Tentu saja aku bekerja, yaitu pekerjaan rumah tangga. Aku akan melahirkan anak-anak dan menghabiskan waktu bersama mertuaku. -- Horang, This Is My First Life
Seorang teman kuliah pernah berkata ketangguhan dan kemandirian karakter perempuan di dalam drama Korea (drakor) yang membuat dia menyukai serial televisi dari negeri ginseng tersebut.
“ Gue suka Ka. Semangat mereka itu lho! “
Ucapan teman itu membuka mata saya untuk memahami setiap alur cerita yang disajikan di dalam drama Korea. Jika selama ini saya menonton drakor hanya sebatas hiburan semata menikmati romantisme percintaan yang menyenangkan, namun ternyata ada nilai - nilai yang tak terduga di dalamnya setiap cerita yang tersajikan.
Teman saya benar, soal karakter perempuan di drakor memberi inspirasi yang tak terduga dalam menjalankan kehidupan yang melelahkan sebagai perempuan. Selama ini perempuan terperangkap dalam konstruksi sosial dipandang sebagai makhluk yang lemah dan sebagai objektifikasi diri dalam kehidupan sosial masyarakat. Padahal sejatinya perempuan juga memiliki peran berarti dalam kehidupan ini.
Sebagai pilar utama dalam penyebaran nilai - nilai budaya Korea, Drakor juga membawa kita pada pemaknaaan lebih dari sekedar pengetahuan tentang budaya mereka. Tapi juga soal suara perempuan yang berhak memiliki mimpi dan perjuangan dalam menemui kebahagiaan mereka. Itu kenapa kebanyakan drakor berakhir happy ending. Â
Sebab, melalui narasi di drakor suara perempuan diperjuangkan dalam mendefinisikan sebagai makhluk yang bebas tanpa dikotomi oleh kontruksi sosial budaya.
Menemui Makna diri Pada Karakter Perempuan di Drama Korea Because This Is My First Life
Salah satu drakor yang membawa saya pada pemaknaan perempuan yaitu berjudul Because this is my first life yang tayang pada 2017 lalu. Drama yang mempertemukan Jung So-Min (Yoon Ji - Ho) dan Lee Min Ki (Nam Se-Hee) salah satu drakor terbaik dan heartwarming dengan alurnya yang tenang dan kutipan - kutipan kalimat memorable, diantaranya :
Aku akan menunggu hati Se Hee. Sekalipun kami menikah tanpa kontrak, aku akan melakukan hal yang sama. Sepasang suami istri tidak selalu memenangkan hati satu sama lain. ini pertama kalinya aku menikah. Ini pertama kalinya aku mencintai seseorang juga, jadi aku tidak tahu banyak tentang ini. Aku tahu satu hal yang pasti: Memenangkan hati seseorang bukanlah sebuah permainan. Ini terjadi secara alami. – Yoon Ji Ho
Meskipun mengangkat mengenai pernikahan kontrak, namun cerita persahabatan Yoon Ji-Ho dengan dua karakter perempuan pendukung utama yang diperankan oleh Esom ( Woo Soo Ji ), dan Kim Ga-Eun ( Yang Ho-Rang) berhasil menghadirkan tiga pandangan berbeda dari karakter perempuan dalam memaknai diri mereka sebagai perempuan.
Cerita drama ini sangat relate dengan kehidupan modern sekarang dalam memperjuangkan kehidupan karir, impian, dan relasi termasuk percintaan. Dimana tiga sahabat ini memutuskan untuk merantau ke Seoul dengan berbagai impian untuk menemui kesuksesan dalam hal ini soal kebahagiaan.
Sayangnya, perjalanan mereka dihadapkan dengan kenyataan kehidupan yang harus dilalui menjadi orang perempuan dewasa terutama usia 30-an. Soo-ji yang berjuang dengan pelecehan verbal yang setiap hari ia terima dari koleganya, Ji - Ho yang harus mengubur mimpinya sejenak karena mengalami pelecehan dari rekan kerjanya, dan Ho-Rang yang berusaha menyakinkan soal impian yang harus diraih dalam hubungandengan kekasihnya.Â
Meskipun patriarki kerap dipandang sebagai adanya ketimpangan gender pada perempuan, namun melalui sosok Horang kita dapat melihat pandangan berbeda soal kebahagiaan perempuan yang memilih dan melenggangkan praktik patriarki.
Sementara ada karakter Sooji, perempuan juga berhak berkarir dengan bebas dan memiliki nilai diri yang baik karena kerja kerasnya bukan karena gender sebagai perempuan yang dinilai tidak pantas dalam meraih kesuksesan karir. Definisi perempuan berbeda pun terjadi pada karakter Jiho yang lebih memilih melepaskan diri dari otoritas budaya patriarki.Â
Drakor Because this is my first life membawa saya pada pemahaman bahwa permasalahan perempuan tidak dapat sepenuhnya terbebas dari kuasa patriarki, namun perempuan memiliki kebebasan dalam menentukan makna diri mereka sebagai perempuan selama tidak membebani diri mereka hanya karena gender mereka ‘perempuan’.
Menentukan kesuksesan perempuan juga bukanlah tentang terperangkap pekerjaan domestik ataupun pekerjaan formal. Namun, sejatinya perempuan berhak menemui makna diri berdasarkan diri yang mereka inginkan untuk mencapai kebahagiaan diri. Dan ... berhenti memperdebatkan bahwa urusan domestik semata pekerjaan perempuan yang tak ada artinya.Â
Karena menjadi ibu rumah tangga, juga sebuah pekerjaan yang berharga.Â
.
Sumber :Â
- https://tvn.cjenm.com/ko/tvnfirstlife/photo
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H