Mohon tunggu...
Eka Herlina
Eka Herlina Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis lepas

Seorang teman bagi temannya, seorang anak bagi ibu, dan seorang perempuan bagi dirinya.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Lalu, Kasih Sayang seperti Apa yang Sudah Diberikan Kepada Ibu?

30 Juli 2024   12:34 Diperbarui: 27 Agustus 2024   17:28 781
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar : Kasih sayang ibu dalam genggaman kehidupan ( Sumber foto : Freepik)

Bagaimana rasanya , di usia dewasamu masih diperlakukan seperti bocah belasan tahun dengan nasehat yang membosankan sementara disisi lain dipaksa untuk menghadapi dunia dewasa?

****

Melelahkan. 

Satu - satunya jalan untuk lepas dari perasaan ini adalah melangkah kembali ke luar dari rumah. Menjauh dari hiruk pikuk layaknya kebisingan pasar malam yang memusingkan kepala. 

Dan disinilah aku berada. Menatap lalu lalang orang orang di depanku. Di sebuah kursi tunggu bus Damri terminal 3 Soekarno - Hatta. Satu jam lalu pesawat yang membawaku dari kota Padang  mendarat dengan mulus di Tangerang. 

Jakarta adalah daerah sejuta impian dengan ragam kemelut hidup yang terkadang menyenangkan. Dan, menjadi tujuan perjalananku meskipun diselimuti kegundahan yang tak kupahami. Aku menghela nafas menggenggam erat ponselku. Lima menit yang lalu aku baru memberitahukan ibu soal keberadaan dan langkah yang ingin ku jalani.

Seperti biasa ibu membiarkan aku mengambil keputusan sendiri meskipun ia tidak mengetahui keraguan dalam keputusan yang kuambil. Selama menjadi perantau dua tahun yang lalu dalam rentang waktu yang tidak sebentar, aku mengetahui saat kaki ini melangkah keluar rumah, maka tak ada kritikan dan amarah yang dihadiahkan kepadaku.

Menyenangkan bukan?

Jakarta masih seperti dua tahun yang lalu saat ku tinggalkan demi menemukan kenyamanan di rumah yang menjadi penyesalanku selama dua tahun. Hanya berubahan tentu selalu ada bangunan baru yang tidak memberi pengaruh berarti bagi perjalananku kali ini.

Aku melempar pandangan ke luar jendela bis. Andai saja waktu itu aku tidak mengambil keputusan untuk kembali ke rumah ibu ; barangkali aku tidak ada cerita hujatan dalam kisah hidupku.

Aku bersyukur dengan social butterfly yang kumiliki sehingga ada saja teman yang siap memberi ruang untukku sejenak menghabiskan hari - hari di ibukota. Sesuatu yang tidak pernah ibu ketahui, satu - satunya yang ia yakini adalah  anaknya memiliki sifat anti sosial.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun