengiriman buku bacaan demi meningkatkan minat baca dan tulis. Kami berkolaborasi dengan Front Pembela Rakyat, sebuah komunitas yang mendukung kemajuan pendidikan Indonesia.

Terus kalian juga pernah ke perbatasan Papua Nugini, bagaimana kondisinya?
Saya bersama dengan teman-teman berkesempatan mengunjungi tanah tetangga, Papua Nugini. Saya mengunjungi Papua Nugini yang berbatasan langsung di Jayapura, tepatnya di Pantai Scoou. Menarik sekali, di Papua Nugini memiliki bahasa seperti Bahasa Inggris tapi mengambil serapan dari Bahasa Indonesia. Misal saja, book dalam Bahasa Inggris artinya buku, nah di bahasa PNG buku adalah bok dengan bahasa dan pengucapan Bahasa Indonesia. Yang menarik lainnya adalah kondisi bangunan disana cukup dibilang sederhana, namun tertata dengan rapi dan bersih.

Terakhir, setelah setahun di sana apa pembelajaran yang kamu dapatkan untuk kemudian menjadi oleh-oleh yang kamu bawa sepeninggalan kamu dari Pegunungan Bintang yang mungkin bisa menjadi pembelajaran juga buat kami para pembaca?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun