Berkembangnya media sosial sekaligus media online mulai dari facebook, twitter, instagram, youtube dan lain -- lain dengan pesat yang terjadi di Indonesia, terlebih dengan harga perangkat media digital yang terjangkau dan banyak pilihan mulai dari merk dan jenisnya membuat informasi cepat berkembang dan nyaris tak terkendali.Â
Serbuan perangkat dari luar negeri yang menawarkan fitur canggih dan mudah digunakan membuat semua lapisan umur dengan cepat dapat menggunakan perangkat, terutama handphone. Bahkan anak -- anak pun sudah lazim terlihat membawa hanphone meski untuk sekedar memainkan game online.Â
Kemudahan akses internet memberikan pengaruh positif maupun negatif kepada setiap penggunanya. Salah satu dampak terbesar adalah mudahnya akses informasi dari berbagai penjuru dunia. Â Informasi mengenai sosial, politik dan budaya dapat secara cepat kita akses bahkan hanya dengan genggaman tangan.
Dalam lingkup budaya, hal ini membuat khawatir akan terkikisnya pelestarian budaya kita karena banyak budaya asing yang mudah masuk dan ternyata mudah pula diterima oleh masyarakat terutama usia anak - anak dan remaja.Â
Baca juga: Jangan Salahkan Tuan Takur dan Para Dalang Berdangdutan dalam Bermain Wayang
Salah satu seni budaya tradisional yang sepi peminatnya adalah pertunjukan wayang kulit, padahal pertunjukan wayang kulit telah diakui oleh UNESCO pada tanggal 7 November 2003, sebagai karya kebudayaan yang mengagumkan dalam bidang cerita narasi dan warisan yang indah dan berharga (Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity).Â
Lahir dari kekhawatiran ini menggerakkan hati salah satu dalang muda dari Yogyakarta bernama Ki Seno Nugroho. Pria yang lahir di Yogyakarta tepat pada tanggal 23 Agustus 1972 sudah menjalani profesinya sebagai dalang sejak 29 tahun yang lalu. Kemampuan mendalangnya diperoleh dari sang ayah yang juga seorang dalang kondang dari tanah kelahirannya yaitu Ki Suparman Cermo Wiyoto.Â
Beliau memanfaatkan kemudahan akses teknologi ini untuk menyiarkan secara langsung pementasan wayang kulit melalui kanal pribadinya di Youtube.
Bekerja sama dengan penggemarnya yang tergabung dalam komunitas Penggemar Wayang Ki Seno Nugroho, pada awalnya jumlah penonton live streaming hanya berjumlah ratusan.
Baca juga: Ki Bonggol Maestro Wayang Cepak dari Brebes
Hal ini sempat membuat pria lulusan SMKI ini pesimis. Namun dengan militansi dan semangat untuk melestarikan budaya adiluhung, ia terus mengembangkan inovasi dari segi cerita pewayangan yang disajikan, sehingga menarik minat penonton.Â
Walhasil, dengan usaha yang maksimal, semakin hari jumlah penonton live streaming mengalami peningkatan drastis. Pada awal mula hanya berjumlah ratusan, rekor pertama jumlah penonton mencapai angka 6.000 penonton.
Hingga pada pencapaian rekor tertinggi mencapai 20.000 penonton. Untuk sebuah pertunjukan seni kebudayaan tentu angka ini tidak bisa dikatakan sebagai hal yang biasa saja, karena hal ini membuktikan bahwa daya tarik wayang kulit ternyata masih diminati oleh banyak orang.
Baca juga: Wayang Golek: Antara Pertunjukan dengan Alur Naskah Aslinya
Selain itu, penggunaan bahasa yang ringan, mudah dipahami, serta cerita -- cerita yang dikemas sedemikian rupa sehingga menghadirkan pertunjukan yang selalu dinantikan oleh penggemarnya.
Dalam pembawaan tokoh wayang, yang menjadikan Ki Seno Nugroho memiliki puluhan ribu penggemarnya adalah hadirnya tokoh Bagong yang memiliki karakter suara yang khas.Â
Menurut pengakuannya, proses penemuan suara khas untuk tokoh Bagong ini ia lakukan sampai 9 kali tahap. Pada akhirnya sebagai tokoh yang nggleleng / ndugal Bagong berhasil menarik perhatian terutama kalangan anak muda untuk menyaksikan pagelaran wayang kulit olehnya baik secara langsung maupun via live streaming.
Dengan kemudahan akses teknologi saat ini diharapkan mampu memberikan dampak besar dalam upaya pelestarian budaya asli nusantara, terutama wayang kulit.
Sehingga generasi yang akan datang tidak kehilangan tontonan yang berisi tuntunan serta tatanan layaknya wayang kulit sebagai budaya adiluhung bangsa Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H