Mohon tunggu...
Eka Jhonatan
Eka Jhonatan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

science fact

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Polemik Kratom: Hal yang Perlu Anda Ketahui tentang Potensi Medis, Risiko Kesehatan dan Legalitas Kratom

24 September 2023   18:05 Diperbarui: 25 September 2023   07:36 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Kratom, tanaman misterius dengan nama latin Mitragyna speciosa, telah mencuri perhatian dunia dalam beberapa tahun terakhir. Ditemukan di Asia Tenggara, khususnya Kalimantan, tanaman ini telah lama menjadi ramuan alami bagi masyarakat setempat. Namun, kratom juga membawa sejumlah kontroversi terkait dengan potensi medisnya, risiko kesehatan yang terkait, dan status hukum yang belum pasti. Dalam artikel ini, kita akan mengungkap segala yang perlu Anda ketahui tentang kratom, dari potensinya sebagai penghilang nyeri hingga bahayanya yang tersembunyi, serta perdebatan seputar legalitasnya. 

Apa Itu Kratom? 

Kratom merujuk pada Mitragyna speciosa adalah sejenis tanaman dari famili Rubiceae yang masih berkeluarga dengan tanaman kopi dan tersebar di negara Asia Tenggara seperti Thailand, Malaysia, dan Indonesia. Tanaman ini mengandung senyawa alkaloid yang aktif secara farmakologis yaitu mitraginin dan 7-hidroksimitraginin. Secara tradisional, daun kratom telah digunakan untuk mengatasi berbagai masalah kesehatan seperti nyeri kronis, kecemasan, dan depresi. Beberapa orang juga menggunakan kratom sebagai stimulan ringan. Masyarakat mengkomsumsinya dengan cara dikunyah secara langsung, di linting lalu diisap seperti rokok, dan diseduh seperti teh. Tanaman ini cukup memiliki banyak kontroversi, menurut laporan World Drug Report tahun 2013 dari United Nations Office on Drugs and Crime (UNODC), kratom ditempatkan dalam kategori New Psychoactive Substances (NPS) [1] dan di Indonesia dan FDA telah menetapkan larangan terhadap ekspor tanaman ini di Amerika Serikat [2].

Potensi Medis Kratom 

  1. Penghilang Nyeri atau Analgesik: Salah satu alasan utama orang menggunakan kratom adalah untuk meredakan nyeri. Beberapa pengguna melaporkan bahwa kratom membantu mereka mengatasi masalah nyeri tanpa efek samping yang signifikan. Senyawa seperti Mitraginin dan 7-hidroksimitraginin memiliki efek opioid yang memiliki efek anti nyeri seperti kodein [3].

  1. Meningkatkan Energi dan Konsentrasi: Beberapa varietas kratom memiliki efek stimulan, yang dapat meningkatkan energi dan konsentrasi.  Senyawa seperti  mitraginin dan 7-hidroksimitraginin berinteraksi dengan reseptor di otak yang berhubungan dengan rasa sakit dan suasana hati. Mitraginin dapat meredakan rasa sakit, mengurangi peradangan, dan membantu mengatasi kecemasan dan depresi dengan cara tertentu. 7-hidroksimitraginin, meskipun ada dalam jumlah kecil, lebih kuat dan juga bisa meredakan rasa sakit. Senyawa-senyawa ini dapat membuat seseorang merasa tenang, meredakan rasa sakit, dan bahkan mendatangkan perasaan senang seperti opioid [4].

  1. Mengatasi Kecemasan dan Depresi: Menurut penelitian yang dilakukan oleh Mller dari Paracelsus Medical University, Dalam kasus tersebut, pasien menggunakan Kratom sebagai strategi harian untuk mengatasi depresi dan kecemasan. Ia mengonsumsi Kratom secara oral beberapa kali sehari, mengalami efek antidepresan yang meredakan kecemasan dan meningkatkan kemampuan sosialisasinya, serta memberikan sedikit euforia. Pasien melaporkan bahwa ini membantunya menjalankan pekerjaannya dengan baik [5]. 

Resiko dari Penggunaan Kratom

Ada beberapa resiko penggunaan kratom sebagai berikut:

  1. Toksisitas Hati: Beberapa laporan telah mengaitkan penggunaan kratom dengan kerusakan hati, termasuk kasus-kasus kolestasis intrahepatik. Meskipun kasus ini jarang terjadi, tetapi risiko kerusakan hati perlu diperhatikan [6].

  1. Depresi Pernapasan: Dosis tinggi kratom dapat menyebabkan depresi pernapasan, yang dapat berpotensi berbahaya dan mengancam nyawa [7].

  1. Efek Kardiak: Sebuah penelitian menggunakan sel jantung buatan dari sel induk manusia untuk menguji dampak buruk Kratom dan senyawa sejenisnya pada jantung. DItemukan bahwa Mitraginin (dalam konsentrasi 10 mM) secara signifikan membuat detak jantung lebih lama dan menyebabkan masalah pada ritme jantung [8].

  1. Kejang dan Koma: Kratom dapat berinteraksi dengan obat-obatan lain, termasuk obat resep dan zat terlarang, yang dapat menyebabkan efek yang berbahaya. Salah satu kasus melaporkan seorang pria mengomsumsi teh kratom berujung dengan terbaring koma dan kejang [9].

  1. Ketergantungan dan Kecanduan: Penggunaan rutin atau jangka panjang kratom dapat menyebabkan ketergantungan dan kecanduan. Penghentian penggunaan kratom dapat menyebabkan gejala putus obat, termasuk anoreksia, penurunan berat badan, penurunan gairah seksual, insomnia, kejang otot dan nyeri, mata dan hidung berair, demam, penurunan nafsu makan, diare, halusinasi, delusi, kebingungan mental, gangguan emosional, dan insomnia [10].

  1. Kematian: Ini adalah efek samping terburuk dari penggunaan kratom, ada beberapa kasus kematian akibat penggunaan kratom. Pada tahun 2014 seorang pria tua ditemukan meninggal akibat penyalahgunaan obat dan pada darahnya terdapat senyawa mitraginin dan 7-hidroksimitraginin [11].

Legalitas Kratom

Status hukum Kratom di Indonesia masih belum pasti. Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia (BNN RI) telah menggolongkan Kratom sebagai narkotika golongan 1, yang berarti pelarangan peredarannya dan kepemilikan Kratom. Namun, Kementerian Kesehatan RI belum memberikan persetujuan resmi terkait status Kratom. Beberapa pihak mendukung peninjauan kembali legalitas Kratom, mengingat potensi medis dan ekonominya, serta meningkatnya permintaan global. 

Dalam kesimpulan, Kratom adalah tanaman yang memiliki potensi medis dan manfaat bagi beberapa orang, tetapi juga memiliki risiko kesehatan dan potensi adiksi. Status hukumnya masih diperdebatkan, dan penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memahami secara lebih mendalam dampaknya pada kesehatan dan masyarakat.

Written by: Eka Jhonatan Krissilvio

referensi

[1] United Nations Office on Drugs and Crime (UNODC). World Drug Report 2013. Dapat dikunjungi: https:// www.unodc.org/unodc/secured/wdr/wdr2013.  Diakses 24 September 2023

[2] FDA and Kratom Food and Drug Administration. Dapat dikunjungi: https://www.fda.gov/news-events/public-health-focus/fda-and-kratom. Diakses 24 September 2023.

[3]Ramanathan, S., & McCurdy, C. R. (2020). Kratom (Mitragyna speciosa). Current Opinion in Psychiatry, 33(4), 312--318. doi:10.1097/yco.0000000000000621 10.1097/YCO.0000000000000621)

[4]Rahman, S. A. (2014). Enhanced Antinociceptive Effects of Mitragynine in Combination with Morphine Via Opioid Receptors Activation (Doctoral dissertation, Universiti Putra Malaysia).

[5]Singh, D., Narayanan, S., Vicknasingam, B., Corazza, O., Santacroce, R., & RomanUrrestarazu, A. (2017). Changing trends in the use of kratom (Mitragyna speciosa) in Southeast Asia. Human Psychopharmacology: Clinical and Experimental, 32(3), e2582.

[6]Harizal SN. Mansor SM. Hasnan J, Tharakan IK. Abdullah J. Acute toxicity Control Drug & study of the standardized methanolic extract of Mitragynia speciosa Korth sa Korth) (Street in rodent Ethnopharmacol (2010) 131(2):404-9 doi:10.1016/j.jcp 2010 07.013

[7]Mcintyre IM. Trochta A. Stolberg S, Campman SC Mitragynine Kratom related fatality a case report with postmortem concentrations. Anal Toxicol (2015) 39(2) 152-5 doi:10.1093/jat/bku137

[8]Lu J, Wei HI, Wu J, Jamil MF, Tan MI, Adenan MI, et al. Evaluation of the Chiong HS, cardiotoxicity of mitragynine and its analogues using human induced plu ripotent stem cell-derived cardiomyocytes. PLoS One (2014) 9(12):e115648 dot 10.1371/journal pone 0115648

[9]Nelsen IL, Lapoint, Hodgman MJ. Aldous KM. Seizure and coma following kratom (Mitragyna speciosa Korth) exposure /Med Toxicol (2010) 6-424-6dot 10.1007/s13181-010-0079-3

[10]Chan KB, Pakiam Rahim RA. Psychoactive plant abuse the identifica tion of milragynine in ketum and in ketum preparations Bull Nare (2005) 57(1-3) 749-56.

[11]Karinen R, Fosen JT. Rogde S. Vindenes V. An accidental poisoning with mitragynine Forensic Sci Int (2014) 245-c29-32. doi:10.1016/j.forsciunt 2014.10.025

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun