Mohon tunggu...
Eka Budhi Sulistyo
Eka Budhi Sulistyo Mohon Tunggu... profesional -

Fakultas Peternakan Unsoed adalah almamater ... cinta ternak, ingin peternakan Indonesia maju dan peternaknya makmur, suka pertanian terpadu .... COWMANIA

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Memproduksi Daging Sapi Dalam Negeri

9 Februari 2016   14:53 Diperbarui: 9 Februari 2016   16:36 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indonesia telah berdiri lebih dari 70 tahun, pangan – sandang – papan adalah trilogi kebutuhan dasar rakyat Indonesia.
Pemenuhan pangan merupakan kewajiban seluruh rakyat yang dipimpin pemerintah, bersama” menyediakan pangan lewat rencana, bimbingan, pemecahan masalah, dan evaluasi serta reprograming.

Termasuk produksi daging sapi sebagai sumber protein hewani asal daging. Jaman dulu daging sapi merupakan pangan mahal, karena tidak semua orang bisa makan daging sapi. Hanya saat jamuan makan atau acara seremonial yang mewah, olahan daging sapi menjadi salah satu menu mewahnya.
Peternak sapi hanya beberapa gelintir di Pulau Jawa, di beberapa pulau di Indonesia Timur, peternak sapi adalah seorang dengan tingkatan kelas terpandang.

Itulah kenapa, ternak sapi sering juga disebut Rojo Koyo, karena nilainya yang cukup tinggi.

Perbaikan ekonomi membuat daya beli rakyat meningkat, termasuk daya beli protein, di dalamnya daging sapi. Orang banyak beli daging dan konsumsi daging sapi menjadi hal yang umum, perkembangan daya pikir generasi mendatang semakin baik.

Tapi sayang, kita lupa bahwa pertumbuhan penduduk mengikuti Deret Ukur, sementara kita terjebak dalam perhitungan Deret Hitung untuk pemenuhan sumber ekonomi, sehingga kita lupa bahwa Sumber Daya Alam akan terus berkurang untuk memenuhi kebutuhan Sumber Daya Manusia.

Akhirnya kita bekerjasama dengan swasta, mendatangkan ternak sapi dan daging sapi beku dari negara tetangga, dalam hal ini Australia. Kita pilih Australia karena kualitas komoditas yang bagus dan aman dikonsumsi (bebas PMK dan sumber penyakit berbahaya lainnya).

Kitapun juga memelihara ternak sapi potong sendiri, tetapi kita khilaf untuk membudidayakan lebih maksimal, akhirnya kita sadar setelah banyak ternak tidak layak potong (betina produktif, bobot badan belum tercapai, kesulitan mendapatkan) mulai kita konsumsi, kita kelabakan dan mulai berfikir (manajemen by kefefet).

Okelah, kita tak perlu bahas, terlalu klasik masalahnya, tapi terlalu lebay mengatasinya, jadinya banyak kemubadziran.

Kita ngobrol solusinya saja.

Kalau kita petakan, kita akan dapatkan sentra peternakan sapi potong yang dapat dikembangkan, yaitu : Sumatera, Kalimantan, NTB, NTT, Sulawesi, Maluku, dan Papua.

Disanalah kita tempatkan SAPI INDUKAN, kita tempatkan dalam kandang dan dilengkapi dengan lahan Hijauan Makanan Ternak dan makanan penguat (konsentrat); pusat Inseminasi Buatan; dan laboratorium kesehatan ternak

Peternak rakyat menjadi pemilik dan pengurus Sapi Indukan itu, dan bertanggungjawab atas perkembangbiakan dengan dukungan teknis reproduksi dan kesehatan.
Setelah sapi itu beranak, biarkan bersama induknya sampai lepas sapi, dengan tetap mengatur kalender reproduksi Sapi Indukan itu.

Anakan sapi yang telah lepas sapih dilepas di lahan penggembalaan yang telah disiapkan dan pembatas, misalnya setiap satu hektar. Lahan gembakaan itu disetting dan dirawat untuk tetap menghasilkan rumput gembala yang berkualitas melalui sistem rotasi, dan ternak diberi tambahan pakan (hijauan atau pakan penguat).

Ternak dipelihara sampai bobot tertentu melalui proses seleksi dan pengaturan homogenitas ukuran ternak.

Setelah ternak siap potong, segera dibawa ke Rumah Potong Hewan dan dipotong serta dijadikan daging beku. Selanjutnya daging beku inilah yang dibawa ke sentra konsumsi daging sapi.

Untuk manajemen pengelolaan, seluruh peternak rakyat di masukkan dalam satu wadah koperasi.
Manajemen Budidaya dengan menerapkan Sistem Pertanian Terpadu, dimana selain mengusahakan ternak, peternak juga melakukan kegiatan bertani / berkebun sehingga mendapatkan sumber pendapatan lain, termasuk energi biogas dari kotoran ternak.

Pendapatan peternak :
1. Budidaya ternak
2. Budidaya perkebunan / pertanian
3. Pengolahan pasca panen

Hasil strategis lain :
Energi baru terbarukan, biogas

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun