“Taufan sebaiknya kita pindahkan ke rumah sakit yang lebih besar dan lengkap atau sekalian rumah sakit di luar negeri yang canggih peralatannya.”
“Memangnya kenapa Pa?”
Papa menghela nafasnya lalu menggelengkan kepalanya. Tubuh Lintang langsung menjadi lemas melihat reaksi Papa. Bayu memegang dan merangkulnya. Papa menyuruh Bayu untuk membawa Lintang pulang. Namun Lintang menolak, dia ingin menemani Taufan. Sekar yang duduk tidak jauh dari mereka ikut menjadi lemas badannya. Tak terasa sebutir air mata meluncur di pipinya.
***
Wulan berdiri sambil mengusap air mata yang jatuh dipipinya. Dia tidak tega melihat Taufan berbaring tak berdaya dengan selang-selang ditubuhnya. Dipegangnya tangan Taufan yang kurus dan lemas. Laki-laki tampan itu menyebut namanya dengan lirih kemudian terdengar ucapan terima kasih yang terbata-bata dan parau.
Wulan mengangguk sambil berusaha tersenyum. “Istirahatlah, biar kamu cepat sembuh.” Mama yang berdiri diseberangnya tak henti-hentinya mengusap air mata dengan tangannya.
Taufan mengedipkan matanya, dan tiba-tiba terdengar erangannya, nafasnya tersengal-sengal. Dua orang dokter dan dua perawat langsung menanganinya. Wulan dan Mama nampak panik. Salah seorangg perawat meminta mereka untuk menunggu di luar. Sebelum keluar mereka sempat melihat Taufan terbatuk dan muntah darah.
Mama dan Wulan keluar ruangan. Mama langsung menubruk Papa dan menangis. Sekar mendekati Wulan. “Bagaimana keadaannya?” Wulan tidak menjawab, dia hanya memandangnya dengan air mata yang mengalir dikedua pipinya. Mata Sekar pun kembali berkaca-kaca.
***
Taufan yang terombang-ambing di laut menerima uluran tangan dari laki-laki di atas perahu. Dia pun naik ke perahu. Laki-laki itu kemudian memberinya sebotol air mineral. Setelah meminum habis air tersebut, Taufan merasa tenaganya sedikit pulih dan pengelihatannya jauh lebih jelas. Dia melihat-lihat kesekelilingnya.
“Apa yang kamu cari?” tanya laki-laki itu.