Lewat jalur ini, otak bisa memengaruhi aktivitas di usus, dan sebaliknya, usus juga bisa "mengirim pesan" ke otak.Â
Hasilnya?Â
Berbagai reaksi tubuh yang terjadi di usus bisa berdampak pada mood, fungsi kognitif, bahkan pada bagaimana kita merespons stres. Jadi, jangan kaget kalau mikroba di usus ternyata punya pengaruh besar terhadap perasaan kita.
Mikrobiota dan Pengaruhnya pada Mood
Apa yang bikin gut-brain axis ini begitu penting?Â
Salah satu jawabannya adalah mikrobiota, yaitu kumpulan mikroorganisme yang hidup di usus kita. Mikroba-mikroba ini ternyata nggak cuma duduk diam di sana. Mereka ikut berperan dalam banyak fungsi tubuh, termasuk mengatur emosi dan respons tubuh terhadap stres.
Penelitian menunjukkan bahwa mikrobiota usus punya peran besar dalam hubungan usus-otak ini. Misalnya, ada hubungan antara gangguan mental seperti kecemasan, depresi, dan autisme dengan ketidakseimbangan mikrobiota usus.Â
Di sisi lain, gangguan pencernaan seperti sindrom iritasi usus besar (Irritable Bowel Syndrome/IBS ) sering muncul bersamaan dengan masalah kesehatan mental.
Penelitian tentang Mikrobiota dan Mood
Para ilmuwan juga tertarik mengeksplorasi hubungan ini lewat penelitian pada hewan. Contohnya, pada tahun 1998, para peneliti memberikan bakteri spesifik (Campylobacter jejuni) pada tikus dalam dosis kecil. Hasilnya mengejutkan---tikus-tikus ini menunjukkan perilaku cemas, padahal nggak ada respon imun yang terdeteksi.Â
Ini menunjukkan bahwa mikrobiota tertentu bisa mempengaruhi perilaku hanya dengan mengaktifkan jalur komunikasi antara usus dan otak.
Penelitian lain dilakukan dengan tikus yang dibesarkan di lingkungan steril tanpa mikroba (disebut tikus germ-free). Tikus ini memiliki respons stres yang lebih sensitif dibandingkan tikus normal. Begitu diberi koloni mikrobiota, respons stresnya menurun.Â
Studi ini menunjukkan bahwa mikrobiota bisa mempengaruhi cara otak bereaksi terhadap stres.