Mohon tunggu...
Eka Herlina
Eka Herlina Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis lepas

Seorang teman bagi temannya, seorang anak bagi ibu, dan seorang perempuan bagi dirinya.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Lalu, Kasih Sayang Seperti Apa yang Sudah Diberikan Kepada Ibu?

30 Juli 2024   12:34 Diperbarui: 30 Juli 2024   12:34 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar : Kasih sayang ibu dalam genggaman kehidupan ( Sumber foto : Freepik)

****

Barangkali Jakarta memang menampilkan hal -hal yang menyenangkan untuk menggoda hati yang rapuh tanpa memberitahu sesuatu yang menyesakan hati.  Aku lupa bagian terburuk dari ibukota yang melelahkan tersebut. Dan, aku abai bahwa sejatinya hidup adalah rangkaian dari kelelahan satu dengan kelelahan lain yang tak ada habisnya. 

Kak Lea, ibuk menanyakanmu. Pulanglah, kalau kamu belum menemukan pekerjaan disana 

Sebuah pesan whatsApp dari adikku masuk saat aku berada di sebuah warung kopi. Aku sedang berjibaku mengirim puluhan email terkait lamaran kerja. Mencoba peruntungan yang ternyata tidak semudah dalam bayangan.

Aku kembali mengabaikan pesan tersebut dan tetap fokus pada layar laptopku. Arinda, adikku, kembali mengirimkan pesan. Kali ini ia mengirimkan sajian makan siang di meja makan hari ini. 

Sial !

Satu - satunya yang kurindukan dari rumah adalah masakan ibu. Sebab masakan ibu satu - satunya yang ku yakini masih tersisa kasih sayang beliau terhadapku. Dan, Arinda tahu betapa lemahnya aku terhadap masakan ibu yang mengugah rasa tersebut.

Aku menggigit bibir pelan ditengah keraguan. Haruskah aku menyerah dan kembali ke rumah serta membuat impian baru di rumah ; menjadi anak berbakti? 

****

Di tengah laut Karimunjawa, Jepara, aku memeluk erat dua kakiku dan menaruh dagu di atas lutut. Mulutku tak berhenti mengucapkan kalimat istighfar saat beberapa kali ombak besar menghantam kapal kami. Aku menunduk memejamkan mata, “ Tuhan, Aku belum berbakti kepada ibuku ,” wajah lelah ibuku tergambar jelas di benak ini.

Aku tersentak dari lamunanku akan peristiwa beberapa tahun lalu di Karimunjawa, saat terjebak badai hebat di tengah lautan. Saat itu, aku sedang melarikan diri dari kesedihan kehilangan nenek, orang yang mengajarkan soal memasak. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun