Â
Pernah enggak sih kamu merasa, "Aduh, coba dulu gue belajar hal ini, hidup pasti lebih gampang sekarang?"Â
Saya sering. Bahkan terlalu sering, kalau boleh jujur.Â
Tapi ada satu momen yang benar-benar bikin saya berpikir, "Kenapa ya, dulu di kampus enggak ada yang ngajarin ilmu ini?"
Izinkan saya cerita.
Kejadian yang Tak Akan Saya Lupa
Hari itu sore yang cerah. Matahari masih hangat-hangatnya, dan saya sedang asyik bermain dengan Ina, putri saya yang waktu itu baru berusia lima tahun. Kami ngobrol-ngobrol santai, sampai akhirnya saya tanya, "Ina mau jadi apa kalau udah besar nanti?"
Dengan mantap, dia menjawab, "Ina mau jadi pelukis aja. Enggak mau jadi dokter hewan kayak Bapak."
Saya agak kaget, tapi penasaran. "Kenapa? Kan keren jadi dokter hewan."
Dia mengerucutkan bibirnya. "Enggak mau! Soalnya kalau jadi dokter hewan digigitin anjing terus!"
Ah, iya. Dia pasti ingat kejadian waktu itu.
Bayangkan ini: seekor anjing Kintamani dewasa, matanya nyalang seperti petir, tiba-tiba menyerang saya dari belakang. Giginya yang tajam menancap kuat di paha belakang saya, dan semuanya terjadi di depan mata Ina kecil.Â