Mohon tunggu...
Eka Herlina
Eka Herlina Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis lepas

Seorang teman bagi temannya, seorang anak bagi ibu, dan seorang perempuan bagi dirinya.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Ingatan Indah tentang Seorang Pahlawan (Harusnya) Tanda Jasa dalam Langkah Ini

11 November 2023   23:23 Diperbarui: 17 November 2023   13:15 218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika anak dibesarkan dengan pujian, ia belajar menghargai--Dorothy Law Nolte 

Ingatan saya tentang sekolah tak lebih seperti penjara. Betapa menyebalkan harus bangun di pagi hari, dipaksa merasakan dinginnya air dan berpakaian rapi dengan ragam peraturan ; kaos kaki putih, sepatu hitam, dan dasi. 

Belum lagi menghadapi perbedaan perilaku di sekolah, entah guru yang pilih kasih atau lingkaran pertemanan antara suku satu dengan suku lainnya – karena tinggal di daerah transmigrasi dengan ragam perbedaan tentunya. 

Dan, saya bersyukur dengan kondisi rumah serta ibu mengajarkan bagaimana melihat dan menghargai perbedaan, baik itu secara suku dan ras maupun agama. 

Itu kenapa pada masa itu, kegiatan pulang sekolah adalah hal-hal yang dinantikan. Tak ada yang lebih menyenangkan dari aktivitas di sekitar rumah.

Saya melewatkan masa rutinitas sekolah dengan biasa saja. Menyimak guru semaunya, mengerjakan PR, membersihkan kelas saat piket tanpa ada ambisi apapun terhadap nilai-nilai pelajaran. 

Saya tidak peduli apakah saya mengerjakan dengan baik atau tidak. Apakah saya dapat juara atau tidak. Yang penting saya sekolah agar tidak dimarahi ibu.

Hingga suatu hari, seorang guru baru tiba-tiba menjadi wali kelas saya. Saya tidak mungkin lupa momen di kelas 4 Sekolah Dasar. Usia saya sembilan tahun saat itu, dan sudah lebih dari dua dekade masa itu terlewatkan. 

Namun, apa yang terjadi pada saat itu mengubah pandangan saya sebagai bocah yang tidak tahu apa-apa, akhirnya menemui dunia menyenangkan dari sebuah sekolah.

Kalimat Pujian yang Mengubah Langkah Ini

Halaman Sekolah Dasarku (Foto : Ekahei)
Halaman Sekolah Dasarku (Foto : Ekahei)
Namanya pak Wahyu, begitu kami memanggilnya. Saya tidak tahu pasti nama lengkapnya, selain yang saya pedulikan adalah masuk kelas tanpa terlambat, duduk dan mengikuti pelajaran dengan baik. 

Pak Wahyu adalah guru baru di sekolah kami. Lagi-lagi sebagai bocah yang tidak peduli, saya tidak tahu usia pak Wahyu dan tempat tinggal beliau dimana. 

Ia banyak bercerita pada saat itu, dan lebih memperhatikan anak-anak yang duduk di bangku depan atau bangku belakang. 

Menyebut nama mereka di sela candaan beliau bahkan ketika menyuruh mengerjakan tugas di papan tulis. Sementara saya yang tubuh mungil, duduk di bangku tengah bagian pojok yang tidak terlalu menarik perhatian. 

Suatu hari nama saya dipanggil berdasarkan buku absen yang beliau pegang. Sebagai anak yang tidak pernah mendapat perhatian dari guru bahkan teman sekalipun, tentu saya kaget. Pak Wahyu meminta saya membaca cerita yang terdapat di dalam buku Bahasa Indonesia. 

Saya membaca rangkaian kalimat di dalam buku tersebut. Biasanya, setiap paragraf akan diganti dengan siswa lain. Namun, kali ini Pak Wahyu membiarkan saya membaca hingga tuntas. Selesai membaca, saya melepaskan pandangan ke pak Wahyu. 

Bapak itu menarik napas pelan, mengarahkan pandangannya ke seluruh kelas. “ Bagus, Eka. Kayak gitu membaca, tahu fungsi titik dan koma …. “ 

saya tidak ingat pasti kalimat pak Wahyu saat itu. Intinya beliau memuji saya yang lancar membaca dan memperhatikan tanda baca dengan baik seperti titik, koma, seru hingga tanya. Pelajaran yang saya dapatkan dari ibu saya sebenarnya ketika belajar membaca dulu. 

Pak Wahyu mungkin tidak pernah berpikir bahwa pujiannya tersebut membuat saya berani mengangkat tangan dan mulai memperhatikan suasana di kelas serta turut aktif dalam setiap pelajaran terutama pelajaran Bahasa Indonesia. 

Sejak pujian tersebut membuat saya menyukai dunia storyteller serta jadi lebih percaya diri berada di depan kelas menceritakan ulang isi cerita di buku Bahasa Indonesia. 

Pahlawan yang Harusnya Perlu Tanda Jasa

 Komika Abdur Arsyad benar bahwa guru adalah pahlawan yang perlu tanda jasa. Pak Wahyu mungkin nggak pernah terpikir apa yang dilakukannya pada saat itu adalah titik balik saya memahami peran sebagai pelajar dan bocah yang menemui jalannya mencintai ruang kelas dan pelajaran Bahasa Indonesia.

Bisa jadi kecintaan saya dalam menulis tumbuh dari kesenangan terhadap pelajaran bahasa Indonesia yang bibitnya berasal dari pujian saat di bangku sekolah dasar tersebut. 

Beliau mungkin tidak menyadari pujian yang dilontarkan kepada saya dan perjalanan dalam menjadi pendidik mengubah saya menjadi pribadi yang lebih baik. 

Namun, sayangnya saat itu saya tidak bisa mengubah cerita sepeda bututnya dan kaos kaki bolongnya yang menjadi sesuatu yang bernilai baik.

Jasanya terlupakan begitu saja seiring kaki ini mulai melangkah lebih jauh melihat dunia, sama halnya gambaran tentang wajah beliau memudar dalam ingatan saya. Ironis jika suatu hari bertemu di jalan, saya mungkin lupa bahwa ia adalah Pak Wahyu. Dan, sungguh disayangkan.

Cerita bapak kali ini bukan karena Peringatan Hari Guru Nasional 2023 yang membuat saya mengingat bapak. Tapi, setiap kali terjebak pada obrolan tentang dunia pendidikan ; nama Pak Wahyu adalah yang terlintas di pikiran saya pertama kali. 

Teruntuk Pak Wahyu, maafkan kekurangan dalam hal mengingat wajahmu. Namun, percayalah cerita tentang Bapak selalu melekat dalam ingatan ini. Pada akhirnya hanya doa yang terbaik semoga Allah melindungi beliau. 

Yah, untuk saat ini do’a adalah sebaik-baiknya bayaran yang bisa saya hadiahkan untuk bapak. Terima kasih telah menghadirkan cerita baik dalam perjalanan sekolah saya, pak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun