Mohon tunggu...
Awan Ebadi
Awan Ebadi Mohon Tunggu... Freelancer - murid yang mencari guru

Suka membaca, tertarik pada segalanya yang membutuhkan pemikiran. Gak suka jengkol dan pete.

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Akrobat Politik Sang Pecundang adalah Hak Angket

22 Februari 2024   20:47 Diperbarui: 22 Februari 2024   21:14 254
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Memperhatikan gejolak pasca pemilu 2024, ternyata banyak pihak-pihak yang melakukan pencucian otak pada masyarakat yang masih awam dalam politik namun mudah terpedaya dengan penggiringan-penggirangan opini sepihak.

Kata-kata kecurangan terstruktur, masif, dan Terencana (TSM) sangat intens dikeluarkan yang lucunya penyebaran-penyebaran tuduhan kecurangan itu justru sangat TSM mereka mainkan.

Turun di laga perpolitikan dengan panggung pemilu, namun banyak dari mereka justru tidak paham bagaimana aturan pemilu diterapkan. Jika pihak yang kalah menuding ada kecurangan dalam pemilu 2024, maka sesuai aturan mereka harus bisa menunjukkan dimana kecurangan itu terjadi disertai bukti-bukti penunjang tuduhannya.

Dan dalam aturannya, jika ada kecurangan maka pihak yang merasa dicurangi bisa menempuh jalur hukum dengan memperkarakannya ke MK. Kecurangan itu soal hukum, sudah sepatutnya diselesaikan pada jalur hukum.

Namun yang terjadi, pihak yang menuduh ada kecurangan dalam pelaksanaan pemilu 2024 ini malah menyasar ke DPR dengan wacana Hak Angket.

Disinilah terlihat adanya penggiringan permasalahan dari soal kecurangan yang menjadi ranah hukum (MK) menjadi ke soal politik (DPR). Penggiringan ini lah yang menjadi pembodohan pada masyarakat dengan menyebarkan informasi yang sesat pada tuduhan kecurangan.

Hak Angket tidak bisa membatalkan hasil pemilu. Bagaimanapun hasil pemilu tetap diputuskan berdasarkan hasil dari KPU.

Akrobat politik 01 dan 03 ini sangat menggelikan. Mereka kalah dalam pemilu namun tidak menerima kekalahan itu, yang sebenarnya mereka mengakui bahwa hitungan form C1 yang mereka miliki pun mengatakan demikian, bahwa suara mereka jauh tertinggal dari 02.

Tuduhan kecurangan yang mereka lontarkan tidak bisa mereka buktikan di ranah MK. Kekesalan yang ada, mereka tumpahkan pada pengajuan Hak Angket dengan dasar memakzulkan Jokowi selaku presiden saat ini yang dituduh berperan dalam memenangkan paslon 02.

Kalau boleh saya ilustrasikan, mereka ini kalah bertanding sepakbola karena murni permainan mereka yang sangat jelek. Mereka sadar permainan mereka sangat jelek, namun rasa sakit hati membuat mereka mencari kambing hitam yang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun