Mohon tunggu...
Eka Fatikhul Firdausi
Eka Fatikhul Firdausi Mohon Tunggu... Penulis - Akademisi Psikologi

Fasilitator di Forum Psikologi BISA (Best In Social and Academy)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

"Self Acceptance", Seni Menyusun Kebahagiaan Berdasarkan Konsep Psikologi

10 September 2018   02:23 Diperbarui: 15 September 2018   12:48 3295
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber foto: grid.id

"Bagaiamana ya orang itu kok bisa sukses?", "Kenapa hidupku tidak sebahagia dia?", atau "Hebat sekali orang itu, kenapa aku tidak bisa sehebat dia?" Sering kita membandingkan diri kita dengan orang lain, merasa rendah diri, menilai orang lain lebih hebat dan lebih berharga dari diri kita sendiri.

Membandingkan diri sendiri dengan orang lain sebenarnya merupakan hal yang wajar, hanya saja jika kita terlalu sering membandingkan diri dengan orang lain maka dikhawatirkan akan menimbulkan hal yang kurang baik.

Sering membandingkan diri dengan orang lain bisa menjadikan rasa rendah diri yang berlebihan, akibatnya kita menjadi sulit untuk mengidentifikasi potensi diri, merasa kurang percaya diri, dan akhirnya hanyut oleh rasa iri terhadap orang lain.

Membandingkan diri dengan orang lain sebenarnya sah-sah saja dan bisa membawa hal positif selama kita bisa mengontrolnya dan menjadikannya sebagai motivasi.

Membangun Kesadaran

Setiap orang memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing. Setiap orang itu unik dan lahir dengan bekal bakat karakteristik yang berbeda-beda.

Pada dasarnya setiap manusia memiliki tujuan yang sama, yaitu ingin hidup sukses dan bisa meraih kebahagiaan.

Namun, banyak orang yang lupa bahwa jalan untuk mendapatkan kesuksesan itu berbeda-beda. Tujuan untuk sukses boleh sama, tapi jalan untuk ke sana bisa saja berbeda, jadi mengapa harus sama? Itulah sebabnya penting bagi kita untuk memahami Self Acceptance.

Self acceptance adalah adanya kesadaran pada diri seseorang untuk bisa menerima kekurangan dan kelebihan yang dimilikinya.

Self acceptance menjadikan seseorang untuk dapat memetakan hal apa yang hendak dilakukan setelah menyadari kekurangan dan kelebihan yang ada pada dirinya. 

Misal, seorang mahasiswa mendapatkan nilai IPK yang rendah. Sadar akan kemampuannya dalam mengingat suatu pelajaran tidak sekuat ingatan teman lainnya yang mendapatkan nilai bagus, maka dia memilih untuk menambah porsi belajar dan menciptakan suasana belajar yang tepat bagi dirinya. Dia menganalisa dan menyesuaikan cara belajar mana yang cocok dengan dirinya, apakah  gaya belajar secara auditori, visual, atau kinestetik.

Langkah Nyata

Penerimaan diri berbeda dengan pengabaian atau pengalihan. Kebanyakan orang lebih memilih mengabaikan masalah yang dihadapinya dibanding harus menyelesaikannya, akibatnya tidak sedikit dari mereka yang menderita stres atau depresi karena tidak bisa menerima keadaan. 

Penerimaan diri dibangun atas dasar kesadaran untuk dapat menyelesaikan setiap masalah yang dihadapinya dengan perasaan dan langkah-langkah positif, sedangkan pengabaian atau pengalihan terbentuk karena tidak adanya kesadaran untuk dapat menerima masalah yang dihadapinya.

Itu sebabnya orang yang tidak memiliki kesadaran diri lebih memilih untuk lari dari masalah. Lari dari suatu masalah tidak akan menyelesaikan masalah, hasilnya justru akan melahirkan suatu masalah baru.

Mulai saat ini, berhentilah membandingkan diri dengan orang lain. Setiap orang memiliki jalan hidup yang berbeda. Kebahagiaan seseorang akan dapat diraih ketika dia memiliki kesadaran untuk dapat menerima setiap kelebihan dan kekurangan yang dimilikinya. Temukan potensi diri anda melalui kelebihan yang anda miliki. 

Kebahagiaan anda sangat berharga, jangan habiskan waktu anda hanya untuk meratapi suatu hal yang tidak penting dan kurang bermanfaat.

Yakinlah bahwa pada saatnya nanti anda akan bisa meraih puncak kesuksesan. Sadarlah bahwa anda berhak untuk bahagia.

***

Penulis : Eka Fatikhul Firdausi
Tentang Penulis : *Penulis berprofesi sebagai Fasilitator di Forum Psikologi BISA dan Founder Rumah Konseling Indonesia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun