Bisakah Zero Stunting?
Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024, ditetapkan target penurunan angka stunting dari 24% menjadi 14% pada tahun 2024 mendatang. Artinya rata-rata target penurunan stunting sebesar 3% pertahun dengan anggaran Rp 25 Triliun. Anggaran ini lebih sedikit dibandingkan anggaran stunting pada tahun 2021 lalu sebesar 35 Triliun. (Kompas.com, 20 januari 2022)
Kepala BKKBN Hasto Wardoyo menyatakan optimistis dapat menurunkan angka stunting dengan anggaran 25 Triliun. Sementara, Presiden Republik Indonesia (RI) Joko Widodo sedang jengkel lantaran terdapat penyelewengan anggaran stunting sebesar 10 Miliar. Dana tersebut habis digunakana untuk perjalanan dinas dan rapat-rapat. Sementara hanya 2 miliyar saja yang digunakan untuk membeli protein yang bisa langsung dikonsumsi oleh masyarakat. Pernyataan ini diungkapkan Joko Widodo dalam Pembukaan Rapat Koordinasi Nasional Pengawasan Interen (Rakornaswasin) Badan Pengawasan dan Pembangunan (BPKP) di kantor BPKP, Jakarta, Rabu 14 Juni 2023. (Liputan6.com, 14 Juni 2023).
Mengenaskan.
Tabiat Buruk Rezim
Jika menengok tiga faktor penyebab stunting yaitu bayi kekurangan gizi dalam dua tahun usianya, ibu kekurangan nutrisi saat kehamilan, dan sanitasi yang buruk. Kondisi ini sebenarnya tidak jauh dari kondisi ekonomi masyarakat Indonesia yang masih di dera kemiskinan yang tinggi. Dalam data yang dirilis Badan Pusat Statistik tentang kemiskinan Indonesia pada Maret 2023 terdapat 25,90 juta orang miskin dengan ukuran pemasukan tidak lebih dari Rp 550,458,-/kapita/bulan.Â
Dengan kemiskinan seperti ini, tentu saja keluarga yang memiliki remaja, ibu hamil, dan orang tua yang memiliki bayi akan sangat kesulitan mendapatkan makanan dengan asupan kecukupan gizi yang terbaik, yang layak mereka konsumsi.
Perlu diketahui bahwa sistem yang diberlalukan negeri dalam menerapkan nilai-nilai yang ditetapkan baik buruknya oleh manusia, yang menjalankan politik manusia, dan menjadikan hukum-hukum ekonomi dan sistem ekonominya adalah sistem kapitalis.
Dalam rezim ini, semua permasalahan yang ada dipandang sebagai masalah angka. termasuk juga masalah stunting ini. Maka bisa kita saksikan bahwa angka-angka yang tidak sesuai target bisa diturunkan dari 24% menjadi 14% misalnya. pernahkan kita bayangkan bahwa dalam angka 14% itu adalah nyawa generasi manusia negeri Indonesia tercinta. Ratusan bahkan jutaan anak negeri ini masih menderita stunting walaupun angkanya diturunkan.
Tabiat buruk kapitalis juga telah masuk ke dalam otak para ahli dan orang-orang terkemuka negeri ini. Mereka memandang bahwa jika stunting ini tidak diselesaikan maka, generasi itu dianggap sebagai beban besar. Dianggap tidak bisa berkontribusi dalam perekonomian negara, bahkan dapat menurunkan pendapatan negara. Problem stunting bukan lagi dipandang sebagai ancaman kualitas manusia. Sementara mereka yang duduk dipemerintahan sibuk dengan tipu muslihat memakan habis uang yang bukan haknya.
Bukankah ini tidak manusiawi?