Mohon tunggu...
Eka Dharma Saputra
Eka Dharma Saputra Mohon Tunggu... Lainnya - Kompasioner - ASN - Veterinarian

Bapak 2 anak yang ingin belajar dan berbagi manfaat lewat tulisan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Surat untuk Saka

15 November 2024   11:41 Diperbarui: 15 November 2024   12:18 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar dibuat dengan Freepik AI

Di dalam hati, konflik berkecamuk. Rasa bersalah karena tak mampu menyelamatkan ayahnya bercampur dengan perasaan lega bahwa kini, keadilan telah ditegakkan. Setiap kenangan pahit yang dulu menahannya, kini berubah menjadi pijakan untuk melangkah lebih jauh.

Dia mulai menulis, kata demi kata yang mengguncang hatinya:

Dear Saka,

Terima kasih telah menjadi kuat 17 tahun ini. Akhirnya, perjuanganmu tidak sia-sia. Semua air mata, malam-malam panjang tanpa tidur, dan rasa sakit yang menyesakkan telah terbayar. Kini, kamu bisa berdiri di tempat ini, di mana dulu semua ketakutanmu bersemayam. Aku tahu, ayah pasti bangga denganmu.

Kamu telah membuat mereka membayar. Orang-orang yang disebut sahabat ayah, para pengecut yang menusuk dari belakang, kini merasakan pahitnya keadilan yang telah mereka rusak. Kamu berhasil membawa keadilan dengan tanganmu sendiri, dan lengkap dengan bunganya.

Aku tahu kamu sangat lelah. Kamu membawa beban yang jauh lebih berat dari yang seharusnya ditanggung seorang anak seusiamu dulu. Namun, kamu tidak pernah menyerah. Kamu mengingat kata-kata ayah yang keras, nasihat yang mungkin dulu kamu benci. Tapi kamu tahu, semua itu adalah fondasi yang membuatmu menjadi sosok yang tak bisa dihancurkan.

Setiap kali rasa putus asa hampir mematahkanmu, suara ayah kembali bergema di benakmu: "Saka, dunia ini keras, tapi kamu harus lebih keras darinya." Dan kamu membuktikan itu. Kamu bertahan, melawan malam-malam gelap tanpa harapan, hingga akhirnya cahaya kemenangan datang. Kamu terbang tinggi, membuktikan bahwa kamu adalah anak dari seorang pejuang.

Kini, semuanya selesai. Mereka sudah mendapat balasannya. Luka ayah telah terbalas, dan kamu sudah menemukan keadilan yang lama terpendam.

Terima kasih sudah kuat,

Saka

Saka menutup surat itu dengan tangan yang bergetar. Matanya berkaca-kaca, air mata mengalir pelan di pipinya. Sebuah senyum tipis muncul di wajahnya, tak ada rasa puas, hanya kelegaan. Di tengah ruangan yang sunyi, ia merasa seolah ayahnya tersenyum dari kejauhan, memberi isyarat bahwa perjuangan itu akhirnya selesai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun