Pada suatu sore di sebuah warung kopi pinggir jalan, Bejo dan Panjul sedang menikmati secangkir kopi hitam sambil bersandar santai di bangku kayu yang sudah berderit setiap kali mereka bergerak. Di luar, matahari sore mulai tenggelam di balik pepohonan, memancarkan cahaya jingga yang menerpa jalanan berdebu di depan mereka. Suara motor dan mobil sesekali terdengar, tetapi suasana terasa damai---terbalik dengan apa yang akan mereka hadapi saat libur panjang nanti.
"Bro, jadi long weekend kita ke Puncak, nih?" tanya Panjul sambil menyeruput kopi panasnya, membuat bibirnya sedikit meringis karena kepanasan.
Bejo tertawa kecil melihat ekspresi temannya itu. "Hahaha, masih aja lo nggak sabaran. Iya, sih. Cuma gue mikir, lo yakin mau ke Puncak? Itu tempat udah kaya parkiran raksasa pas long weekend. Kendaraan numpuk, jalanan macet total. Jangan-jangan, kita lebih lama di jalan daripada nikmatin liburan."
Panjul terdiam sejenak, berpikir. "Iya, gue juga sempat baca di berita, kemaren aja ada yang sampe 17 jam kejebak macet di Puncak. Bisa bayangin gak, bokong gue udah jadi papan setrika tuh kalau segitu lama di mobil."
"17 jam? Wah, udah bisa bawa tidur dua kali, tuh! Tapi serius, bro. Gue udah kapok banget kejebak macet pas liburan. Gue masih inget waktu kita ke Puncak tahun lalu, berangkat dari rumah jam enam pagi, sampai sana hampir tengah malam. Baru dapet angin seger sebentar, udah balik lagi," Bejo menggeleng sambil menahan tawa.
"Benar juga lo. Gue inget, kita hampir putus asa pas itu, nahan lapar, haus, terus kaki pegal gara-gara nggak bisa melurusin. Kasian banget si Cici sama Adek di belakang udah mulai ribut," Panjul ikut tertawa, mengingat saat anak-anak mereka mulai menangis karena bosan di dalam mobil.
Bejo menepuk pundak Panjul, "Makanya, kali ini kita harus pinter-pinter nyusun rencana, Jul. Gimana caranya biar bisa liburan tapi bebas macet."
Panjul menyipitkan mata. "Emangnya ada cara? Semua orang pasti ke Puncak atau ke tempat-tempat wisata favorit pas liburan. Mana mungkin gak macet?"
Bejo menghela napas panjang, merasakan aroma kopi yang kini mulai dingin di cangkirnya. "Bro, dengerin gue. Gue udah survei sedikit-sedikit. Ada beberapa trik biar kita gak ikut kejebak di lautan kendaraan itu. Yang pertama---dengerin nih---kita bisa coba berangkat sebelum subuh, bahkan kalau bisa jam 3 pagi."
Mata Panjul melebar. "Jam 3 pagi? Lo gila! Itu namanya bukan liburan, itu namanya siksaan!"
Bejo tertawa terbahak-bahak. "Yaelah, santai dulu. Gue serius, bro. Lo bayangin, kalau kita berangkat subuh, jalanan masih sepi, udara masih adem, gak banyak kendaraan. Gue pernah baca, itu waktu terbaik buat nyalip kemacetan yang mulai jam-jam sibuk."