Pernah merasa suasana hati kamu tiba-tiba buruk tanpa sebab jelas? Atau mendadak cemas meskipun nggak ada pemicunya?Â
Nah, mungkin penyebabnya ada di tempat yang nggak kamu duga---perut!Â
Yup, usus dan otak kita ternyata punya "obrolan" rahasia yang mempengaruhi mood dan kesehatan mental. Mereka berkomunikasi lewat jaringan yang disebut gut-brain axis. Ajaibnya, komunikasi ini melibatkan mikroba-mikroba kecil di dalam usus yang berperan besar dalam menentukan mood kita.
Kok bisa begitu? Apa mikroba-mikroba kecil itu lagi sibuk ngomongin kita?Â
Seperti tetangga julid yang sedang gosipin tetangga sebelah yang beli motor baru.Â
Tentu saja tidak, Ferguso!Â
Tapi mereka memang terlibat dalam banyak proses penting yang berpengaruh pada kesehatan mental kita. Yuk, kita kenalan lebih jauh sama mereka!
Kenapa Gut-Brain Axis Penting?
Gut-brain axis, atau sumbu usus-otak, adalah jalur komunikasi dua arah antara otak dan usus. Ini bukan cuma komunikasi lewat saraf, tapi juga melibatkan hormon, sistem imun, dan metabolisme tubuh.Â
Bisa dibilang, komunikasi antara otak dan usus ini kompleks banget---mirip seperti komunikasi antar agen rahasia yang saling kode-kodean tanpa bicara langsung.
Berbeda dengan gebetanmu yang enggak peka sama sekali dengan kode yang kamu kasi.
Lewat jalur ini, otak bisa memengaruhi aktivitas di usus, dan sebaliknya, usus juga bisa "mengirim pesan" ke otak.Â
Hasilnya?Â
Berbagai reaksi tubuh yang terjadi di usus bisa berdampak pada mood, fungsi kognitif, bahkan pada bagaimana kita merespons stres. Jadi, jangan kaget kalau mikroba di usus ternyata punya pengaruh besar terhadap perasaan kita.
Mikrobiota dan Pengaruhnya pada Mood
Apa yang bikin gut-brain axis ini begitu penting?Â
Salah satu jawabannya adalah mikrobiota, yaitu kumpulan mikroorganisme yang hidup di usus kita. Mikroba-mikroba ini ternyata nggak cuma duduk diam di sana. Mereka ikut berperan dalam banyak fungsi tubuh, termasuk mengatur emosi dan respons tubuh terhadap stres.
Penelitian menunjukkan bahwa mikrobiota usus punya peran besar dalam hubungan usus-otak ini. Misalnya, ada hubungan antara gangguan mental seperti kecemasan, depresi, dan autisme dengan ketidakseimbangan mikrobiota usus.Â
Di sisi lain, gangguan pencernaan seperti sindrom iritasi usus besar (Irritable Bowel Syndrome/IBS ) sering muncul bersamaan dengan masalah kesehatan mental.
Penelitian tentang Mikrobiota dan Mood
Para ilmuwan juga tertarik mengeksplorasi hubungan ini lewat penelitian pada hewan. Contohnya, pada tahun 1998, para peneliti memberikan bakteri spesifik (Campylobacter jejuni) pada tikus dalam dosis kecil. Hasilnya mengejutkan---tikus-tikus ini menunjukkan perilaku cemas, padahal nggak ada respon imun yang terdeteksi.Â
Ini menunjukkan bahwa mikrobiota tertentu bisa mempengaruhi perilaku hanya dengan mengaktifkan jalur komunikasi antara usus dan otak.
Penelitian lain dilakukan dengan tikus yang dibesarkan di lingkungan steril tanpa mikroba (disebut tikus germ-free). Tikus ini memiliki respons stres yang lebih sensitif dibandingkan tikus normal. Begitu diberi koloni mikrobiota, respons stresnya menurun.Â
Studi ini menunjukkan bahwa mikrobiota bisa mempengaruhi cara otak bereaksi terhadap stres.
Jalur Komunikasi Usus-Otak: Empat Jalan Utama
Ada empat jalur utama yang memungkinkan usus dan otak untuk saling "ngobrol":
Jalur Saraf: Ini melibatkan saraf vagus yang menghubungkan otak dengan usus. Mikroba di usus bisa mempengaruhi produksi neurotransmitter seperti serotonin dan GABA---senyawa kimia yang berpengaruh besar pada mood dan emosi kita.
Jalur Endokrin: Jalur ini melibatkan hormon. Mikroba usus membantu mengatur hormon-hormon yang berperan dalam mood, tidur, dan nafsu makan. Misalnya, hormon galanin yang berperan dalam siklus tidur dan mood dipengaruhi oleh mikroba di usus.
Jalur Humoral/Metabolik: Bakteri di usus menghasilkan metabolit seperti asam lemak rantai pendek dari makanan kita. Asam lemak rantai pendek ini bisa mempengaruhi sel otak dan bahkan bisa melintasi penghalang darah-otak untuk berinteraksi langsung dengan otak.
Jalur Imun: Mikrobiota usus juga berperan dalam respons imun tubuh. Ketidakseimbangan mikrobiota bisa meningkatkan peradangan, yang pada gilirannya dapat mempengaruhi kesehatan mental kita.
Mikrobiota dan Kondisi Mental pada Manusia
Pengaruh mikrobiota usus pada kesehatan mental nggak hanya berlaku pada tikus. Studi terbaru pada manusia menunjukkan bahwa mikrobiota kita mempengaruhi kadar serotonin, neurotransmitter yang berhubungan erat dengan suasana hati.Â
Ternyata, sekitar 90% serotonin kita diproduksi di usus! Jadi, nggak heran kalau ketidakseimbangan mikrobiota di usus bisa berdampak pada mood dan emosi.
Ada juga penelitian yang menunjukkan bahwa orang dengan depresi cenderung memiliki permeabilitas usus yang lebih tinggi---dikenal sebagai leaky gut/kebocoran usus. Kondisi ini memungkinkan partikel dari usus masuk ke aliran darah dan memicu peradangan, yang bisa memperburuk gejala depresi.
Probiotik Sebagai "Psikobiotik"
Dengan semakin banyaknya bukti yang menunjukkan peran mikrobiota dalam kesehatan mental, para ilmuwan mulai mengembangkan probiotik khusus yang disebut "psikobiotik".Â
Psikobiotik ini adalah jenis probiotik yang diyakini bisa membantu mengatasi gangguan mental seperti kecemasan dan depresi.
Beberapa studi menunjukkan hasil yang menjanjikan. Misalnya, konsumsi probiotik tertentu diketahui dapat menurunkan gejala kecemasan dan depresi pada subjek penelitian.Â
Jadi, mungkin di masa depan, probiotik akan menjadi bagian dari pengobatan untuk masalah kesehatan mental. Bayangkan saja, minum suplemen probiotik untuk bikin mood lebih baik---lebih seru daripada sekadar minum kopi, bukan?
Dampaknya pada Kesehatan Mental
Pentingnya gut-brain axis membuka jalan bagi pendekatan yang lebih holistik dalam menjaga kesehatan mental. Kalau sebelumnya kita hanya fokus pada terapi psikologis atau obat-obatan, sekarang kita bisa mempertimbangkan pola makan dan mikrobiota usus sebagai bagian dari solusi.
Dengan menjaga keseimbangan mikrobiota usus, kita mungkin bisa mendukung suasana hati yang lebih stabil dan mengurangi risiko gangguan mental. Jadi, mulailah memberi perhatian lebih pada "teman kecil" di perut kita.Â
Mungkin mereka bisa bantu kita melewati hari-hari yang penuh tekanan dengan mood yang lebih baik!
Kesimpulan
Kesehatan mental kita ternyata nggak cuma bergantung pada otak, tetapi juga pada apa yang terjadi di usus. Mikrobiota usus memainkan peran penting dalam menjaga keseimbangan mood dan fungsi otak kita.Â
Pemahaman tentang gut-brain axis ini memberi kita cara baru untuk menjaga kesehatan mental---nggak hanya dengan terapi atau obat, tapi juga dengan pola makan yang mendukung keseimbangan mikrobiota.
Jadi, siapa sangka kalau mood kita bisa bergantung pada makhluk-makhluk kecil yang tinggal di perut? Mereka mungkin kecil, tapi pengaruhnya besar!
***
Referensi:Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H